Tampilkan postingan dengan label Wanita Shalehah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wanita Shalehah. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 November 2011

Wanita Shalihah (Bag 3)

By Unknown | At 06.09.00 | Label : | 0 Comments

Mar`ah Ciri-Ciri Istri Shalihah Sesuai Syariat Ajaran Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW.
            Wanita shalihah pasti akan senantiasa membekali dirinya dengan ilmu agama ajaran suci Baginda Rasulullah SAW yang akan menuntunnya kejalan yang diridhai Allah SWT. Ia akan senantiasa jujur, tidak berkhianat dan senantiasa berprasangka baik kepada suaminya dan tidak usil tentang urusan ataupun kepribadiannya. Karena hal itu adalah sumber kekacauan dalam rumah tangganya yang sangat dikutuk oleh Allah SWT.

Ia akan berusaha mencintai suaminya sebagai wasilah dan jalan untuk mendapatkan ampunan, rahmat dan ridha Allah SWT. Karena dengan cinta, ia akan mudah mengabdi dengan ikhlas dan sesungguhnya seorang istri shalihah mencintai suaminya karena ia tahu keutamaannya, yaitu keridhaan suami adalah keridhaan Allh SWT.
Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW kepada putrinya  Sayyidah Fatimah Al- Bathul:

أَمَا عَلِمْتِ أَنَّ رِضَاالزَّوْجِ مِنْ رِضَا اللهِ , وَسُخْطَ الزَّوْجِ مِنْ سُخْطِ اللهِ

“Wahai Fatimah, ketahuilah bahwa ridhanya suami itu adalah ridhanya Allah SWT dan kemurkaan suami adalah kemurkaan Allah SWT.
Akan tetapi, jika suaminya menyuruh untuk melakukan sesuatu yang haram, maka dengan bijak ia akan menolaknya, karena sesungguhnya ia taat kepada suami demi untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Sebagaiman sabda Baginda Rasulullah SAW:

لاَطَا عَةِ اللهِ لِمَخْلُوْقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقْ

“Sesungguhnya tidak diperbolehkan taat kepada siapapun untuk melakukan suatu maksiat kepada Allah SWT.
Wanita shalihah tidak akan menuntut kepada suaminya dalam segala hal, khususnya dalam bidang nafkah, sehingga hati suaminya akan merasa tenang dan santai dalam urusan materi, tidak rakus untuk mendapatkannya dan bisa mencari serta memilih rizqi yang halal dengan tidak meninggalkan segala kewajibannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Ia akan senantiasa menghibur suaminya disaat jenuh, menenangkannya disaat gelisah, meredakannya disaat marah, sehingga suaminya bisa ridha dengan ketentuan Allah SWT dan tidak melakukan sesuatu yang dimurkai-Nya. Ia juga tak akan jenuh untuk senantiasa memberi kesemangatan dengan bijak kepada suaminya agar selalu berkumpul dengan orang-orang shalih, karena sesungguhnya ia tahu bahwa seseorang itu akan cenderung meniru perilaku atau kepribadian teman pergaulannya. Istri Shalihah senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, senantiasa memohon kepada Allah SWT agar suaminya diberi taufik dan hidayah, selalu dilindungi dan dimuliakan  Allah SWT, karena berkatnya istri shalihah tersebut, meski suaminya kurang semangat dalam menuju ridha Allah SWT, sangat besar harapan bagi suaminya untuk mendapatkan taufik dan hidayah yang memudahkan untuk senantiasa menuju ridha Allah SWT dengan penuh semangat. Iapun akan selalu senantiasa mengingatkan suaminya agar menjalin tali silaturahmi dengan kerabat dan saudaranya, karena seseorang yang memutus tali silaturahmi maka akan terputus dari Rahmat Allah SWT.
Wallahu A`lam..

Wanita Shalihah (Bag 2)

By Unknown | At 06.08.00 | Label : | 0 Comments

Mar atuShalihah Ciri-Ciri Istri Shalihah Sesuai Syariat Ajaran Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW.
Wanita shalihah adalah pilihan Allah SWT didunia ini. Sifat-sifat mereka telah dipuji oleh Allah SWT di dalam firman-Nya:

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“ Sesungguhnya lelaki dan wanita yang muslim, lelaki dan wanita yang mukmin, lelaki dan wanita yang taat, lelaki dan wanita yang jujur, lelaki dan wanita yang sabar, lelaki dan wanita yang khusyu’, lelaki dan wanita yang bersedekah, lelaki dan wanita yang berpuasa, lelaki dan wanita yang memelihara kehormatannya, lelaki dan wanita yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” ( QS. Al Ahzab: 35 ).

Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)
Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab RA:

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)

Ketika Umar ibnul Khaththab RA bertanya kepada Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَاناً ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِيْنُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الآخِرَةِ

“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505)
Cukuplah kemuliaan dan keutamaan bagi wanita shalihah dengan anjuran Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi lelaki yang ingin menikah untuk mengutamakannya dari yang selainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)
Empat hal tersebut merupakan faktor penyebab dipersuntingnya seorang wanita dan ini merupakan pengabaran berdasarkan kenyataan yang biasa terjadi di tengah manusia, bukan suatu perintah untuk mengumpulkan perkara-perkara tersebut, demikian kata Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah. Namun dzahir hadits ini menunjukkan boleh menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara tersebut, akan tetapi memilih wanita karena agamanya lebih utama. (Fathul Bari, 9/164)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “(فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ), maknanya: yang sepatutnya bagi seorang yang beragama dan memiliki muruah (adab) untuk menjadikan agama sebagai petunjuk pandangannya dalam segala sesuatu terlebih lagi dalam suatu perkara yang akan tinggal lama bersamanya (istri). Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendapatkan seorang wanita yang memiliki agama di mana hal ini merupakan puncak keinginannya.” (Fathul Bari, 9/164)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini ada anjuran untuk berteman/ bersahabat dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatu karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak mereka (teman yang baik tersebut), berkah mereka, baiknya jalan mereka, dan aman dari mendapatkan kerusakan mereka.” (Syarah Shahih Muslim, 10/52)
Imam Dailami rahimahullah meriwayatkan bahwa wanita shalihah akan disebut-sebut oleh ahli langit sebagai ‘syahidah’  dan mereka memang sangat dirindukan oleh penduduk bumi dan langit, bahkan ikan-ikan di lautan pun dengan senang hati mendoakan rahmat dan maghfiroh/ampunan bagi mereka.
Al-Imam Abu Sulaiman Ad-Daroni berkata:

اَالزَّوْجَةُ الصَّالِحَةُ لَيْسَتْ مِنَ الدُّنْيَا فَإِنَّهَا تُفَرِّغُكَ لِلْآخِرَةِ

الكتاب : تفسير حقي
            “Sesungguhnya istri shalilah bukanlah bagian dari dunia yang tercela, karena ia membantumu (suami) untuk menuju ke akhirat”.
Istri shalihah senantiasa menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang hamba Allah SWT yang lemah, sangat mudah diganggu dan dan dijadikan alat oleh syaitan untuk menggoda kaum pria, sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW:

اَلنِّسَاءُ حَبَائِلُ الشَّيْطَان

الكتاب : غرائب القرآن لنيسا بوري 357-4 
            “Sesungguhnya para wanita itu bisa menjadi jaring perangkapnya syaitan”.
Baginda rasulullah SAW bersabda yang artinya kurang lebih:
“Sesungguhnya kaum wanita lebih lemah akalnya dibandingkan kaum pria dari banyak hal”.
Dilihat dari hadits-hadits tersebut diatas, maka sangat sulit sekali bagi kaum wanita untuk selamat dari serangan syaitan yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah SWT. Namun berkat taat dan pengabdiannya yang tulus ikhlas kepada suaminya demi Allah SWT, maka ia akan tearlindungi dan mendapatkan kemuliaan sebagaimana yang didapatkan oleh suaminya yang shaleh.
Diriwayatkan seorang wanita telah datang kepada Baginda Rasulullah SAW, kemudiania berkata:
“Wahai Rasulullah, saya adalah utusan dari kaum wanita untuk bertanya bahwa, jihad telah diwajibkan bagi kaum laki-laki. Jika menang, mereka mendapatkan keuntungan dan pahala, jika gugur, mereka tetap hidup mulia di sisi Allah SWT dengan mendapatkan berbagai macam anugerah-Nya. Kami para istrinya yang senantiasa mengabdi dan mendukung mereka, apakah yang akan kami dapatkan?”.
Baginda Rasulullah SAW bersabda:
“Sampaikanlah kepada para wanita yang engkau temui, bahwa taat kepada suami dan mengakui haknya, dapat membandingi keutamaan tersebut (Jihad) dan sangatlah sedikit dari kalian kaum wanita yang mampu melaksanaknnya”.
Walaupun ada diantara kaum wanita yang bisa menuju tanpa didampingi suami yang shalih, akan tetapi itu hanyalah sedikit sekali dan kebanyakan dari mereka (istri shalihah) mendapatkan kemuliaan dan derajat yang luhur berkat kemuliaan dan derajat suaminya yang luhur. Contohnya istri-istri Baginda Rasulullah SAW, mereka tidak sebanding dengan kemuliaan dan derajatnya beliau SAW, namun mereka juga akan menghuni Surga `Adn bersama beliau SAW. Begitupula istrinya para Shahabat, para auliya dan para shalihin. Berkat pengabdian mereka kepada suami, mereka akan digolongkan sesuai dengan kemuliaan dan derajat suaminya.
Wallahu A`lam..

Wanita Shalihah (Bag 1)

By Unknown | At 06.07.00 | Label : | 0 Comments

mar,ah

المرأةالصالحة

بسم الله الرّحمن الرّحيم

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلُهُ لِيُبَيِّنَ لَنَاالْحَقَّ مِنَ الْبَاطِل. وَجَعَلَ لَنَا فِيْهِ اُسْوَة حَسَنَة لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مَنْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَؤُوْفٌ رَحِيْم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ سَلَكُوْا عَلَى مِنْهَاجِهِ الْقَوِيمْ

Dengan menyebut nam Allah SWT Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang telah mengutus para Rasul-Nya untuk menerangkan kepada kita semua antara yang haq dengan yang bathil. Dzatyang telah menjadikan para Rasul-Nya sebagai keteladanan utama bagi orang-orang yang senantiasa mengharapkan belas kasih sayang Allah SWT dan kesejahteraan akhirat.Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kami Baginda Nabi Muhammad SAW yang senantiasa menyayangi kepada orang-orang yang beriman dan juga semoga shalawat salam senantiasa terlimpahkan kepada seluruh keluarga beliau SAW dan para sahabat-sahabatnya yang mengikuti jejaknya yang lurus.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menggugah hati hamba-Nya untuk menuju keridhaan-Nya dengan melalui syariat Baginda Rasulullah SAW.
Dengan keterbatasan illmu yang kami miliki, semoga Allah SWT memberikan taufiq dan hidayah kepada kami, agar bisa menerangkan sebagian dari ciri-ciri ”Wanita  Shalihah” sesuai syariat Baginda Rasulullah SAW dan semoga bisa menjadi pedoman bagi yang membutuhkannya, walaupun hal itu sangat sulit dizaman sekarang ini, namun dengan adanya kesungguhan dan semangat, semoga Allah SWT memberi kemudahan dan memaklumi segala kekurangan serta menerimanya sebagai wanita shalihah dan mencapai ridha Allah SWT, amin… Sebagaiman janji Allah SWT dalam Firman-Nya:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S: Al-`Ankabūt – 69).
Juga sabda Rasulullah SAW:

إِنَّمَا الْأَعْمَا لُ بِا لنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَا (كتاب الأربعين للإمام النووي

Sesungguhnya semua amalan itu tergantung pada niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.

Keutamaan Wanita Shalihah
1. Do’a wanita lebih maqbul dari laki-laki karena sifat penyayangnya yang lebih kuat dari             laki-laki. Ketika ditanyakan kepada Rasulullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda : “Ibu lebih penyayang dari bapak dan do’a orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”
2. Wanita yang shalihah itu lebih baik dari 1.000 orang laki-laki yang tidak sholeh.
3. Seorang wanita shalihah lebih baik dari 70 orang wali.
4. Seorang wanita shalihah lebih baik dari 70 laki-laki shaleh
5. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya diibaratkan seperti orang yang senantiasa menangis karena takut kepada Allah SWT dan orang yang takut Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
6. Barangsiapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedakah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan terhadap anak laki-laki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail as.
7. Tidaklah seorang wanita yang haidh itu, kecuali haidhnya merupakan kifarah (penebus) untuk dosa-dosanya yang telah lalu, dan apabila pada hari pertama haidhnya membaca “Alhamdulillahi ’alaa kulli haalin wa astaghfirullaah”. Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan dan aku mohon ampun kepada Allah dari segala dosa.”, maka Allah menetapkan dia bebas dari api neraka dan dengan mudah melalui shirathal mustaqim yang aman dari siksa, bahkan Allah Ta’ala mengangkat derajatnya, seperti derajatnya 40 orang yang mati syahid, apabila dia selalu berzikir kepada Allah selama haidhnya.
8. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW.) di dalam surga.
9. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah surga.
10. Dari ‘Aisyah ra.: “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.”
11. Surga itu di bawah telapak kaki ibu.
12. Apabila dipanggil oleh kedua ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu terlebih dahulu.
13. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup baginya pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari pintu mana saja yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
14. Wanita yang taat kepada suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, Malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya dan meridhainya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
15. ‘Aisyah ra. berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW., siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita ?” Jawab baginda, “Suaminya”. “Siapa pula berhak terhadap laki-laki ?” Jawab Rasulullah SAW. “Ibunya”.
16. Seorang wanita yang apabila mengerjakan sholat lima waktu, berpuasa wajib sebulan (Ramadhan), memelihara kehormatannya serta taat kepada suaminya, maka pasti akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia kehendaki.
17. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam surga lebih dahulu dari suaminya (10.000 tahun).
18. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1.000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1.000 kejahatan.
19. Dua rakaat sholat dari wanita yang hamil adalah lebih baik dari 80 rakaat sholat wanita yang tidak hamil.
20. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
21. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadah pada malam hari.
22. Seorang wanita yang mengalami sakit saat melahirkan, maka Allah SWT memberi pahala kepadanya seperti pahala orang yang berjihad dijalan Allah SWT.
23. Wanita yang melahirkan akan mendapat pahala 70 tahun sholat dan puasa dan tiap rasa sakit dan pada satu uratnya Allah memberikan satu pahala haji.
24. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, maka keluarlah darinya dosa-dosanya seperti keadaan ibunya melahirkannya.
25. Wanita yang meninggal dalam masa 40 hari sesudah melahirkan akan dianggap syahid.
26. Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya dari badannya (ASI) akan dapat satu pahala dari tiap-tiap tetes susu yang diberikannya.
27. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup (2 1/2 tahun), maka malaikat-malaikat di langit akan memberikan kabar gembira bahwa surga adalah balasannya.
28. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun sholat dan puasa.
29. Wanita yang menghabiskan malamnya dengan tidur yang tidak nyaman karena menjaga anaknya yang sakit akan mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba sahaya.
30. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anaknya yang sakit, akan diampunkan oleh Allah seluruh dosa-dosanya dan bila dia menghibur hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadah.
31. Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah mencatatkan baginya seribu kebaikan, dan mengampuni dua ribu kesalahannya, bahkan segala sesuatu yang disinari matahari akan memohonkan ampun untuknya, dan Allah mengangkatkannya seribu derajat.
32. Seorang wanita yang shalihah lebih baik dari seribu orang laki-laki yang tidak sholeh, dan seorang wanita yang melayani suaminya selama seminggu, maka ditutupkan baginya tujuh pintu neraka dan dibukakan baginya delapan pintu surga, yang dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa dihisab.
33. Siapa saja wanita yang menunggu suaminya hingga pulang, disapukan mukanya, dihamparkan tempat duduknya atau menyediakan makan minumnya atau memandang ia pada suaminya atau memegang tangannya, memperelokkan hidangan padanya, memelihara anaknya atau memanfaatkan hartanya pada suaminya karena mencari keridhaan Allah, maka disunnahkan baginya akan tiap-tiap kalimat ucapannya, tiap-tiap langkahnya dan setiap pandangannya pada suaminya sebagaimana memerdekakan seorang hamba sahaya. Pada hari kiamat kelak, Allah karuniakan nur (cahaya) hingga tercengang wanita mukmin semuanya atas karunia rahmat itu. Tiada seorang pun yang sampai ke martabat itu melainkan para Nabi Allah.
34. Tidak akan putus ganjaran dari Allah kepada seorang isteri yang siang dan malamnya menggembirakan suaminya.
35. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suaminya melihat isterinya dengan kasih saying, akan dipandang oleh Allah dengan penuh rahmat.
36. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun sholat.
37. Wanita yang melayani dengan baik kepada suami yang pulang ke rumah dalam keadaan letih akan medapat pahala jihad.
38. Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 emas dan jika wanita memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala perak.
39. Dari Hadrat Muaz ra : Wanita yang berdiri di atas kedua kakinya membakar roti untuk suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan oleh api, maka diharamkan muka dan tangannya dari bakaran api neraka.
40. Thabit Al Banani berkata : Seorang wanita dari Bani Israel yang buta sebelah matanya sangat baik khidmatnya kepada suaminya. Apabila ia menghidangkan makanan di hadapan suaminya, dipegangnya pelita sehingga suaminya selesai makan. Pada suatu malam pelitanya kehabisan sumbu, maka diambilnya rambutnya dijadikan sumbu pelita. Pada keesokan harinya matanya yang buta telah celik. Allah karuniakan keramat (kemuliaan pada perempuan itu karena memuliakan dan menghormati suaminya).
41. Pada suatu ketika di Madinah, Rasulullah SAW keluar mengiringi jenazah. Beliau menemukan beberapa orang wanita dalam majelis itu. Rasulullah SAW lalu bertanya, “Apakah kamu mensholatkan jenazah ?” Jawab mereka, ”Tidak”. Sabda Rasulullah SAW “Sebaiknya kalian semua tidak usah ikur berziarah dan tidak ada pahala bagi kamu. Tetapi tinggallah di rumah dan berkhidmatlah kepada suami niscaya pahalanya sama dengan ibadah-ibadah orang laki-laki”.
42. Wanita yang memerah susu binatang dengan “Bismillah” akan dido’akan oleh binatang itu dengan do’a keberkahan.
43. Wanita yang membuat adonan tepung gandum dengan “Bismillah” , Allah akan berkahkan rezekinya.
44. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di Baitullah.
45. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang mengeluarkan peluh ketika membuat roti, Allah akan mejadikan 7 parit diantara dirinya dengan api neraka, jarak diantara parit itu ialah sejauh langit dan bumi.”
46. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang, Allah akan mencatatkan untuknya perbuatan baik sebanyak utas benang yang dibuat dan memadamkan seratus perbuatan jahat.”
47. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang menenun kain, Allah telah menentukan satu tempat khusus untuknya di atas tahta di hari akhirat.”
48. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang dan kemudian dibuat pakaian untuk anak-anaknya maka Allah akan memberikan pahala sama seperti orang yang memberi makan kepada 1.000 orang yang lapar dan memberi pakaian kepada 1.000 orang yang tidak berpakaian.”
49. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang meminyakkan rambut anaknya, menyikatnya, mencuci pakaian mereka dan memandikan anaknya, Allah akan memberikan pahala kebaikan sebanyak helai rambut mereka dan menghapus sebanyak itu pula dosa-dosanya dan menjadikan dirinya kelihatan berseri di mata orang-orang yang memerhatikannya.”
50. Sabda Nabi SAW : “Ya Fatimah barangsiapa wanita yang meminyakkan rambut dan jenggot suaminya, memotong kumis (misai) dan mengerat kukunya, Allah akan memberinya minum dari sungai-sungai serta diringankan Allah baginya sakaratul maut dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman- taman surga dan dicatatkan Allah baginya terbebas dari api neraka dan selamatlah ia melintas titian Shirat.”
51. Jika suami mengajarkan isterinya satu hal akan mendapat pahala 80 tahun ibadah.
52. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang di jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya, ia akan masuk surga 500 tahun lebih awal dari suaminya, akan menjadi ketua 70.000 Malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam surga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat dari yakut.
53. Semua orang akan dipanggil untuk melihat Wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang menutupi auratnya yang memakai burdah di dunia ini dengan istiqamah.
54. Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri) yang shalihah.
55. Salah satu tanda keberkahan wanita itu ialah cepat perkawinannya, cepat pula kehamilannya dan ringan pula maharnya (mas kawin).

Wallahu A`lam..

Wanita Shalihah (Bag 5)

By Unknown | At 06.06.00 | Label : | 0 Comments

Shalihah Tauladan Wanita Islam
Tipe Wanita diantara Dua Masa.
2. Wanita Ansor
Para wanita dimasa Baginda Rasulullah SAW senantiasa berdatangan dan bertanya masalah agama kepada Baginda Rasulullah SAW, bakan masalah-masalah yang sensitif sekalipun, mereka tidak segan-segan bertanya kepada Baginda Rasulullah SAW, baik urusan rumah tangga maupun lainnya. Sayyidah` Aisyah ra pernah berkata: “Semoga Allah SWT merahmati wanita-wanita Ansor, mereka tidak malu bertanya untuk memperdalam ilmu agama”.  Mereka betul-betul konsekwensi dalam menjalankan agama, senantiasa mengkuti apa-apa yang diperintakan oleh Allah SWT.

Maka tak heran, ketika turun ayat yang berbunyi:

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. An-Nur: 31)
Wanita-wanita Ansor ketika turun ayat ini, dengan spontanitas mereka mencari kain untuk dijadikan kerudung dan ketika mereka berjamaah, mereka telah berkerudung.
Wanita dimasa lampau adalah sebaik-bak isteri yang ikut membantu suaminya, ketika suaminya akan berangkat kemedan perang, dengan iman yang kokoh, mereka memberkan semangat suminya untuk berjihad fi sabilillah. Apabila diantara mereka ditanya , “Bagaimana nasib kalian kalau suami kalian gugur dimedan perang? Siapa yang akan menghidupi kebutuhan kalian?, dengan iman yang kokoh mereka menjawab, “Saya hanya mengetahui bahwa suamiku pemberi makan (nafkah), bukan pemberi rizqi, apabila lenyap pemberi makan, maka ketahuilah bahwa yang member rizqi masih ada yaitu Allah SWT”. Mereka selalu mengatakan kepada suami mereka ketika akan keluar mencari nafkah: “Wahai suamiku, janganlah mencari barang haram, kami masih dapat menahan lapar dan kesusahan, tapi kami tidak mampu menahan dari api Neraka dan murka Allah SWT”. Kalimt yang mengandung mutiara, andaikata diucapkan kepada suami yang kebetulan imannya lemah, maka kalimat itu akan membuatnya sadar dan akan berusaha menjaga dirinya untuk tidak mencari harta yang haram.
Berbeda halnya dimasa sekarang, wanita hanya menginginkan perhiasan dan pakaian-pakaian yang mewah, agar ia Nampak lebih cantik dari yang lainnya, bahkan mereka tidak segan-segan merongrong suaminya agar dapat mencarikan harta yang banyak, sekalipun dengan jalan haram yang tidak diridhai oleh Allah SWT.
Itulah sekelumit gambaran wanita-wanita dimasa lalu, maka kitapun menginginkan tipae wanita-wanita di masa sekarang dan yang akan datang, bisa sama seperti mereka, bahkan mungkin lebih dari itu.
Baginda Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada keuntungan orang mukmin setelah taqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang lebih baik baginya dibanding mempunyai isteri yang shalihah.
Apabila dia  menyuruhnya maka ditaati.
Apabila dia melihatnya, maka isteri itu menggembirakannya.
Apabila ia memberi bagian padanya maka dia menerimanya dengan baik.
Dan apabila ia tidak ada di rumah maka isteri yang shalihah itu tetap memurnikan cintanya untuk sang suami dalam menjaga dirinya sendiri dan harta suaminya.”
(Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Abi Umamah).
Beruntunglah bagi setiap lelaki yang memiliki istri shalehah, sebab ia bisa membantu memelihara akidah dan ibadah suaminya. Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa diberi istri yang shalehah, sesungguhnya ia telah diberi pertolongan (untuk) meraih separuh agamanya. Kemudian hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara separuh lainnya.” (HR Thabrani dan Hakim).
Di dalam al-Qur’an sangat jelas diungkapkan beberapa kriteria wanita shalihah menurut kacamata Islam:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. 30:21)

Wallahu A`lam…

Wanita Shalihah (Bag 4)

By Unknown | At 06.05.00 | Label : | 0 Comments
images Tauladan Wanita Islam
Wanita zaman sekarang bukanlah wanita sebagaimana kita dambakan. Alhamdulillah, sekalipun ada wanita-wanita terpilih yang masih dapat kita banggakan, sosok wanita muslimah, taat, shalihah, dapat menjaga kehormatan diri, keluarga, serta dapat memberikan contoh kepada yang lainnya. Dizaman sekarang wanita tersebut termasuk golongan minoritas. Karena pada umumnya wanita zaman sekarang ini terbagi dalam dua kelompok:
Golongan pertama: Wanita yang diasingkan dari dunia keidupan, hidupnya dikekang, dibatasi dari pergaulan, pendidikan dan sebagainya, sehingga lahirlah wanita-wanita yang tidak mengerti agama, tidak mengetahui kewajibannya terhadap suami dan anak-anaknya. Bagaimana ia akan mendidik anak-anaknya? Sedangkan ia masih membutuhkan pendidikan?.
Golongan kedua: Wanita yang mendapat kebebasan, sehingga mereka hidup bebas, apa saja yang akan mereka lakukan sesuka hatinya, mencontoh budaya barat, segala tindak tanduk selalu berkiblat ke Eropa dan lain sebagainya, sehingga mereka telah melampaui norma-norma agama dan melupakan kodratnya sabagai kaum Hawa.

Dua golongan tersebut justeru dapat kita lihat dalam kehidupan kita sekarang ini, bahkan kita jumpai pada wanita-wanita muslimah zaman sekarang. Kedua golongan tersebut Salah ataukah Benar? Sedangkan kedua golongan tersebut terlalu melampaui batas-batas yang telah digariskan oleh syariat islam, yaitu diantara Tafrit (Pengekangan) dan Ifrat (Kebebasan).
Kita akan coba memaparkan figur wanita muslimah dimasa depan, wanita yang ditengah-tengah, yang terlepas diantara dua golongan, wanita yang merupakan idaman setiap orang khususnya calon suami.
Tipe Wanita diantara Dua Masa.
Untuk lebih mengetahui tipe wanita muslimah yang kita dambakan dimasa depan, terlebih dahulu kita harus melihat sejenak kebelakang tentang kehidupan wanita masa lampau agar dapat kita jadikan pelajaran.
  1. Sayyidah Fatimah Az-Zahra
Merupakan putri Baginda Rasulullah SAW, putri yang paling dicintai dan disayangi. Bahkan Baginda Rasulullah SAW bersabda:
“Fatimah adalah darah dagingku, barang siapa menyakitinya berarti menyakiti aku, barangsiapa menyusahkan hatinya, berarti mennyusahkan aku”.
Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra ra putri Rasulullah saw; beliau adalah Al-Batul ( yang hidup hanya untuk beribadah ), wewangian Rasulullah saw, ibundanya Sayyidatuna Khadijah binti Khuwailid Ummul Mukminin istri Rasulullah saw mengandung beliau saat berusia 50 tahun; beliau merupakan putri ke empat Rasulullah saw.
Beliau adalah anak Rasulullah saw yang hidup paling akhir, karena itulah beliau dapat menyaksikan wafatnya Rasulullah saw; dan beliau adalah orang yang pertama kali menyusul wafatnya Rasulullah saw.
Rasulullah saw amat gembira sekali dengan kelahiran Sayyidatuna Fathimah ra yang merupakan pembawa kabar gembira dan nasib baik yaitu pada hari orang-orang Quraisy merampungkan pembangunan Baitul Haram dan masing-masing pemuka Quraisy ingin mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad di tempat asalnya.
Terjadilah perselisihan diantara mereka dan nyaris terjadi saling membunuh di antara mereka. Kemudian mereka sepakat untuk menjadikan hakim diantara orang yang lebih dahulu masuk masjid. Ternyata orang yang pertama kali masuk masjid adalah Muhammad Rasulullah saw; maka mereka berkata :
“Ini adalah Muhammad Al-Amin ( yang sangat dipercaya ). Sungguh kami rela dia bertindak sebagai hakim pemutus perkara”
Ketika Muhammad Raulullah saw mengetahui sebab terjadinya perselisihan diantara mereka, maka baeliau berkata :
“Letakkan Hajar Aswad itu di atas pakaian ini”.
Lalu beliau membentangkan pakaiannya. Mereka pun melakukannya. Kemudian beliau berkata ;
“Saya minta masing-masing para pimpinan kabilah memegang ujung pakaian ini, dan angkatlah Hajar Aswad ini bersama-sama”.
Maka merekapun melakukannya, lalu beliau mengambil Hajar Aswad ketika mereka sudah mengangkatnya dan beliau letakkan di tempatnya; dan keputusan ini tidak ada yang menentang beliau dan padamlah perselisihan mereka. Kemudian Rasulullah saw pulang ke rumahnya dan beliau mendapati istrinya Sayyidatuna Khadijah telah melahirkan Sayyidatuna Fathimah, timbul rasa gembira dan bahagia luar biasa dengan kelahiran putrinya ini. Beliau memberi nama Fathimah ( yang menyapih ) dengan harapan agar kelak ia menjadi seorang ibu serta bisa menyapih anak-anaknya,.
Sayyidatuna Fathimah tumbuh dewasa di dalam naungan dakwah, beriman kepada Allah dan Rasulnya, hidup di sisi Rasulullah saw dengan terus membantu beliau, mengawasi beliau dan memperhatikan penentangan, kebencian dan perlakuan buruk orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah saw. Beliau selalu berusaha menolong ayahnya, bersikap tabah dan terus membelanya.
Dan tatkala ibundanya Sayyidatuna Khadijah ra wafat, maka menjadi berlipat gandalah beban berat hidupnya; karena itu beliau mendapat sebutan “Ummu Abiba” ( ibu bagi ayahnya ).
Ketika seorang kafir Quraisy bernama Uqbah bin Mu’aith meletakkan isi perut kambing diatas kepala Rasulullah saw yang sedang sujud di bawah naungan Ka’bah; dengan cepat Sayyidatuna Fathimah menyingkirkannya dari kepala beliau dan mencaci maki Uqbah serta menantang sikap kasar dan kesombongannya.
Sayyidatuna Fathimah telah ikut serta mengalami peristiwa-peristiwa kerasulan, hidup mengiringi masa-masa kerasulan, ikut merasakan besarnya beban berat yang harus dipikul Nabi saw dan beliau bersabar menghadapi pahit getirnya penderitaan itu. Beliau merasa sedih sekali dan menangis melihat apa yang telah menimpa Nabi saw. Rasulullah selalu menenangkan kegelisahan puterinya, menghilangkan kesusahannya dan memberinya kabar gembira akan datangnya pertolongan Allah swt.
Saat terjadi peristiwa pemblokadean keluarga Rasulullah saw oleh orang-orang kafir Quraisy di sebuah bukit; Sayyidatuna Fathimah jatuh sakit dan ibundanya Sayyidatuna Khadijah sangat menghawatirkan kondisi anak perempuannya yang masih kecil itu. Semua keluarga Rasulullah saw ikut menderita akibat blokade orang-orang kafir Quraisy.
Sayyidatuna Khadijah sendiri terserang penyakit berat dan merasakan ajalnya sudah dekat. Ketika Sayyidatuna Khadijah wafat, Rasulullah saw merasakan duka dan pahitnya perpisahan dengan seorang wanita yang amat agung, yang telah memberi keteguhan hati beliau, memberi motivasi serta pertolongan kepada beliau.
Ketika Rasulullah saw terluka dalam perang Uhud; Sayyidatuna Fathimah ra segera mendekati ayahnya dan melihat wajahnya yang mulia bercucuran darah, beliau pun memberikan pertolongan dan mencoba menghentikan darah yang keluar dengan ke dua tangannya, namun tidak berhasil. Sementara Sayyidina Ali bin Abu Thalib menuangkan air ke wajah Nabi saw, namun darah tetap keluar. Maka beliau mengambil potongan tikar yang sudah lama dan membakarnya. Setelah menjadi abu, maka abu tersebut beliau tempelkan ketempat luka Rasulullah saw, hingga darah tersebut menjadi tertahan dan berhenti ( HR. Buhhari, Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad )
Sayyidina Ali bin Abu Thalib meminang Sayyidatuna Fathimah ra.
Diriwayatkan dari Abdillah bin Buraidah dari ayahnya bahwa ia pernah berkata : Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar pernah meminang Sayyidatuna Fathimah, maka Rasulullah saw bersabda :”Sesungguhnya ia masih kecil”. Kemudian Sayyidina Ali ra meminangnya, maka Rasulllah saw menikahkan Sayyidatuna Fathimah dengannya. Diriwayatkan dari Imam Thabroni bahwa Rasullah bersabda :

إنّ اللّه تعالى أمرني أن أزوّج فاطمة من عليّ. ( رواه الطبراني

“Sesungguhnya Allah swt telah memerintahkan kepadaku agar menikahkan Fathimah dengan Ali”.
Sayyidina Ali telah menyiapkan sebuah rumah sebagai tempat untuk menyambut calon istrinya. Putra-putri Bani Abdul Muthallib sangat merasa gembira sekali sebagaimana kebahagiaan itu meliputi para sahabat Anshar dan Muhajirin.
Telah diriwayatkan dari Atho’ bin As Sa’ib dari ayahnya dari Sayyidina Ali ra, bahwa beliau berkata :
“Rasulullah saw telah memberi perlengkapan kepada Fathimah berupa khomil ( kain beludru yang terbuat dari kapas ), geriba ( tempat minum dari kulit ) dan bantal yang berisi rumput idzkir ( sejenis rumput yang basah dan berbau harum ).
Dalam riwayat lain dari Sayyidina Ali ra, bahwasanya ketika Rasulullah saw mengawinkan dirinya dengan Sayyidatuna Fathimah, maka beliau membekali Sayyidatuna dengan Khomilah ( kain beludru ), bantal yang berisi sabut, dua alat penggiling, siqo’ ( wadah air dari kulit ) dan dua tempayan air.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa beliau berkata:
“Ketika Rasulullah saw, menikahkan Sayyidatuna Fathimah dengan Sayyidina Ali, maka sesuatu yang dihadiahkan Rasulullah kepada Fathiimah adalah ranjang tempat tidur yang diikat dengan tali yang terbuat dari daun kurma dan bantal yang berisi sabut, serta geriba.
Ibnu Abbas berkata lagi : “Orang-orang datang membawa kerikil pasir, kemudian mereka letakkan merata di dalam rumah pengantin ( Hadits ).
Demikianlan pernikahan berlangsung dengan biaya relative sedikit serta ongkos yang amat murah, dan terlaksana dengan penuh keramahan, kemudahan serta penuh kebaikan.
Kehidupan Sayyidatuna Fathimah ra di rumah suaminya.
Sayyidina Ali Kw adalah seorang faqir yang tidak memiliki apa-apa. Kehidupan dirinya bersama Sayyidatuna Fathimah ra dalam keadaan serba sulit. Keadaan tubuh Sayyidatuna Fathimah yang lemah akibat penderitaan beliau yang pernah dialami ketika terjadi pemblokadean kaum muslimin dibukit berupa kelaparan dan embargo ekonomi. Dan setelah bebas dari pemblokadean, Sayyidatuna fathimah menanggung penderitaan dan kepayahan hidup serta ikut bersama Nabi saw, menanggung perlakuan jahat orang-orang kafir Quraisy. Beliau hijrah ke kota Madinah dalam keadaan kedua kaki berdarah dan tinggal di rumah suaminya Sayyidina Ali kw yang alim dan wara’, seorang mujtahid yang dalam keterpaksaannya ia tidak pernah dapat menjamin untuk bisa makan pagi atau sore, maka Sayyidatuna Fathimah pun mengikuti suaminya dengan rela sepenuhnya.
Sayyidina Ali kw selalu membantu pekerjaan istrinya semampunya, karena beliau tidak mampu membayar seorang pelayan yang dapat membantu tugas istrinya. Diriwayatkan dari Sayyidina Ali kw, bahwa beliau pernah berkata kepada Ibnu Ummi Abd :
“Maukah Kuceritakan kepadamu tentang diriku bersama putri Rasulullah saw, ia adalah keluarga Rasulullah saw yang amat beliau cintai. Suatu hari ia pernah berada disampingku, lalu ia menggiling dengan alat penggiling sampai alat itu menimbulkan bekas ditangannya. Ia juga mengambil air dengan geriba sampai alat itupun membekas pada lehernya. Ia juga menyapu rumah sehingga pakaiannya penuh dengan debu. Ia pun memasak dengan periuk sehingga pakaiannya menjadi sangat kotor.”
Diriwayatkan dari Sayyidatuna Fathimah ra, bahwa beliau berkata :
“Sungguh kedua tangan saya menjadi tebal dan kasar karena alat penggiling, kadangkala aku membuat tepung dan kadangkala aku membuat adonan.” (HR. Ad Daulabi, Ahmad dan Turmudzi )
Suatu ketika kaum muslimin menang dalam peperangan dan berhasil menawan beberapa tawanan wanita; saat itu Sayyidina Ali kw berkata kepada Sayyidatuna Fathimah :
“Pergilah dan mintalah seorang tawanan wanita yang dapat menolong pekerjaanmu dan saya kira Nabi saw tidak akan menolak permintaanmu karena kedudukanmu yang dekat dengan beliau.”
Maka Sayyidatuna Fathimah ra mematuhi perintah suaminya dan berangkat ke tempat Nabi saw. Maka Nabi saw bertanya kepadanya :
“Ada apa wahai putriku?”
Sayyidatuna Fathimah menjawab :
“Saya hanya datang untuk mengucapkan selamat kepada ayah.”
Beliau malu untuk meminta sesuatu dari ayahnya sendiri; lalu beliau kembali ke rumahnya. Ketika Sayyidina Ali kw mengetahui keadaan ini, maka beliau mengantar Sayyidatuna Fathimah pergi ke tempat Nabi saw dan mengutarakan niatnya untuk meminta seorang tawanan wanita yang dapat membantu pekerjaan Sayyidatuna Fathimah di rumah, karena ia kelihatan tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya sendirian. Maka Rasulullah saw menjawab :
“Tidak, Demi Allah aku tidak akan memberi kalian, sementara aku membiarkan Ahlus Shuffah ( orang-orang fakir yang tinggal diserambi masjid ) dalam keadaan perut mereka terlipat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang akan kubelanjakan untuk mereka, tapi akan menjual para tawanan itu lalu akan kubelanjakan hasilnya untuk Ahlus Shuffah.”
Dalam riwayat lain dari sanad Abi Umamah dari Sayyidina Ali kw, bahwasanya Rasulullah bersabda :
“Bersabarlah engkau wahai Fathimah! Sesungguhnya wanita yang paling baik adalah yang bisa memberi manfaat bagi keluarganya.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda :
“Maukah kalian kuberitahu mengenai sesuatu yang lebih baik daripada sesuatu yang telah kalian minta kepadaku? Ada beberapa kalimat yang diajarkan kepadaku oleh Jibril yaitu setiap selesai menjalankan sholat, hendaklah kalian membaca tasbih 10x, membaca tahmid 10x serta membaca takbir 10x. dan ketika kalian beranjak ketempat tidur, maka hendaklah kalian membaca tasbih 33x, membaca tahmid 33x serta membaca takbir 33x.
(HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi, Nasa’i, Ahmad, Ad Darimi dan Abu Nua’im).
Kepribadian Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra
Beliau hidup sebagai sosok wanita yang giat dan yang teguh, suatu kehidupan yang seluruhnya merupakan hasil tempaan kasih sayang serta perhatian dari dua orang tua yang sangat mulia keturunannnya, budi pekertinya, kebangsawanan dan nasabnya. Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra selalu belajar di rumah kedua orang tuanya tentang sesuatu yang tidak dipelajari oleh anak perempuan selainnya di kota Makkah, yaitu berupa ayat Al-Qur’an dan tradisi-tradisi yang tidak mungkin orang-orang sekitar mereka menanggungnya, baik mereka yang ahli ibadah ataupun yang lainnya.
Disamping itu, Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra juga mempelajari apa saja yang dipelajari oleh anak-anak perempuan yang lain. Maka tidaklah heran bila beliau pernah membalut luka-luka ayahnya ketika perang Uhud, dan beliau melakukan sendiri pekerjaan-pekerjaan rumahnya serta beliau tidak pernah dibantu oleh seorang wanitapun di dalam sebagian besar masa hidupnya.
Beliau tumbuh dewasa dan berkembang di tengah rumah tangga yang suci ini adalah seorang wanita yang berilmu, mempunyai keistimewaan dan menjiwai ilmu-ilmu Al-Qur’an, makna-maknanya seta isi kandungannya. Beliau tumbuh dewasa dalam ketenangan, kesederhanaan, dan perasaan cukup beliau dengan kemuliaan nasabnya; memiliki kemauan yang kuat, semamgat yang gigih dan jiwa yang mulia.
Beliau menjunjung tinggi hubungan nasab dirinya dengan ayahnya dan merasa gembira sekali terhadap kemiripan anak-anaknya dengan ayah beliau. Beliau selalu menyebut-nyebut hal ini pada waktu menimang.
Fithroh keagamaan pada diri Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra ra, merupakan fithroh yang telah diwarisi dari kedua orang tuanya yang mulia. Beliau sangat hati-hati sekali menjaga perintah agama yang telah diyakininya, sehingga selalu waspada dan selalu bertindak paling hati-hati ( Al-Ahwath ) didalam setiap urusan. Beliau adalah orang yang paling mirip ayahnya dalam gaya berjalannya, ucapan dan pebicaraannya. Sayyidatuna A’isyah ra berkata tentang Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra :
“Saya tidak pernah melihat seorangpun yang gaya berjalannya, ketenangan dan tingkah lakunya mirip dengan Rasulullah saw daripada Fathimah putri Rasulullah saw pada waktu ia berdiri dan duduk.”
( HR. Turmudzi, Abu Daud dan Nasa’i )
“Ketika Fathimah masuk ke tempat Rasulullah saw. Maka Rasulullah pun berdiri menyambutnya, lalu menciumnya kemudian mendudukkannya di tempat duduk beliau; dan apabila Nabi saw masuk ke tempat Fathimah ra, maka iapun berdiri menyambut beliau, lalu mencium beliau kemudian mempersilahkan beliau duduk di tempat duduknya.”
( HR. Turmudzi, Abu Daud dan Nasa’i )
“Sayyidatuna Aisyah merasa aneh ketika sikap Sayyidatuna Fathimah seperti orang biasa, pada waktu beliau melihat Sayyidatuna Fathimah menangis kemudian terus tertawa disisi Rasulullah saw, sewaktu beliau sakit menjelang wafatnya. Kemudian Sayyidatuna Aisyah baru tahu bahwa Sayyidatuna Fathimah menjadi tertawa karena telah mendengar dari ayahnya bahwa ia adalah orang yang pertama kali diantara keluarganya yang akan menyusul ayahnya.”
( HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Nasa’i, Ibnu Sa’ad, Hakim dll )
Kedudukan Sayyidatuna Fathimah disisi Rasulullah saw.
Rasulullah bersabda :

فاطمة بضعة منّي فمن أغضبها فقد أغضبني. ( رواه البخارى

“Fathimah adalah bagian darah dagingku, barangsiapa yang membuatnya marah maka ia telah membuatku marah.”
( HR. Bukhari )
Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam bahwa ia berkata ; Rasulullah saw pernah berkata kepada Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein :

انا حرب لمن حاربتم وسلم لمن سا لمتم ( رواه احمد، التر مذى، إبن هباّن و الحاكم

”Saya memerangi orang-orang yang kalian perangi dan saya berdamai dengan orang-orang yang kalian ajak berdamai.”
( HR. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, serta shahih menurut Ibnu Hibban dan Al-Hakim )
Keistimewaan Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra.

كمل من الرّجال كثيرا ولم يكمل من النّساء إلاّ مريم بنت عمران وآسية امرأة فرعون و خديجة بنت خويلد و فا طمة بنت محمّد و فضل عائسة على النّسآء كفضل الثريد على سائر الطعام.
( رواه البخارى و مسلم

“Banyak dari kaum lelaki ( para hamba Allah swt ) yang sempurna, dan tidak ada dari kalangan kaum perempuan ( hamba Allah swt ) yang sempurna kecuali Maryam putri ‘Imran, Asiyah istri Fira’un, Khadijah puteri Khuwailid dan Fathimah putri Muhammad, sedangkan keistimewaan ‘Aisyah dibandingkan dengan perempuan lain ( dari para hamba Allah swt ) adalah seperti keistimewaan tsarid ( roti yang diremuk dalam kuah ) melebihi seluruh makanan lainnya.” ( HR. Bukhari – Muslim )

مريم بنت عمران وخديجة بنت خويلد وفاطمة بنت محمد وآسية امرأة الفرعون   حسبك من نساء العالمين اربع

“Cukup untuk kamu ketahui bahwa diantara wanita sealam semesta ( yang paling mulia ) ada empat orang yaitu Maryam puteri Imran, Khadijah puteri Khuwailid, Fathimah puteri Muhammad dan Asiyah istri Fir’aun.”
( HR. Turmudzi, Hakim, Ahmad dan ibnu Hibban )

يافاطمة أمّا ترضين ان تكونى سيّدة نسآء المؤمنين او سيّدة هذه الأمة, فضحكت الذى رأيت.

“Wahai Fathimah tidakkah engkau senang menjadi junjungan para wanita orang-orang mukmin atau junjungan para wanita umat ini.”
( HR. Bukhari, Muslim, dll )

افضل نساء اهل الجنّة خديجة و فاطمة. ( رواه احمد و الحاكم

“Wanita penduduk surga yang paling utama adalah Khadijah dan Fathimah.”
( HR. Ahmad dan Al Hakim )

ان فاطمة الزّهراء احبّ اهل بيتى إليّ

“Sesungguhnya Fathimah Az-Zahra adalah Ahli Baitku yang paling kucintai.”
( HR. Imam Ahmad )
Diantara keistimewaan Sayyidatuna Fathimah ra adalah sesungguhnya Allah swt telah melestarikan anak cucu Nabi saw lewat anak cucu Fathimah dan melanggengkan keturunan Raulullah saw lewat keturunan Sayyidatuna Fathimah ra. Karena hanya Sayyidatuna Fathimah satu-satunya diantara putra-putri Nabi saw yang menjadi ibu bagi keturunan Ahli Bait. Anak-anak Nabi saw yang laki-laki tidak ada yang berumur panjang. Putra-putra beliau yang bernama Qasim, Abdullah dan Ibrahim telah meninggal dunia saat mereka masih anak-anak. Adapun putri-putri Nabi saw adalah empat orang yaitu Zainab, Ruqaiyah, Ummu Kultsum dan Fathimah Az-Zahra. Semua putri Nabi saw terputus keturunannya; kecuali keturunan Sayyidatuna Az-Zahra Al-Batul. Allah swt telah memberi karunia kepada Sayyidatuna Az-Zahra ra berupa dua orang putra yaitu Sayyidina Hasan dan Husein dan seorang putri yaitu Sayyidatuna Zainab ra; dan hanya dari kedua putranya ( Sayyidina Hasan dan Husein ) cucu Rasulullah saw asal-usul seluruh para Ahli Bait yang mulya.
Wafatnya Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra Al-Batul.
Ketika menjelang wafatnya, beliau berkata kepada Asma binti Amis :
“Tidakkah engkau lihat, sudah seberapa parah sakitku ini, maka janganlah engkau akan mengusungku di atas keranda yang terbuka.”
Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Buraidah menyebutkan bahwa Sayyidatuna Fathimah ra, telah berkata kepada Asma’ :
“Sesungguhnya saya sangat malu bila keluar dalam keadaan terbungkus, diusung oleh para lelaki, sedangkan ditengah-tengah bungkus itu terdapat tubuh saya.”
Dalam riwayat Ummi Ja’far menyebutkan, bahwa Sayyidatuna Fathimah berkata :
“Sesungguhnya saya menganggap jelek sekali perlakuan yang diperuntukkan kepada para wanita yang ( jenazahnya ) dikenakan pakaian ( diberi kafan ) lalu pakaian itu memperlihatkan bentuk tubuhnya.”
Maka Asma’ berkata kepada beliau :
“tidak… sungguh demi hidupku wahai puteri Rasulullah saw.. namun aku akan membikin keranda ( yang tertutup rapat ) sebagaimana yang pernah engkau lihat itu dilakukan di Habasyah.”
Sayyidatuna Fathimah berkata :
“Coba hal itu perlihatkan kepadaku.”
Maka Asma’ mengambil beberapa pelepah daun kurma yang masih basah, lalu ia melengkungkan pelepah-pelepah itu kemudian ia jadikan keranda di atas tempat tidur. Ketika Sayyidatuna Fathimah melihatnya, beliau langsung tersenyum, padahal beliau tidak pernah kelihatan tersenyum ( sepeninggal Rasulullah saw ). Beliau berkata kepada Asma’ :
“Alangkah bagusnya keranda ini dan alangkah indahnya. Dengan bentuk macam ini, maka wanita akan bisa dibedakan dari orang laki-laki. Mudah-mudahan Allah swt menutupi aibmu sebagaimana engkau telah menutupiku, dan bilamana aku telah meninggal, maka mandikanlah bersama dengan Ali serta jangan ada seorangpun yang masuk ke tempatku.”
Sayyidatuna Fathimah ra wafat pada hari selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 11 H, dalam usia 28 tahun. Beliau dimakamkan di Baqi’ pada malam hari. Shalat jenazah beliau dipimpin oleh Sayyidina Ali. Dan ada yang mengatakan dipimpin oleh Sayyidina Abbas ra. Yang menurunkan jenazah beliau ke liang lahat adalah Sayyidina Abbas ra dan Sayyidina Ali ra serta Fadhil bin Abbas. Sedangkan dalam kitab Adz Dzurriyah Ath Thahirah karangan Ad Daulabi menyebutkan bahwa Sayyidatuna Fathimah hidup setelah wafatnya Nabi saw, selama 3 bulan. Adapun riwayat yang paling shahih adalah riwayat Az-Zuhri dari Urwah bin Zubair dari Aisyah bahwa beliau berkata: “ Fathimah hidup setelah wafatnya Rasulullah saw selama 6 ( enam ) bulan.
( HR.Bukhari Muslim ).

Wallahu A`lam..
( Dikutip dari buku Ajarilah Anakmu Mencintai Keluarga Nabi SAW; Muhammad Abduh Yamani )
Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. MAHKOTA CAHAYA - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Blog Bamz