Tampilkan postingan dengan label kabar berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kabar berita. Tampilkan semua postingan

Selasa, 24 April 2012

Di Bosnia Ada 30 Hafizh Yang Membaca Al-qur'an Dengan 10 Qira'at

By Unknown | At 08.58.00 | Label : , | 0 Comments

Mahkota Cahaya : 30 Hafizh Bosnia


 
 Salam Mc:
yang menerima piagam ‘Hafizh’ dari lajnah tahkim.

DR.Fazlits menambahkan, salah seorang wanita telah berhasil membaca tanpa henti al-Qur`an penuh (30 juz) selama 10 jam. Ia menyiratkan, mereka yang mengajukan gelar ‘hafizh’ masuk dengan menangis terisak-isak ketika memperhatikan teman mereka telah melampaui waktu yang sekian lama dalam ujiannya, sebagai bukti kegembiraan mereka yang besar atas taufik Allah SWT atasnya.

sementara itu, al-Hafizh Manshur Malkits, imam dan khatib pada Jami’ Khasraf Bek, yang juga guru mata kuliah al-Qur`an di Madrasah Aliyah Islam dan anggota lajnah tahkim kepada aljazeera.net menjelaskna, ia menimba ilmu dasar al-Qur`an di kampungnya, Tozla, kemudian datang ke Sarajevo untuk melanjutkan S1-nya di fakultas ad-Dirasat al-Islamiah.

Malkits mengatakan, ia banyak mendengar bacaan para Qari terkenal dari Mesir hingga akhirnya dapat menekuni makhraj al-Qur`an. Ia terus mempelajari al-Qur`an hingga berhasil menjadi ‘Muhaffizh’ (Pengajar tahfizh) dengan berpedoman kepada bacaan ala Hafsh dari ‘Ashim.

Para Muhaffizh berlomba-lomba untuk mendapatkan anak didik sebanyak-banyaknya guna mengajarkan mereka al-Qur`an secara gratis. Seorang murid membutuhkan 1500 jam agar dapat menjadi hafizh, di mana memakan waktu antara dua hingga tiga tahun. (almkhtsr/AH)

Sabtu, 17 September 2011

ISLAM ITU INDAH

By Unknown | At 23.02.00 | Label : | 0 Comments







Sesungguhnya Islam tidaklah sesempit yang digambarkan banyak orang di mana Islam hanya dikaitkan dengan pelaksanaan ibadah-ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, zakat, atau haji. Islam adalah sebuah sistem hidup yang sebenarnya mengajarkan banyak hal kepada pemeluknya. Jika mau menggali kandungan Islam, kita akan menjumpai bertaburnya ajaran yang (salah satunya) menyinggung tentang adab, seperti adab terhadap orangtua, anak, saudara, tetangga, masyarakat, hingga pemerintah. Demikian juga adab bertamu, berbeda pendapat, makan maupun minum, dan sebagainya. Saking lengkapnya, Islam pun mengajarkan tentang adab bersin, menguap, hingga buang hajat.
Demikian lengkap dan sempurna, hanya sayangnya kebanyakan kaum muslimin justru mengabaikannya. Di samping dikarenakan awam, sebagian kita merasa cukup jika ia telah menunaikan shalat, berpuasa Ramadhan, zakat, atau (jika mampu) berhaji. Padahal semestinya jika ibadah-ibadah tersebut dikerjakan dengan baik, ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah n, dapat membuahkan akhlak yang baik bagi pelakunya. Maka lebih-lebih jika kandungan Islam lainnya dipraktikkan dengan dilandasi akidah yang benar, niscaya kemaslahatan dalam berkeluarga dan bermasyarakat akan terwujud.
Tidak akan kita jumpai tetangga yang saling mengganggu baik dengan lisan maupun tindakannya. Tidak ada anak yang membangkang terhadap orangtuanya. Tidak perlu pula ada pertumpahan darah hanya karena berebut warisan. Intinya, tidak akan kita jumpai kezaliman antar sesama anak manusia karena segalanya diliputi kesejukan dan kedamaian.
Sudah semestinya, jika kita dikaruniai hidayah bisa mengenal Islam secara benar dengan dalil-dalilnya, berupaya memelopori sekaligus mendakwahkan penerapan adab-adab Islam di tengah masyarakat. Meski perlu dicatat, kita dihadapkan pada masyarakat awam yang heterogen yang tentu saja pemahamannya masih karut marut. Ada yang fanatik ormas, fanatik mazhab, fanatik partai, kultus serta taklid buta dengan individu tertentu, dsb. Ada yang menganggap kesyirikan sebagai wasilah (sarana) mendekatkan diri kepada Allah l. Ada pula yang tidak paham sunnah bahkan sampai pada taraf mencelanya, dan sebagainya.
Oleh karena itu mendakwahi masyarakat umum jelas dibutuhkan sikap bijak. Bergelutnya mereka dengan syirik, bid’ah, maupun maksiat, tidak lantas disikapi secara sama rata. Mengenalkan al-haq (sesuai kemampuan) kepada mereka menjadi tahapan yang harus dikedepankan. Bukan belum-belum sudah menjaga jarak serta dengan mudahnya memvonis orang lain sebagai “ahlul maksiat” sehingga itu dijadikan dalil untuk menjauhi bahkan memusuhi mereka. Padahal bisa jadi orang yang dimaksud tak pernah mengerti halal-haram, sekadar ikut-ikutan dengan tradisi yang telah berkembang di masyarakat, bahkan ada yang sangat asing dengan ajaran-ajaran Islam.
Semestinya kita menyuburkan sikap empati dengan sejenak menengok ke belakang saat kita belum mengenal dakwah, belum mengenal mana tauhid dan mana syirik, mana halal mana haram, serta mana sunnah dan mana bid’ah. Masa-masa itulah yang tengah dihadapi masyarakat umumnya. Lebih-lebih kita sadar bahwa pada dasarnya syariat itu berat dibandingkan hawa nafsu. Sehingga itu menjadi pelecut semangat kita untuk tidak surut dalam mendakwahi masyarakat awam, tentunya dengan tetap menaati rambu-rambu syariat. Jangan sampai sikap yang tidak pada tempatnya justru membuat masyarakat lari. Kita tanamkan di benak kaum muslimin, Islam tidaklah seram, tidak kaku, ….karena Islam itu indah!

Sabtu, 16 Juli 2011

Dibalik Cerita Masjid Baiturrahman, Saksi Sejarah Aceh

By Unknown | At 07.54.00 | Label : | 0 Comments


baiturrahmanMesjid Baiturrahman telah menjadi simbol Aceh. Menelusuri sejarah Mesjid yang berada di jantung kota Banda Aceh ini, ibarat melihat perjalanan bumi Serambi Mekah. dimulai dari masa kesultanan, penjajahan Belanda dan masa bersama Indonesia lengkap dengan pemberontakannya. Mulai Daerah Operasi Militer, perjanjian damai hingga bencana tsunami. Rumah ibadah ini menyaksikan semuanya
Sejarah mencatat, Baiturrahman kembali melewati satu babak dalam sejarah masyarakat Aceh. Mesjid ini merupakan simbol Aceh. Perjalanan Mesjid ini juga merekam sejarah Aceh. Karena itu tak lengkap rasanya bila berkunjung ke Aceh, tanpa menengok Mesjid berkubah lima ini dan sedikit mengenal sejarahnya.
Mesjid ini sudah berada di tengah kota Banda Aceh sejak zaman kesultanan. Ada dua versi hikayat pendiriannya. Ada yang menyebut Sultan Alauddin Johan Mahmud Syah membangun Mesjid ini pada abad ke 13. Dalam versi lain menyatakan Baiturahman didirikan pada abad 17, pada masa kejayaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Tak ada yang bisa memastikan mana yang benar. Nama Baiturahman, menurut catatan sejarah, diberikan oleh Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu Mesjid ini menjadi salah satu pusat pengembangan ajaran Islam wilayah kerajaan Aceh. Perubahan fisik mesjid mengikuti alur sejarah bumi Serambi Mekah. Bangunan yang kelihatan sekarang bukanlah lagi bangunan semasa zaman kesultanan. Pada masa kesultanan, gaya arsitektur Baiturahman mirip Mesjid-Mesjid tua di Pulau Jawa. Bangunan kayu dengan atap segi empat dan bertingkat yang memiliki 1 kubah. Pada 1873, mesjid ini dibakar oleh Belanda dikarenakan mesjid dijadikan pusat kekuatan tentara Aceh melawan Belanda. Dan pada tahun itu pula terjadi pertempuran besar antara rakyat Aceh dengan tentara Belanda. Tembak menembak yang membuat gugurnya salah seorang perwira tinggi Belanda bernama Kohler. Pertempuran di Mesjid ini dikenang lewat pembangunan prasasti Kohler pada halaman Mesjid. Letak prasasti di bawah pohon Geulempang, yang tumbuh di dekat salah satu gerbang Mesjid.
Peletakan batu pertama pembangunan kembali Mesjid dilakukan tahun 1879 oleh Tengku Malikul Adil, disaksikan oleh Gubernur Militer Hindia Belanda di Aceh saat itu, G. J. van der Heijden. Pembangunan mesjid ini dirancang arsitek Belanda keturunan Italia, De Brun. Bahan bangunan Mesjid sebagian didatangkan dari Penang – Malaysia, batu marmer dari Negeri Belanda, batu pualam untuk tangga dan lantai dari Cina, besi untuk jendela dari Belgia, kayu dari Birma dan tiang-tiang mesjid dari Surabaya. Pembangunan kembali Mesjid dengan satu kubah, selesai dua tahun kemudian. Pada masa residen Y. Jongejans berkuasa di Aceh Mesjid ini kembali diperluas. Kemudian setelah itu, masyarakat Aceh semakin besar, untuk mengupahi dan meredakan kemarahan rakyat Aceh maka Mesjid diperluas lagi kiri kanannya pada tiga tahun kemudian. Ditambahlah dua kubah lagi di atasnya sehingga menjadi tiga kubah. Belanda kemudian meninggalkan Aceh. Bumi Nangroe beralih pada Indonesia.
Pada 1957, masa pemerintahan presiden Soekarno, Mesjid ini kembali berubah. Dua kubah baru dibuat di bagian belakang. Dibangun pula dua menara dengan jumlah tiang mencapai 280 buah. Karena perluasan ini, sejumlah toko di pasar Aceh yang berada di sekeliling mesjid tergusur. Peletakan batu pertama dilakukan oleh menteri agama Republik Indonesia pada masa itu KH Ilyas, kemudian dibangun kira-kira empat tahun. Bangunan berikutnya itu sudah sampai pada menara yang berikut ini. Renovasi Mesjid yang dilakukan pemerintah Soekarno terjadi pada masa gerakan Darul Islam pimpinan Daud Beureueh. Sehingga banyak kalangan yang mengaitkan pembangunan itu sebagai usaha pemerintah meredam pemberontakan itu. Lima kubah juga dianggap mewakili Pancasila yang digagas Soekarno. Pada kurun 1992-1995, Mesjid kembali dipugar dan diperluas hingga memiliki tujuh buah kubah dan lima menara. Setelah dipugar, Mesjid itu mampu menampung 10.000 hingga 13.000 jemaah. Halaman Mesjid juga diperluas hingga menjadi 3,3 hektar.
Semua pemugaran ini dilakukan dengan mempertahankan arsitektur dan bentuk ornamen lama pada masa Belanda. Salah satu tiang peninggalan Belanda, ketika Mesjid masih berkubah satu, masih dipertahankan. Arsitektur Mesjid ini bercorak eklektik, yaitu gabungan berbagai unsur dan model terbaik dari berbagai negeri.Ini misalnya tampak pada tiga pintu bukaan serta jendela yang bisa berfungsi sebagai pintu masuk. Jendela ini dibentuk oleh empat tiang langsing silindris model arsitektur Moorish, yang banyak terdapat di Mesjid-Mesjid Afrika Utara dan Spanyol. Sementara bagian tengah ruang shalat berbentuk bujur sangkar, diatapi kubah utama yang bercorak bawang. Pucuknya dihiasi kubah, mirip Mesjid-Mesjid kuno di India. Pada jendela yang sekaligus menjadi pintu terdapat ukiran yang tampak kokoh dan indah. Untuk menambah kemegahan dan keindahan, Mesjid ini ditempatkan di tengah lapangan terbuka, sehingga semua bagian Mesjid jelas terlihat juga dari kejauhan.
Mesjid Baiturrahman menjadi saksi darurat militer di Aceh, ketika muncul Gerakan Aceh Merdeka. Baiturrahman ini menjadi tempat memanjatkan doa dan harapan rakyat Aceh atas tanggungan beban konflik yang dideritanya. Baiturrahman ini juga menjadi sarana singgah pejabat pusat mengunjugi Aceh yang ketika itu tak aman. Baiturrahman yang konon merupakan salah satu Mesjid terindah Asia Tenggara ini juga menjadi saksi bisu bencana tsunami. Bencana memilukan itu juga merusak sejumlah bagian Mesjid. Rakyat menyelamatkan diri kedalam mesjid sembari meneriakkan Asma Allah.
Pada halaman Mesjid inilah berdirinya posko bencana pertama pasca tsunami Desember 2004 tersebut. Mesjid ini tangguh bertahan dari gempa dan terjangan air laut yang naik ke daratan. Hanya sedikit bangunan yang retak akibat gempa.
Pasca tsunami perdamaian datang. Mesjid ini kembali menjadi bagian sejarah itu. Di Mesjid inilah warga menggelar doa khusus ketika delegasi Indonesia bertemu dengan wakil Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki, Finlandia. Mesjid Baiturrahman menyaksikan perubahan Aceh pasca tsunami dan perjanjian damai. Ketika syariah Islam berlaku di Serambi Mekah, kawasan Mesjid Baiturahman dinyatakan sebagai area terbatas. Hanya pengunjung yang menutup aurat sesuai hukum syariah boleh masuk halaman Mesjid.

Sabtu, 09 Juli 2011

Propaganda Amerika Serikat di Film 2012

By Unknown | At 09.02.00 | Label : | 0 Comments


Gedung bioskop XXI di salah satu mall di surabaya sudah dipenuhi oleh para penonton film 2012. Sulit dimengerti mengapa orang-orang Indonesia tiba-tiba seperti tersihir menonton film ini.

Waktu menunjukan pukul 18.45 WIB. Film 2012 pun muncul di layar. Adegan pertama menceritakan sebuah penemuan ilmiah terkait ledakan di matahari. Ledakan itu mempengaruhi kondisi di bumi, bahkan di kerak bumi. Berdasarkan penemuan ilmiah itu diperkirakan kiamat akan terjadi di tahun 2012.(eradajjal)

Informasi itu segera disampaikan ke Presiden Amerika Serikat. Singkat cerita, Amerika Serikat segera mengajak negara-negara kaya lainnya untuk melakukan misi penyelamatan dari kiamat di tahun 2012.

Seakan meniru kisah Nabi Nuh dalam agama Islam, negara-negara kaya yang dipelopori oleh Amerika Serikat pun membuat bahtera yang super besar dan kuat. Bahtera itu dibuat di China.

Adegan film berikutnya, menggambarkan kejadian gempa bumi di berbagai negara menjelang tahun 2012. Hingga tiba saatnya di tahun 2012, kiamat benar-benar terjadi. Para petinggi Amerika Serikat digambarkan sibuk mempersiapkan keberangkatan ke China untuk menyelamatkan diri dari kiamat.

Namun, Presiden Amerika Serikat menolak ikut pergi ke China untuk menyelamatkan diri dari kiamat dengan bahtera. Sang Presiden memilih berada di tengah-tengah rakyatnya saat kiamat itu terjadi. uh, betapa mulianya sikap Sang Presiden Amerika Serikat itu. Presiden Amerika Serikat hanya mengikutkan anaknya ke dalam misi penyelamatan dari kiamat itu.

Singkat cerita, semua pemimpin negara-negara maju/kaya sudah berada di bahtera itu. Bahtera pun siap diberangkatkan. Menjelang datangnya kiamat, seorang ahli geologi asal Amerika Serikat melihat bahwa masih banyak orang yang berada di luar bahtera. Atas inisiatifnya lah pintu bahtera dibuka untuk menampung warga biasa non pejabat tinggi dari negara-negara maju itu.

Adegan berikutnya tentu saja menggambarkan betapa dahsyatnya kiamat itu terjadi. Tidak ada yang tersisa kecuali bahtera yang telah dinaiki para petinggi negara-negara maju itu.

Dalam ajaran agama Islam ketika kiamat terjadi tidak ada satu pun mahkluk di bumi yang akan selamat, semua hancur bersama dengan hancurnya alam semesta. Namun film 2012 ini mengirimkan pesan bahwa kiamat boleh saja terjadi, dan jika kiamat terjadi maka ikutlah bersama gerbong yang telah dibuat oleh Amerika Serikat dan negara-negara maju, pasti anda akan selamat.

Film 2012 itu seakan melawan ajaran agama tentang kiamat. Tuhan pun tidak mampu menghalangi misi penyelamatan yang telah digagas oleh Amerika Serikat dan negara-negara maju. Film 2012 ini seakan ingin mengirimkan pesan bahwa jalan keselamatan bukan ada di agama-agama namun ada di gerbong yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan negara-negara maju.

Di dunia nyata, gerbong yang dibangun oleh Amerika Serikat dan negara-negara maju itu tak lain dan tak bukan adalah jalan neoliberal. Pengertian neoliberal itu sendiri adalah konsepsi ekonomi-politik yang melarang negara ikut campur dalam persoalan ekonomi. Semua persoalan ekonomi harus diserahkan ke mekanisme pasar, termasuk cabang-cabang produksi dan jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak, seperti energi, listrik, pangan, air, pendidikan dan kesehatan. Jika ada warga miskin yang menjadi korban dari gerbong neoliberal itu ya dianggap saja sebuah seleksi alam.

Menurut ajaran neoliberal, negara hanya boleh campur tangan dalam persoalan ekonomi jika itu untuk menjamin mekanisme pasar dapat berjalan.

Para penonton mungkin terksima dengan teknologi dalam film ini. Namun itu akan segera berlalu, menyusul ditemukan teknologi animasi baru yang lebih canggih dan apik dibandingkan film 2012 ini. Jika rasa kekaguman akan teknologi animasi di film 2012 itu hilang, maka yang tersisa hanyalah pesan dalam film ini bahwa jika ingin selamat maka ikutlah dengan rombongan Amerika Serikat dan negara-negara maju. Another world is not posible (dunia lain, tanpa pasar bebas dengan kepemimpinan Amerika Serikat dan negara-negara maju, tidaklah mungkin ada). Pasar bebas adalah sebuah keniscayaan, kata para pakar ekonomi pemuja neoliberal.

Semoga para penonton film 2012 tidak mengistirahatkan akal sehat dan nuraninya. Semoga para penonton film 2012 setelah keluar dari gedung bioskop tetap pada keyakinan bahwa another world is posible. Karena penyelamatan manusia dan alam semesta terlalu penting jika hanya diserahkan ke tangan Amerika Serikat dan negara-negara maju. Terlebih mereka telah terbukti memproduksi model pembangunan yang mengakibatkan pemiskinan dan kehancuran alam semesta.

Rabu, 15 Juni 2011

Pekan Islam di Universitas St. Cloud: Pelajarilah Islam dari Quran dan Hadis

By Unknown | At 08.36.00 | Label : , | 0 Comments


Asosiasi Mahasiswa Muslim di AS menggelar "Pekan Pengetahuan Islam" di St. Cloud State University (SCSU) sepanjang pekan kemarin. Acara ini bertujuan untuk lebih meluruskan kesalahpahaman masyarakat terhadap Muslim dan agama Islam.
"Ketika saya datang ke St. Cloud, saya melihat dengan jelas bahwa ada rasa keingintahuan yang besar tentan Islam baik di kampus maupun di luar kampus. Di SCSU, para penasehat dan staf fakultas selalu bertanya pada saya tentang agama yang saya anut, " kata Mohammad Hatim Karim Uddin, presiden Asosiasi Mahasiswa Muslim.
Uddin pernah punya pengalaman dengan seorang perempuan yang menanyakan padanya apakah perempuan-perempuan muslim boleh berkunjung ke Makkah. Beberapa orang menanyakan apakah dalam peristilahan Islam ada istilah perang suci.
"Saya menjelaskan pada mereka bahwa tidak ada istilah 'perang suci' dalam Al-Quran. Perang tidak pernah diistilahkan dengan kata 'suci'. Saya lalu menyadari bahwa mereka mendapatkan semua informasi yang salah itu dari media dan sumber lainnya. Dari jawaban yang saya dapatkan dari mereka, jelas bahwa media telah menyebarluaskan informasi yang salah tentang Islam dan Muslim," papar Uddin.
Mohammad Mahruf-Tahir, seorang profesor bidang kimia menambahkan, "Komunitas Muslim harus berjuang menghadapi berbagai persoalan, termasuk persoalan anak mereka yang dilecehkan dan kaum perempuan yang ditatap sedemkian rupa dengan pandangan curiga, semua itu sebagai dampak kesalahmengertian masyarakat tentang kaum Muslimin."
"Ada beberapa kasus di St. Cloud, dimana warganya bereaksi terhadap komunitas Muslim berdasarkan kesalahmengertian itu. Dan sangat penting bagi kita semua memberikan pendidikan pada masyarakat untuk hidup berdampingan dengan damai," sambungMahruf-Tahir.
Dalam "Pekan Pengetahuan Islam" diputar film seri "Friday" yang menjelaskan berbagai aspek agama Islam di dunia modern saat ini. Pemutaran film seri dokumenter ini diharapkan bisa membantu masyarakat St.Cloud khususnya untuk memahami fakta yang sebenarnya tentang berbagai hal dalam Islam, utamanya masalah jihad, perang suci, peran kaum perempuan dalam Islam dan bahwa tidak ada pertentangan antara Islam dengan Barat.
"Lewat film-film ini, tujuan kami adalah menunjukkan pada komunitas di SCSU tentang bagaimana Islam sebenarnya, tidak seperti yang ditunjukkan oleh sumber-sumber lain atau oleh Muslim lain yang tidak tahu banyak tentang Islam atau orang yang melakukan perbuatan buruk dengan mengatasnamakan Islam," kata Uddin.
"Pelajarilah Islam dari kitab suci Al-Quran dan Hadis, cara hidup dan sabda Rasulullah Saw. Jangan mempelajari Islam dari sumber-sumber yang tidak bisa dipercaya, tidak juga dari apa yang dikatakan dan dari perbuatan sebagian muslim," pesan Uddin. (ln/isc/UC)

"Dibandingkan Kristen, Islam Lebih Memberdayakan Kaum Perempuan"

By Unknown | At 08.22.00 | Label : , , | 0 Comments

Setelah masuk Islam, Laura Rodriguez--seorang perempuan Spanyol--memilih aktif dalam berbagai kegiatan advokasi bagi komunitas Muslim Spanyol. Sekarang ia menjadi ketua Union of Muslim Women's Rights Organization, yang bergerak dalam pembelaan hak-hak perempuan Muslim, terutama kaum imigran.
Mengapa ia tertarik untuk aktif dalam organisasi yang membela hak kaum perempuan, terutama para muslimah? Karena soal hak-hak perempuan inilah yang mendorong Laura untuk memeluk agama Islam.
Ia lahir dari keluarga Katolik dan mendapat pendidikan dari sekolah Katolik. Menurut Laura, agama Katolik yang dulu dianutnya, sangat membatasi hak-hak perempuan.
"Dalam ajaran Islam, kaum perempuan diberi banyak hak dibandingkan dalam ajaran Katolik. Agama Kristen membatasi hak-hak kaum perempuan, sedangkan agama Islam memberdayakan kaum perempuan," kata Laura pada surat kabar Turki, Hurriyet.
"Islam memberikan saya hak-hak sebagai perempuan, yang tidak diberikan dalam agama Katolik, seperti kebebasan sebagai individu, hak mendapat pendidikan, perlindungan hukum, hak dalam pekerjaan ..."
"Dalam agama Katolik, perempuan tidak boleh berkomunikasi langsung dengan Tuhannya. Misi perempuan dalam agama Katolik, cuma untuk melahirkan anak saja. Agama Katolik juga tidak memberikan hak bagi perempuan untuk menggugat cerai," papar Laura.
Sekedar informasi, sampai saat ini, perempuan Spanyol yang ingin membuka rekening bank, harus sepengetahuan suaminya. Hal tersebut diungkapkan Yusuf Fernandez Ordonez, sekretaris Federasi Muslim Spanyol, organisasi afiliasi Union of Muslim Women yang dipimpin Laura.
Situasi berubah ketika negara-negara yang mayoritas penduduknya Kristiani, menerapkan sistem sekuler dan gereja-gereja mulai kehilangan pengaruhnya di masyarakat. Kaum perempuan Kristen mulai leluasa untuk mendapatkan hak-haknya, sehingga mereka bisa mengenyam pendidikan yang layak seperti halnya kaum lelaki.
Sementara, Laura berpendapat, meski Islam memberikan banyak hak bagi kaum perempuan, masih banyak hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan kondisi kaum perempuan Muslim sekarang ini. Khusus di Spanyol, utamanya adalah para imigran. Menurut Laura yang sudah 17 tahun berkecimpung menangangi isu-isu imigran, kaum perempuan imigran menghadapi persoalan yang lebih pelik dibandingkan kaum lelaki imigran, apalagi jika menyangkut posisi para muslimah.
"Pemerintah Spanyol tidak membuat banyak kemajuan terkait peningkatan hak kaum perempuan Muslim. Undang-undang tentang kesetaraan lelaki dan perempuan yang berlaku di negara ini, tidak memasukkan isu-isu yang berhubungan dengan agama. Saat ini, tidak ada perwakilan dari kaum perempuan dalam Dewan Islam yang selama ini menjadi jembatan dialog antara komunitas Muslim dengan pemerintah," ujar Laura.
Selain itu, kata Laura, masjid-masjid di Spanyol masih banyak yang membatasi kaum perempuan untuk datang ke masjid. "Dan pemerintah mengabaikan persoalan ini," tukasnya.
Lebih lanjut Laura mengatakan, persoalan lainnya yang dihadapi komunitas Muslim di Spanyol adalah pemberitaan media massa yang cenderung negatif jika bicara soal Islam. Media massa menggambarkan citra yang buruk terhadap kaum lelaki dan perempuan muslim, seolah-olah kaum lelaki dalam Islam adalah pihak yang suka mendominasi serta gemar melakukan kekerasan terhadap perempuan. Sementara perempuan muslim digambarkan sebagai pihak yang "penurut" dan selalu dikorbankan.
"Kami menyelenggarakan acara-acara tentang komunitas Muslim di Spanyol, tapi perhatian media massa sangat minim. Mungkin beda, jika kami mengatakan akan menimpuki seorang perempuan di pusat kota Madrid, semua media massa pasti akan berkumpul," tukas Laura.
Persoalan lainnya di Spanyol, tambah Laura, Islam selalu diidentikan dengan ekstrimisme dan terorisme, dan selalu dipersoalkan lewat isu-isu imigrasi. "Padahal seharusnya, Islam harus dilihat sebagai bagian dari identitas Eropa yang tak terbantahkan," ujarnya.
"Ini persoalan identitas. Kami lahir sebagai orang Eropa, tapi kami muslim. Islam juga bagian dari identitas orang Eropa," tegas Laura.
Para imigran muslim di Spanyol pada dasarnya mudah berbaur dengan masyarakat negeri itu, dan komunitas muslim tetap menghargai serta mendukung pemerintahan monarki di Negeri Tango itu.
Menurut Laura, prasangka buruk menjadi dimensi sosial yang dihadapi komunitas Muslim di Spanyol. "Jika saya ingin masuk ke sebuah partai politik, mereka akan menolak saya karena saya mengenakan jilbab," tukas Laura. (ln/IE/Hurriyet)

Hakim Inggris Masuk Islam: "Inilah Kehidupan Sejati yang Saya Inginkan"

By Unknown | At 08.20.00 | Label : , , | 0 Comments

Pekerjaannya memberikan advokasi hukum terhadap anak-anak dan perempuan yang menjadi korban kekerasan, menjadi pembuka jalan baginya untuk mengenal Islam. Dalam beberapa kasus yang ia tangani, ada beberapa diantaranya yang membuatnya harus berhubungan dengan Muslim, yang mendorongnya mencari tahu tentang agama Islam dan bergaul dengan komunitas Muslim.
Dia adalah Marilyn Mornington. Sekarang, ia sudah menjadi hakim distrik di Inggris, dosen bertaraf internasional dan penulis di bidang hukum keluarga dan kekerasan dalam rumah tangga.
Sebagai perempuan, Mornington memiliki prestasi luar biasa di bidang hukum yang digelutinya. Ia meraih gelar sarjana hukumnya dari Sheffield University dan mendapatkan beasiswa dari Notre Dame Convent.
Mornington mulai menjalankan profesinya di bidang hukum khususnya untuk masalah keluarga pada tahun 1976 di Liverpool. Selama perjalanan karirnya, ia pernah menjabat berbagai posisi penting di sejumlah organisasi kemasyarakatan dan keilmuan.
Tahun 1994, Mornington ditunjuk sebagai hakim distrik di Birkenhead, Liverpool. Ia menjadi advokat pertama yang terpilih sebagai hakim distrik pada usia 40 tahun. Selain menjadi hakim distrik, Mornington juga diakui sebagai salah satu anggota World Academy of Arts and Science.
Lalu apa yang istimewa dari seorang Marilyn Mornington, sebagai seorang pakar hukum yang dihormati, hakim distrik dan tokoh masyarakat, ia adalah seorang muslimah. Pada tahun 2005, Marilyn menerima penghargaan "Friends of Islam" atas peran aktifnya untuk membangun hubungan yang baik antara Islam dan Barat.
Dalam rekaman video wawancara antara cendikiawan muslim Hamza Yusuf, Mornington menceritakan perjalanannya menjadi seorang muslim;
Selama 10 sampai 12 tahun sebelum masuk Islam, Mornington menangani isu-isu terkait kekerasan dalam rumah tangga, terutama pada anak-anak dan kaum perempuan, dan dalam beberapa kasus terjadi di kalangan komunitas Muslim. Khsusu untuk muslim, agar bisa memahami persoalan dengan lebih baik, Mornington banyak membaca tentang agama Islam dan bergaul kalangan Muslim.
"Saya sudah mengkhususkan diri di bidang kejahatan terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan dan penganiyaan terhadap anak-anak selama 10 sampai 12 tahun, untuk tingkat kebijakan yang diterapkan di Inggris Raya. Karena pekerjaan ini, dan ini bukan pilihan saya sendiri, saya menjadi banyak terlibat dalam kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di komunitas Muslim di negeri ini. Agar saya bisa memahami dengan lebih baik darimana mereka berasal, saya mulai banyak membaca tentang Islam, mulai membaca Quran dan bergaul dengan kalangan Muslim," papar Mornington.
Tapi ketika seseorang mengetahui "kebenaran", tidak semua orang mengambil langkah berani dan menjawab panggilan "kebenaran" itu dengan berbagai alasan, mulai dari pertimbangan keluarga, teman dan status sosial. Namun buat Mornington, ia merasa ada sebuah kekuatan besar yang menuntunnya ke "jalan yang benar", dan ia merasa tidak ada pilihan lain.
"Saya harus mengatakan, saya tidak berpikir bahwa saya benar-benar punya pilihan dalam masalah ini, bahwa Allah Swt melihat saya, itu saja. Sejak saat itu, tanpa saya inginkan, saya terus bertemu dari satu orang ke orang yang lain, yang mengarahkan saya pada jalan dimana tidak ada tempat buat saya untuk kembali menengok ke belakang. Semakin saya tahu tentang Islam, tentang Nabi Muhammad Saw., menjadi semakin jelas buat saya bahwa inilah yang saya inginkan, tempat dimana saya ingin berada dan inilah apa yang saya ingin yakini," tutur Mornington, hingga ia memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang muslim sampai detik ini.
"Saya merasakan sangat nyaman dengan kehidupan keluarga dan kisah-kisah para isteri Rasulullah Saw. serta para sahabatnya. Dan seiring dengan berjalannya waktu, juga setelah mendengar ceramah dan membaca tulisan Syaikh Hamza, saya makin yakin, inilah kehidupan sejati yang saya inginkan," tandas Mornington. (ln/oi)

Kedai Kopi, Liontin Berbentuk Kristus dan Akhirnya Masuk Islam

By Unknown | At 08.19.00 | Label : , , | 0 Comments


Joanne Bailey, perempuan Inggris dari kalangan kerja menengah, hampir tidak pernah kontak dengan seorang muslim pun sampai ia masuk kuliah dan bekerja di sebuah kantor pengacara.
Sebagai perempuan muda, lajang dan punya karir yang lumayan bagus, perempuan yang dibesarkan di South Yorkshire seharusnya menikmati kenyamanan hidupnya. Tapi itu ternyata tidak terjadi pada Bailey, ia justru merasakan keputusasaan. Ia mengalihkan kegalauan hatinya itu dengan cara belanja, melakukan diet ketat dan bersenang-senang dari satu ke bar lainnya.
"Tapi, tetap saja, saya tidak merasakan ketenangan jiwa," kata Bailey mengingat masa-masa sebelum ia mengenal Islam.
Perubahan besar terjadi pada suatu sore di tahun 2004. Ia dan sahabatnya, seorang muslim, sedang menikmati kopi sambil berbincang-bincang. Sahabatnya itu, memperhatikan kalung dengan liontin emas kecil, berbentuk patung Kritus di atas salib, yang melingkar di leher Bailey.
"Apakah itu artinya Anda percaya pada Tuhan?" Bailey menirukan pertanyaan temannya.
Bagi Bailey, liontin berbentuk patung Kristus itu tidak lebih sebagai perhiasan pelengkap busana saja, tidak bermakna religius. Jadi, ketika Bailey menjawab pertanyaannya dengan singkat, "Saya pikir tidak."
Lalu, lanjut Bailey, temannya itu mulai bicara soal agama Islam yang dianutnya. "Awalnya, saya tidak terlalu memperhatikan, tapi kata-katanya jadi melekat di pikiran saya. Beberapa hari kemudian, saya menemukan diri saya sudah memesan Al-Quran dari situs internet," tutur Bailey.
Ia lalu ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang digelar oleh kelompok mualaf "Leeds New Muslims", meski Bailey sempat ragu dan butuh waktu untuk membuatnya berani datang ke kegiatan itu.
"Sesampainya di depan pintu, langkah saya terhenti dan berpikir lagi, 'apa yang saya lakukan di sini?' Saya membayangkan para perempuannya mengenakan baju hitam tertutup dari atas kepala sampai ujung kaki. Apa kesamaan seorang perempuan muda Inggris berusia 25 tahun, berambut pirang, dengan mereka?" pikir Bailey saat itu.
Kekhawatiran Bailey sama sekali tak beralasan. "Ketika saya masuk, tak satu pun diantara mereka seperti stereotip yang saya bayangkan; perempuan dan ibu rumah tangga yang tertindas," ujar Bailey.
"Diantara mereka ada yang menjadi dokter, guru dan psikiater. Saya terkesan melihat betapa aman dan nyamannya mereka," sambung Bailey.
Ia lalu bertemu dengan para perempuan di organisasi "Leed New Muslims" itu, bahkan jadi lebih sering dibandingkan ia membaca buku tentang Islam. Pertemuan-pertemuan itu membuat Bailey yakin, bahwa dirinya memang ingin menjadi seorang muslim.
"Setelah empat tahun, di bulan Maret 2008, saya mengucapkan dua kalimat syahadat di rumah sahabat saya. Awalnya, saya khawatir bahwa saya telah sudah melakukan hal yang salah, lama kelamaan, saya bisa dengan cepat merasa relax menjalani kehidupan sebagai muslim--rasanya agak mirip dengan ketika memulai sebuah pekerjaan baru," tutur Bailey.
Beberapa bulan setelah masuk Islam, Bailey mengajak kedua orangtuanya bicara. "Ada yang harus kusampaikan pada kalian?" kata Bailey. Ada kesunyian sebentar, lalu ibunya berkata, "Kau akan menjadi muslim, bukan?"
Ibunda Bailey pun menangis tersedu-sedu. "Apa yang akan terjadi jika kau menikah nanti? Apakah engkau harus mengenakan jilbab? Bagaimana dengan pekerjaanmu?" tanya sang ibu bertubi-tubi.
Bailey berusaha meyakinkan ibunya, bahwa Bailey akan tetap menjadi dirinya sendiri. "Tapi ibu benar-benar khawatir akan kehidupan saya kelak." ungkap Bailey.
Bailey lalu bertunangan dengan seorang pengacara muslim. Mereka bertemu dalam sebuah pelatihan. Menurut Bailey, tunangannya itu tidak keberatan ia menjadi wanita karir. "Tapi, saya sangat setuju dengan pandangan Islam tentang peran tradisional antara perempuan dan laki-laki," tukas Bailey.
"Saya ingin mengurus suami dan anak-anak saya. Tapi saya juga menginginkan kemandirian. Berbeda dengan anggapan banyak orang, Islam tidak menindas saya sebagai perempuan. Saya merasa lebih bahagia dan bersyukur dengan apa yang saya dapatkan saat ini ..."
"Saya bangga menjadi orang Inggris, dan saya juga bangga menjadi seorang muslim. Saya tidak melihat adalah pertentangan antara keduanya, dalam hal apapun," tandas Bailey. (ln/timesonline)

Bilal Philips, Mantan "Dewa Gitar" yang Membuat Ribuan Tentara AS Masuk Islam

By Unknown | At 08.18.00 | Label : , , | 0 Comments

Nama Bilal Philips sedang menjadi pembicaraan di kalangan parlemen dan politisi Denmark, terkait rencana kedatangan cendekiawan muslim itu ke Denmark untuk menjadi pembicara dalam konferensi yang digelar organisasi pemuda komunitas muslim di Denmark.
Sejumlah anggota parlemen dan politisi di negeri itu merasa resah dengan rencana kedatangan Philips karena menganggap Philips adalah seorang tokoh muslim garis keras. Negara Inggris dan Australia, memang melarang Philips masuk ke kedua negeri itu, karena ceramah-ceramah keagamaan Philips yang dinilai menghasut orang untuk melakukan kekerasan.
Philips dalam salah satu rekaman video ceramahnya juga pernah mengatakan bahwa penyakit AIDS adalah hukuman tuhan untuk para homoseksual dan ia mengusulkan hukuman mati bagi kaum homoseksual. Di rekaman video lainnya, Philips membela aksi bunuh diri, dan menyebut serangan bunuh diri sebagai senjata perang yang sah.
Siapa sebenarnya Bilal Philips yang bergelar doktor itu dan apa latar belakangnya sehingga ia dicap sebagai cendikiawan muslim garis keras oleh negara-negara Barat?
Mantan "Dewa" Gitar
Perjalanan hidup Philips atau lengkapnya Doktor Abu Ameenah Bilal Philips hingga menjadi seorang cendekiawan muslim yang cukup disegani saat ini, ternyata sangat menarik. Pria kelahiran Jamaika dan besar di Kanada itu, adalah seorang mualaf dan sebelum menjadi seorang muslim, ia berprofesi sebagai musisi atau tepatnya seorang gitaris profesional.
"Ketika saya kuliah di Universitas Simon Frasier di Vancouver, Kanada, saya memainkan gitar dalam pertunjukan musik di klub-klub malam. Ketika saya tinggal di Malaysia, saya tampil di panggung-panggung dan dikenal sebagai Jimmy Hendrix-nya Sabah di Malaysia Timur," tutur Philips pada Gulf Today.
"Tapi, begitu saya menjadi seorang muslim, saya merasa tidak nyaman melakukan itu semua, dan saya memutuskan berhenti main musik secara pribadi maupun secara profesional," lanjutnya.
Philips memutuskan masuk Islam pada tahun 1972. Proses masuk Islamnya pun terbilang cukup singkat, hanya enam bulan saja setelah membaca buku-buku Islam dan berdiskusi tentang Islam.
Setahun setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Philips mendaftarkan diri ke jurusan studi Islam di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.
"Saya ingin belajar Islam dari sumber-sumber klasiknya, dan bukan mengambil dari praktik-praktik budayanya," kata Philips.
Ia lalu melanjutkan pendidikan ke Universitas Riyadh. Sambil menyelesaikan kuliah untuk meraih gelar MA-nya, Philips menjadi menyiapkan dan menjadi pembawa acara "Why Islam" di stasiun televisi Saudi, Channel Two. Acara itu berupa program wawancara dengan para mualaf dari berbagai latar belakang, untuk mengetahui alasan mereka memilih masuk Islam.
Ia juga melakukan riset dan menuangkannya dalam buku-bukunya antara lain berjudul "Polygamy in dalam Islam" dan "Fundamentals of Islamic Monotheism".
Mengislamkan Tentara AS
Setelah berhasil meraih gelar MA-nya, Philips bekerja di departemen agama markas besar Angkatan Udara Arab Saudi di Riyadh. Saat itu sedang pecah "Perang Teluk" dan tugasnya adalah mengajar tentang agama Islam pada pasukan AS di basis-basis militer mereka di Bahrain dan di provinsi bagian timur Arab Saudi.
"Karena gambaran tentang Islam begitu terdistorsi di AS, saya dan lima orang Amerika lainnya, setelah Perang Teluk, selama lima setengah bulan terlibat dalam proyek untuk menghilangkan keraguan terhadap agama Islam pada sekitar setengah juta pasukan AS yang ada di kawasan Teluk. Hasilnya, lebih dari 3.000 tentara AS yang akhirnya masuk Islam," ungkap Philips.
Ia kemudian pergi ke AS untuk membantu memberikan bimbingan rohani bagi para tentara yang baru masuk Islam. Dengan bantuan organisasi "Muslim Members of the Miltary (MMM)", Philips menggelar berbagai konferensi dan kegiatan yang berhasil mendesak militer AS untuk membangun fasilitas-fasilitas mushola di seluruh basis-basis militernya. Pemerintah AS juga berkewajiban untuk meminta komunitas Muslim mengajukan kandidat ulama yang akan menjadi pembimbin rohani bagi tentara yang muslim di kemiliteran AS.
"Beberapa tentara Perang Teluk yang masuk Islam, pergi ke Bosnia untuk memberikan pelatihan pada rakyat Bosnia dan ikut berjuang bersama mereka melawan kekejaman tentara Serbia," ujar Philips.
Membentuk Pusat Informasi Islam
Setelah tinggal di AS, Philips pindah ke Philipina dan memberikan kuliah di berbagai tempat di Mindanao. Ia menekankan pentingnya sistem pendidikan yang Islami bagi umat Islam dalam setiap ceramah dan kuliahnya, sehingga mendorong didirikannya Universitas berbasis Islam di Cotobato City. Di universitas ini, ia membuka jurusan studi Islam sampai level untuk mendapatkan gelar MA dan menyiapkan tenaga guru-yang berorientasi pada Islam.
Tahun 1994, Philips imigrasi ke Uni Emirat Arab atas undangan Syaikh Salim Al-Qasimi dan bergabung dengan lembaga amal Dar Al Ber di Dubai. Philips juga membentuk Pusat Informasi Islam yang sekarang dikenal dengan nama "Discover Islam" di Karama. Pusat informasi dibuat untuk meluruskan pandangan-pandangan yang salah tentang Islam. Ia dibantu oleh para mualaf dari dari berbagai negara seperti Uthma Barry asal Irlandia, Ahmed Abalos asal Philipina dan Abdul Latif dari Kerala, dalam mengelola pusat informasi itu.
"Dalam kurun waktu lima tahun setelah dibentuknya Pusat Informasi Islam, sekitar 1.500 orang dari Amerika, Australia, Inggris, Rusia, Cina, Jerman, Philipina, Sri Lanka, India dan Pakistan, masuk Islam di Pusat Informasi ini," kata Philips.
"Alasan mereka masuk Islam karena frustasi dan rasa tidak puas, selain kebutuhan akan landasan rasional dan spiritual yang kuat. Beberapa di antara mereka masuk Islam, karena menikah dengan muslim dan yang lainnya memilih masuk Islam karena terdorong rasa ingin tahu mereka tentang Islam dan muslim," jelas Philips.
Setelah sukses mendirikan Pusat Informasi Islam, ia membentuk sebuah departemen percetakan Dar Al Falah untuk menerbitkan literatur-literatur Islam dalam berbagai bahasa untuk memberikan edukasi tentang ajaran Islam bagi masyarakat non-bahasa Arab.
Dari seluruh kegiatan dakwahnya menegakkan agama Allah, saat-saat yang paling membahagiakan dalam hidup Philips adalah ketika kedua orangtuanya, dalam usia 70-an tahun akhirnya juga menerima Islam sebagai agama mereka. Kedua orangtua Philips yang sudah terbiasa hidup di lingkungan masyarakat Muslim di berbagai negara, antara lain Nigeria, Yaman dan Malaysia memilih masuk Islam setelah mereka menyaksikan bagaimana rusaknya kehidupan masyarakat di Amerika.
Sampai sekarang, Bilal Philips masih aktif dalam dunia pendidikan. Ia mengajar sejarah Islam dan studi Hadis Rasulullah Saw. (ln/berbagai sumber)

Dr. Ali Selman Benoit, "Islam, Satu-Satunya Agama untuk Umat Manusia"

By Unknown | At 08.17.00 | Label : , , | 0 Comments

Dokter Ali Selman Benoit lahir dari keluarga penganut Katolik di Prancis. Sebelum mengenal Islam, ia sudah meyakini bahwa tidak ada tuhan selain Allah, keyakinan yang kemudian ia ketahui sebagai kalimat La ilah illa 'Allah dan yang kemudian ia ketahui ada dalam kitab suci Al-Quran Surat Al-Ikhlas, ayat 1-4.

Tapi dogma dan ritual agama Kristen Katolik yang dianutnya saat itu, tidak membuatnya merasakan kehadiran Tuhan. Apalagi, ia kemudian memilih profesi sebagai dokter medis. Latar belakang pendidikan yang menuntutnya selalu berpikir ilmiah dan sikap skeptisnya terhadap ajaran Kristen, membuat Benoit sulit menerika konsep Trinitas dalam Kristen, dan sebagai konsekuensinya ia meragukan ketuhanan Yesus Kristus.
Benoit menyatakan, kita suci Al-Quran yang berperan penting dalam keislamannya. Ia mengaku mempelajari isi Al-Quran terlebih dulu sebelum memutuskan masuk Islam. Buku berjudul "Le Phenomene Coranique" karya Malik Bennabi yang banyak mempengaruhinya untuk lebih jauh mengenal Islam lewat Al-Quran.
"Saya berhutang banyak dari buku ini. Buku inilah yang berhasil meyakin saya tentang kebenaran isi Al-Quran. Al-Quran sudah ada sejak belasan abad yang lalu, dan isinya mengungkapkan banyak hal yang sama dengan apa yang diteliti oleh para ilmuwan di abad modern ini. Hal inilah yang meyakinkan saya pada Al-Quran dan pada kalimat kedua syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah," ujar Benoit menceritakan perihal keislamannya.
Selain itu, banyak hal lain yang membuat Benoit memutuskan untuk tunduk dan taat pada agama Islam. Ia menilai ajaran lebih bisa diterima oleh akal, dibandingkan ajaran Kristen pada umumnya, dan Katolik pada khususnya. Misalnya, sejak awal, Benoit menolak menerima klaim para pendeta Kristen bahwa tuhan Yesus akan menebus dosa-dosa manusia. Ia juga tidak percaya dengan komunion, ritual membagikan potongan roti dalam misa keagamaan, yang menurut Benoit lebih lebih mirip dengn praktek penyembahan berhala pada masa masyarakat primitif.
"Itulah alasan saya memilih Islam. Tanggal 20 Februari 1953, di sebuah masjid di Paris, saya mendeklarasikan diri saya masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Seorang Mufti di masjid itu mendata saya sebagai seorang muslim dan memberi nama tambahan 'Ali Selman'" tutur Ali Selman Benoit.
"Saya sangat bahagia dengan agama baru saya. Buat saya, Islam adalah satu-satunya agama yang sesuai dengan kehidupan umat manusia, dan sekali lagi saya tegaskan bahwa 'Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah'" tandasnya. (ln/DI)

Yahudi Amerika: "Saya Masuk Islam Bukan Karena Alasan Politik atau Kemanusiaan"

By Unknown | At 08.16.00 | Label : , , | 0 Comments

Ia memutuskan masuk Islam pada usia 49 tahun, setelah lebih dari 30 tahun melakukan riset dan menjalani berbagai pengalaman hidup. Tahun 1997, warga Amerika keturunan Yahudi yang berprofesi sebagai wartawan dan penulis ini, mengucapkan dua kalimat syahadat dan menggunakan nama islami Suleyman Ahmad. Hingga sekarang, ia dikenal dengan nama itu.
Ahmad mengatakan, keputusannya memeluk agama Islam, merefleksikan banyak hal yang pernah ia saksikan dalam alami sepanjang hidupnya. Ia lahir dari keluarga Yahudi, tapi kedua orang tuanya memeluk agama yang berbeda. Ayahnya memeluk agama Yahudi dan pernah belajar di sekolah Yeshiva, sekolah agama Yahudi untuk anak-anak muda. Sedangkan ibu Ahmad, penganut Protestan yang taat.
"Ibu saya rajin membaca Alkitab dan sangat paham dengan isi Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru," ujar Ahmad.
Situasi politik di tahun 1930-an membawa perubahan bagi kehidupan religius kedua orang tuanya. Ibu Ahmad menyatakan keluar dari agama Kristen sebagai bentuk protes terhadap apa yang dilakukan Nazi pada orang-orang Yahudi. Ibu Ahmad lalu beralih memeluk Yudaisme.
"Kedua orang saya hidup dalam kondisi paradoks yang tragis. Mereka cukup lama hidup dibawah pengaruh Partai Komunis, sementara mereka menjadi pemeluk Yudaisme karena kecewa dengan agama Kristen yang menurut mereka agama yang gagal," ungkap Ahmad.
Meski penganut Yudaisme, tambah Ahmad, kedua orang tuanya bukan seorang Zionis. Ahmad sendiri mengaku sedih melihat konflik berkepanjangan di Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Palestina. "Saya selalu merindukan terciptanya keadilan dan persahabatan antara orang-orang Israel dan Arab," tukasnya.
Ahmad mengaku sebagai orang kiri yang ekstrim dan radikal di masa mudanya. Ia percaya adanya Tuhan, tapi tidak pernah terlalu serius menanggapi masalah ketuhanan dalam hidupnya. Ketika ia mulai melakukan pencarian akan kehidupan spiritualnya, Ahmad tertarik pada ajaran Katolik. Namun ia tidak pernah menyatakan diri pindah dari Yudaisme ke agama Katolik.
"Saya sangat terkesan dengan literatur agama Katolik yang mistis. Saya mulai mengetahui bahwa dibalik pencapaian besar agama Katolik di Spanyol, ada sejarah Islam di sana. Agama Islam yang indah telah banyak memberikan inspirasi pada tradisi di Spanyol," tutur Ahmad.
Ia jadi sering bolak balik ke Spanyol, menelusuri sisa-sisa masyarakat Islam di semenanjung Iberian. Sebagai penulis, ia melakukan riset atas fenomena pengaruh budaya Islam terhadap tradisi Spanyol selama bertahun-tahun, ia juga mempelajari puisi-puisi karya seniman Spanyol yang membuktikan dalamnya pengaruh Islam pada karya-karya mereka.
Setelah sempat mempelajari Kabbalah--tradisi mistis masyarakat Yahudi--pada tahun 1979, Ahmad akhirnya tertarik pada ajaran Islam. Ia memutuskan untuk mempelajari Islam pada tahun 1990-an, ketika ia ditugaskan ke kawasan Balkan sebagai wartawan. Ia datang ke Sarajevo untuk melaporkan perang Bosnia ketika itu.
"Di Sarajevo, saya menemukan banyak hal yang mengagumkan. Saya seperti menemukan Eropa yang islami. Suasananya tidak membuat saya merasa sebagai turis. Di sini saya bertemu dan berinteraksi langsung dengan warga Muslim dan para pemuka agama Islam ..."
"Saya menemukan banyak puisi dan musik-musik yang mengekspresikan nilai-nilai Islam yang penuh cinta dan kemuliaan. Saya menemukan sisa-sisa peradaban Islam dari zaman dinasti Ustmaniyah. Di Sarajevo, saya membaca Al-Quran dan monumen-monumen Islam," ungkap Ahmad.
Setelah perjalanan ke Sarajevo, tepatnya pada tahun 1997, ia akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Sejak menjadi seorang muslim, Ahmad selalu dengan hati-hati memberitahu tentang keislamannya pada teman-temannya, tetangga atau rekan kerjanya. Ia tidak mau keislamannya menjadi kontroversi. Ia juga tidak mau orang berpikiran "ada sesuatu" dibalik keislamannya.
Sejak memeluk Islam, Ahmad mengaku tidak pernah mengalami hal-hal buruk terkait keislamannya. Beberapa orang di tempat kerjanya, ada yang terkejut setelah mengetahui ia sudah masuk Islam, tapi mereka tetap menghormatinya sebagai rekan kerja.
"Saya melihat beberapa orang menilai pengalaman saya bertugas di Balkan yang mempengaruhi saya masuk Islam. Saya ingin meluruskan bahwa saya masuk Islam bukan karena alasan politik atau karena masalah kemanusiaan, tapi karena meyakini bahwa pesan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. adalah bukti yang jelas dari apa yang diinginkan Allah dari umat manusia," tukas Ahmad.
Ia mengungkapkan, salah satu aspek dalam Islam yang sangat membuatnya terkesan adalah ketenangan batin karena konsep berserah diri atas semua kehendak Allah. Ia melihat konsep ini tercermin dalam sikap ikhlas, sederhana dan kerendahan hati Muslim Bosnia, meski mereka sedang mengalami situasi yang penuh dengan kekejaman dan kezaliman.
Namun Ahmad mengaku sedih melihat kondisi umat Islam saat ini, yang menurutnya sudah makin terpecah belah. "Sebelum saya memeluk Islam. Saya terkesan dengan nilai-nilai yang ditunjukkan komunitas Muslim dan Amerika dan kekuatan moral yang ditunjukkan Muslim Balkan. Hari ini, saya harus mengatakan, agak sedih melihat umat terpecah belah dan saling berseteru satu dengan lainnya. Saya juga prihatin kegagalan umat Islam untuk melakukan sesuatu yang lebih besar bagi para korban imperialisme Kristen Ortodoks di Balkan," ujar Ahmad mengungkapkan keprihatinannya.
"Tapi Islam telah membawa keindahan dan kedamaian pada hidup saya. Seperti yang sering saya katakan pada banyak orang, sisa hidup saya akan saya dedikasikan untuk beribadah pada Allah dan saya pribadi berjanji akan melakukan apa saja yang saya bisa untuk membantu membangun kembali masjid-masjid di Bosnia dan Kosovo," tandas Ahmad. (ln/TJCI)

"Buat Saya, Islam Ibarat Sebuah Karya Arsitektur yang Sempurna"

By Unknown | At 08.15.00 | Label : , , | 0 Comments

Leopold Weiss, wartawan, penulis buku dan negarawan asal Austria, lahir di Livow (kota di Austria yang kemudian menjadi bagian dari Polandia) pada tahun 1900. Pada usia 22 tahun, ia sudah melakukan perjalanan ke Timur Tengah.
Setelah masuk Islam, Weiss yang kemudian menggunakan nama Islami Muhammad Asad, bekerja dan mengunjungi banyak negeri Muslim, mulai dari Afrika Utara sampai ke Afghanistan. Selama bertahun-tahun mempelajari Islam, dan akhirnya lebih dikenal sebagai salah seorang cendikiawan Muslim terkemuka di dunia internasional.
Ketika berdirinya negara Pakistan dideklarasikan, Muhammad Asad ditunjuk sebagai direktur Departemen Rekonstruksi Islam di Punjab Barat, lalu menjadi perwakilan bergilir untuk negara Pakistan di PBB. Ia juga menulis dua buku yang terkenal, berjudul "Islam at the Crossroads" dan "Road to Mecca", menerbitkan jurnal bulanan "Arafat" dan menyelesaikan terjemahan Al-Quran.
Perjalanan panjang Asad menuju Islam berawal pada tahun 1922. Pekerjaannya sebagai wartawan dengan jabatan koresponden khusus untuk sebuah koran terkemuka di Austria, menyebabkan ia harus meninggalkan tanah airnya dan pergi ke Afrika serta beberapa negara di Asia. Bisa dibilang, sebagian besar hidupnya dihabiskan di negari-negeri Muslim dan ia mulai tertarik mengamati kehidupan masyarakat di negeri-negeri Muslim itu.
"Saya melihat dengan mata kepala sendiri keteraturan dalam kehidupan sosial mereka, yang secara mendasar sangat jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat Eropa; sejak pertama sekali saya berada di sana (negeri-negeri Muslim), rasa simpati saya tumbuh melihat kehidupan yang lebih tenang--di Eropa, kalau saya bilang, kehidupan manusianya seperti mesin," ujar Weiss.
Rasa simpati itu pelan-pelan mendorongnya untuk mencari tahu mengapa perbedaan kehidupan itu bisa terjadi, dan ia mulai tertarik dengan ajaran religius masyarakat Muslim. Meski demikian, Weiss belum berkeinginan untuk mengetahui Islam lebih dalam.
"Tapi saya akui, Islam telah membuka jalan pada saya terhadap sebuah kehidupan manusia yang lebih maju dan rasa persaudaraan yang sejati. Meski realitanya sekarang, kehidupan umat Islam terlihat sangat jauh dari ideal seperti yang terdapat dalam ajaran Islam," tukas Weiss.
Ia menyayangkan sikap sebagian umat Islam yang malas dan stagnan, padahal Islam mengajarkan umatnya untuk dinamis dan bergerak maju.Weiss juga mengkritik kalangan umat Islam yang mengejewantahkan sikap murah hati dan kerelaan untuk berkorban, dengan cara pandang yang sempit dan cenderung mencari cara hidup yang mudah.
"Saya akhirnya mengetahui bahwa satu-satunya alasan mengapa kehidupan sosial dan budaya masyarakat Muslim banyak mengalami kerusakan, karena mereka tidak sungguh-sungguh menghayati ajaran Islam. Islam masih hidup di kalangan umat Islam, tapi seperti tubuh tanpa jiwa," ujar Weiss.
Weiss banyak berdiskusi tentang kemunduran umat Islam ini dengan komunitasMuslim dari berbagai negara, mulai dari Libya sampai Pamir, mulai dari kawasan Bosphorus sampai kawasan Laut Arabia.
Pada satu titik, Weiss mempertanyakan lagi keputusannya memeluk Islam, apa sebenarnya yang membuatnya tertarik pada Islam. "Saya harus mengakui, saya tidak punya jawaban memuaskan untuk pertanyaan-pertanyaan itu," kata Weiss.
"Bukan bagian tertentu saja dalam Islam yang membuat saya tertarik pada agama ini. Tapi keseluruhan ajaran moral dan petunjuk kehidupan sehari-hari, yang menurut saya mengagumkan dan mudah diaplikasikan, yang membuat saya tertarik pada Islam ... Buat saya, Islam terlihat seperti sebuah karya arsitektur yang sempurna. Semua bagiannya sangat harmonis dan saling mendukung satu dengan lainnya," jelas Weiss. (ln/TJCI)

"Salat Jumat itu Mengusik Intelektualitas, Jiwa dan Hati Saya"

By Unknown | At 08.14.00 | Label : , , | 0 Comments

Raphael, warga AS keturunan Amerika Latin ini, adalah seorang pemimpin kelompok keagamaan Saksi Yehova sebelum akhirnya ia mengubah keyakinannya pada Alkitab ke Al-Quran setelah berkunjung ke sebuah masjid.
Lelaki kelahiran Texas yang berprofesi sebagai dosen dan suka melawak ini mengucapkan dua kalimat syahadat pada tanggal 1 November 1991. Sebagai mantan pemimpin jamaah gereja Saksi Yehovah, tak sulit bagi Raphael untuk mendakwahkan Islam, begitu ia menjadi seorang muslim. Lalu bagaimana ceritanya sampai Raphel mengenal Islam dan akhirnya memutuskan masuk Islam?
Sejak usia muda, 20 tahun, Raphael sudah dipercaya untuk memimpin sebuah jamaah Saksi Yehova. Ia mengatakan, gereka Saksi Yehova memiliki sistem kaderisasi berupa program pelatihan yang sangat canggih, dengan memberlakukan sistem kuota. Seorang kader pemimpin Saksi Yehova harus mengabdikan dirinya, dengan cara menyediakan waktu 10 sampai 12 jam setiap bulannya, untuk melakukan khutbah dari rumah ke rumah.
"Sistem kerjanya seperti manajemen penjualan. Manajemen penjualan di IBM saja mungkin kalah dengan para kader Saksi Yehova yang dilatih menjadi pemimpin kelompok," kata Raphael memberikan gambaran canggihnya sistem pelatihan kader di Saksi Yehova.
"Maka, ketika saya sudah menjadi seorang kader pelopor, saya mengabdikan hampir seluruh waktu saya berkunjung dari pintu ke pintu. Saya diwajibkan melakukan khutbah selama 100 jam per bulan, dan harus mempelajari tujuh versi Alkitab," sambung Raphael.
Tapi lama kelamaan, Raphael merasakan ada kejanggalan dalam ajaran Saksi Yehova, termasuk konsep sistem kuota. Sepertinya, jika seseorang berhasil memenuhi kuota yang ditetapkan untuk menyebarkan ajaran Saksi Yehova, maka Tuhan akan mencintai orang itu. "Jika Anda tidak bisa memenuhi kuota di bulan-bulan berikutnya, Tuhan tidak akan mencintamu. Hal ini sungguh tidak masuk akal. Bagaimana bisa. di bulan ini Tuhan mencintai saya dan di bulan lain Tuhan bisa tidak mencintai saya hanya karena tidak memenuhi kuota yang ditetapkan," papar Rapahel.
Hal lain yang menurutnya tidak masuk akal adalah, keyakinan ajaran saksi Yehova bahwa merelah satu-satunya umat yang akan diselamatkan oleh tata baru dunia yang ditetapkan Tuhan. Mereka yang bukan penganut Saksi Yehova, tidak akan selamat.
"Saya berpikir, Bunda Theresa bukan seorang penganut Saksi Yehova, tapi ia menghabiskan waktunya untuk melakukan apa yang diajarkan Yesus, melakukan kebaikan; mulai dari menjaga orang-orang jompo, merawat orang sakit dan anak-anak yatim piatu. Tapi apakah Tuhan tidak akan menyayanginya hanya karena ia seorang Katolik, agama yang dianggap musuh oleh jamaah Saksi Yehova?" tanya Raphael heran.
Masih banyak lagi hal-hal yang ia lihat dan ia dengar, yang membuatnya justru jadi mempertanyakan ajaran Saksi Yehova yang sedang disebarluaskannya. Secara spiritual, Raphael mengaku ia tidak lagi merasa nyaman. Tahun 1979, Raphael memutuskan untuk keluar dari jamaah Saksi Yehovah, sambil menggerutu karena baru saat itu ia sadar bahwa selama ini ia telah banyak membuang waktunya dengan mengabdikan diri pada gereja.
"Problemnya, saya tidak mengabdikan diri pada Tuhan. Tapi pada organisasi buatan manusia," tukas Raphael.
Lepas dari Saksi Yehova, ia bingung mau kemana. Ajaran Yehova mendoktrinnya untuk meyakini bahwa semua ajaran agama adalah salah, kecuali ajaran Saksi Yehova, bahwa menyembah berhala itu perbuatan buruk dan konsep Trinitas tidak berlaku.
"Saya seperti lelaki tanpa agama. Saya bukan seorang lelaki, tanpa keyakinan pada Tuhan. Tapi ketika itu saya tidak tahu harus pergi kemana," ujar Raphael.
Mengenal I-S-L-A-M
Tahun 1985, ia pindah ke Los Angeles dan mendatanagi gereka Katolik yang berlokasi tak jauh dari rumahnya. Raphael ingin mencoba ajaran Katolik, tapi itu hanya bertahan selama dua sampai tiga bulan. Raphael kemudian menjalani kembali kehidupan tanpa agamanya, sembari bekerja dengan membintangi beberapa film dan menjadi bintang iklan.
Suatu hari di sebuah mall menjelang perayaan Natal, Raphel melihat seorang perempuan melintas di hadapannya. Ia mencoba menyapa perempuan itu dan ingin mengajak mengobrol, tapi ia tidak mendapat respon. Dari si perempuan itu pula Raphael tahu bahwa ia seorang muslimah dan tidak bisa sembarangan bicara dengan seorang lelaki, kecuali betul-betul ada keperluan khusus.
Kata "Muslim" benar-benar asing di telinga Raphael, ia pun meminta si muslimah tadi mengeja huruf-huruf dari kata Islam, agama orang Muslim. Ketika itu, yang Raphael tahu semua Muslim adalah teroris. Tapi Raphael terus bertanya pada muslimah tadi tentang bagaimana awal munculnya agama Islam. Si muslimah lalu menceritakan bahwa agama Islam diturunkan pada Nabi Muhammad Saw dan disebarkan oleh nabi terakhir pada umat manusia.
Setelah mendengar cerita tentang Islam dan Nabi Muhammad, Raphael mulai melakukan riset. Niatnya waktu itu cuma ingin mencari tahu, dan tidak punya keinginan untuk menjadi seorang muslim.
Meski tak menganut agama apapun, Raphel terus berdoa. Namun ia merasa doa-doanya tak dijawab Tuhan. Hingga suatu hari, saat membereskan laci meja pamannya yang akan pulang setelah dirawat di rumah sakit, Raphael menemukan Injil Gideon di dalam laci itu, dan ia merasa Tuhan menjawab doanya bahwa ia harus menjadi seorang penganut Kristen. Raphael pun berdoa lagi, meminta pada Tuhan agar ia bisa menjadi seorang Kristen. Bukan menjadi menjadi seorang penganut Saksi Yehova lagi, dan bukan penganut Katolik.
Suatu ketika, saat sedang membaca Kitab Perjanjian Lama, Raphael teringat perkataan muslimah yang ia jumpai di mall bahwa kaum Muslimin punya seorang nabi, Nabi Muhammad Saw. "Tapi mengapa nama Nabi itu tidak ada dalam kitab ini?" Raphael bertanya-tanya dalam hati.
Ia pun mulai memikirkan tentang kaum Muslimin, berapa jumlahnya di seluruh dunia? Raphel pun memutuskan untuk mulai membaca terjemahan Al-Quran. Ia lalu pergi ke sebuah toko buku bahasa Arab. Pada penjaga toko, Raphael mengatakan bahwa ia membeli Quran karena cuma ingin membaca isinya, bukan ingin menjadi orang Islam.
Sesampainya di rumah, Raphael mulai membaca Al-Quran, mulai dari Surat Al-Fatihah dan seterusnya, mata Raphael seolah tidak mau lepas dari Al-Quran yang dibacanya. Ia terkesima begitu mengetahui bahwa Al-Quran juga menceritakan tentang nabi-nabi lainnya yang Raphael kenal dalam ajaran Kristen, seperti Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan lain-lain.
Ke Masjid
Setelah membaca Quran, Raphael berpikir, apa lagi yang akan ia lakukan selanjutnya? Ia lalu membuka buku halaman kuning, dan akhirnya menemukan apa yang ia cari, sebuah Islamic Center di Vermont, California Selatan. Setelah menelpon ke Islamic Center itu, pihak Islamic Center memintanya datang pada hari Jumat.
"Saya betul-betul grogi waktu itu. Saya berpikir bahwa saya akan pergi menemui seorang habib bersenjata AK-47," ungkap Raphael membayangkan "teroris muslim" yang kerap ia baca dan dengar dari media massa.
Akhirnya, ia sampai juga ke Islamic Center di Vermont. Saat datang, sedang berlangsung khutbah Jumat, kemudian Raphael melihat orang-orang di Islamic Center melaksanakan salat Jumat bersama.
"Sesuatu mulai merasuki intelektualitas saya, bahkan rasanya sampai ke otot, tulang, hati dan jiwa saya," tutur Raphael mengingat perasaannya saat itu.
Usai salat, beberapa jamaah menyapanya dengan ucapan "assalamualaikum" yang oleh Raphael seperti terdengar kata "Salt and Bacon". Raphael heran ketika banyak orang yang mengucapkan "Salt and Bacon" padanya dengan senyum, seolah orang-orang itu sudah mengenalnya.
Tak tahu apa yang harus dilakukan, Raphael pergi ke perpustakaan dan di sana ia bertemu dengan anak muda bernama Omar, asal Mesir. Omar bertanya, apakah ini pertama kalinya Raphael datang ke tempat itu. Raphael menjawab "Ya".
"Oh, selamat datang. Apakah kamu muslim?" tanya Omar.
"Bukan. Saya cuma pernah sedikit membaca tentang Muslim," jawab Raphael.
"Oh, apakah kamu sedang belajar? Ini pertama kalinya kamu berkunjung ke masjid?" tanya Omar lagi.
"Ya," jawab Raphael.
Ia lalu diajak berkeliling masjid oleh Omar, yang menggandeng tangannya. Seorang lelaki lain, kemudian bergabung dengan mereka. "Orang-orang Muslim sangat ramah dan bersahabat," kata Raphael dalam hati.
Raphael di ajak melihat tempat salat, diberitahu mengapa alas kaki harus dilepas saat masuk ke tempat salat, lalu ke tempat wudu. "Apa? Voodoo (ilmu sihir), saya tidak tahu apa-apa soal Voodoo," kata Raphael terperanjat mendengar kata "wudu" yang terdengar seperti kata "Voodoo" di telinganya.
"Bukan ... Bukan Voodoo, tapi Wudu!" kata Omar yang kemudian menjelaskan apa itu Wudu.
Selesailah acara kunjungan Raphael hari itu. Ia pamit pulang dan meminta pada pustakawan buklet tentang salat. Di rumah, Raphael mempelajari dan mempraktekan petunjuk salat di buklet itu.
Akhirnya, pada tanggal 1 November 1991, Raphael bertekad bulat untuk menjadi seorang muslim dan hari itu ia mengikrarkan dua kalimat syahadat. (In/IslamicBulletin)

Fotografer Asal Swedia, Jalan Panjang Berliku Menuju Islam

By Unknown | At 08.13.00 | Label : , , | 0 Comments

Sebelum mengenal Islam, Karlsson adalah seorang lelaki biasa yang tidak religius sama sekali. Ia mengaku sebagai tipikal orang yang materialistis. Tak pernah sedikit terlintas dalam pikirannya tentang keberadaan Tuhan.
"Saya menjalani kehidupan selama 25 tahun tanpa pernah benar-benar memikirkan tentang eksistensi Tuhan, atau hal-hal yang berkaitan dengan spiritual," ujar lelaki asal Swedia itu.
Tapi ia masih ingat kenangan masa kecilnya, saat masih duduk di kelas 7, pernah menulis cerita tentang akan seperti apa masa depan yang ingin dijalaninya kelak. Karlsson menggambarkan dirinya kelak sebagai seorang progammer komputer yang sukses--padahal saat itu ia tidak pernah menyentuh komputer--dan hidup dengan seorang istri yang muslim.
"Waktu itu, kata 'Muslim' buat saya adalah perempuan yang mengenakan baju panjang, longgar dan memakai jilbab. Tapi saya tidak tahu dari mana pikiran semacam itu datang dan melintas di kepala saya," ujarnya mengenang impian masa kecilnya.
Waktu berjalan. Karlsson menyelesaikan kuliahnya dan mulai bekerja. Ia sudah punya penghasilan sendiri dan pidah ke apartemen yang dibelinya. Kala itu, ia mulai menekuni minatnya pada dunia fotografi amatir dan aktif dalam kegiatan-kegiatan fotografi.
Karlsson mengaku tidak tahu persis bagaimana ceritanya sampai ia kemudian mengenal Islam. Menurutnya, semua terjadi begitu saja tanpa ia rencanakan. "Banyak hal yang saya sendiri tidak bisa menjelaskan, apa yang saya lakukan, dan mengapa saya melakukannya," ungkap Karlsson.
Ia melanjutkan, "Saya tidak bisa mengingatnya, mengapa saya menelpon Organisasi Informasi Islam di Swedia dan minta didata untuk berlangganan buletin yang mereka terbitkan, mengapa lalu saya membeli Al-Quran terjemahan dan membeli sebuah buku yang sangat bagus berjudul 'Islam: Our Faith'. Saya melakukannya begitu saja."
Setelah membaca seluruh terjemahan Al-Quran, Karlsson mengakui isi Al-Quran sangat indah dan logis. Tapi ia belum merasakan kehadiran Tuhan dalam hatinya.
Akhirnya Mengakui Tuhan
Setahun kemudian, ketika Karlsson berkunjung ke sebuah pulau cantik bernama Pretty Island, ia merasakan sesuatu yang sangat luar biasa dalam hatinya, saat memotret pemandangan musim gugur di pulau itu.
"Saya merasakan sebuah perasaan yang fantastis. Saya merasa seolah-olah saya kecil sekali di sesuatu yang sangat besar, alam semesta kepunyaan Allah ... Luar Biasa. Saya merasa betul-betul rileks dan bersemangat. Tiba-tiba saja saya merasakan kehadiran Tuhan kemanapun mata saya memandang. Saya belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya," kenang Karlsson.
Kenangan akan keindahan di pulau itu terus melekat hingga ia kembali ke rumah. Karlsson belum tergerak untuk mengenal Tuhan lebih delat. Suatu hari, sepulang kerja, Karlsson naik bis dan ia melihat sebagian besar penumpang bis tertidur. Sepanjang perjalanan, Karlsson menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah, gumpalan awan yang menebar warna merah muda dan oranye menyatu, menghadirkan sebuah lukisan yang membuat terpana siapa pun yang melihatnya.
"Selama beberapa menit saya merasakan kedamaian yang total dan sebuah pemahaman bahwa semua ini adalah hasil karya Tuhan. Saya sangat merindukan momen seperti ini terjadi lagi," ujar Karlsson.
Harapannya terwujud. Suatu bangun tidur di suatu pagi, ia merasakan pikirannya jernih sekali dan yang pertama melintas dalam pikirannya adalah bagaimana bersyukur pada Tuhan, bahwa Tuhan telah membangunkannya setiap pagi, memberikan harapan. "Rasanya alamiah saja, seolah saya sudah terbiasa melakukannya sepanjang hidup saya," ungkap Karlsson.
Sejak mengalami hal itu, Karlsson tidak lagi membantah keberadaan Tuhan. Sebagai orang yang selama 25 tahun menolak keberadaan Tuhan, ia mengakui, perubahan itu bukan perkara gampang baginya. Tapi setelah itu, Karlsson merasakan berbagai hal-hal yang luar biasa dialaminya. Ketika tinggal di AS untuk beberapa lama, Karlsson pun mulai berdoa, mulai belajar untuk fokus pada Tuhan dan mendengarkan apa kata hatinya. Puncaknya terjadi pada suatu akhir pekan yang indah di New York.
Nekad ke Masjid dan Bersyahadat
Karlsson datang ke sebuah masjid di New York dan berkenalan dengan beberapa muslim di masjid itu. Kekutan dan rasa khawatir yang ia rasakan sebelumnya saat akan masuk masjid, seketika sirna. Pengurus masjid memberinya bahan bacaan tentang Islam. Karlsson juga berkunjung ke rumah teman-teman muslim barunya, dan banyak berdiskusi dengan mereka.
"Apa yang mereka katakan, dan jawaban yang mereka berikan, semua masuk akal. Islam menjadi bagian penting dalam hidup saya. Saya pun mulai belajar salat dan mengikuti salat Jumat pertama saya ..."
"Saya menyelinap, duduk di barisan paling belakang. Saya tidak paham apa yang diucapkan imam, tapi saya menikmati khutbahnya. Setelah khutbah selesai, kami semua membuat barisan dan melaksanakan salat dua rakaat. Itulah salah satu pengalaman paling luar biasa yang saya pernah saya rasakan dalam perjalanan saya menuju Islam. Saya melihat sekitar 200 jamaah laki-laki, berserah diri sepenuhnya hanya pada satu Tuhan, memuji Tuhan, sungguh mengagumkan," tutur Karlsson yang saat itu belum juga memutuskan masuk Islam.
Suatu ketika, ia membaca buku berjudul “Twelve Hours” kisah seorang perempuan Inggris yang masuk Islam. Buku itulah yang benar-benar membawa perubahan bagi dirinya. Ia menangis saat membacanya, dan ia merasa bahwa ia tidak mau menengok ke belakang lagi, dan tidak akan menahan lagi keinginannya untuk memeluk Islam.
Liburan musim panas, Karlsson membulatkan tekadnya untuk menjadi seorang muslim. Hari pertama musim panas, udara masih terasa dingin. Karlsson mengurungkan niatnya untuk ke masjid dan menundanya sampai kondisi mulai menghangat.
Suatu pagi, langit nampak kelabu. Angin dingin berhembus, menembus jendela kamar tidur Karlsson, seakan membawa pesan untuknya, bahwa saatnya telah tiba dan ia tidak bisa menundanya terus. Karlsson beranjak dari tempat tidurnya, mandi, mengenakan pakaian bersih, menyambar kunci mobilnya dan mengarahkan kendaraannya ke masjid.
Di masjid, ia mendekati beberapa orang yang sedang berkumpul dan mengatakan niatnya untuk masuk Islam. Dan seusai salat Zuhur, seorang imam menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat, disaksikan para pengunjung masjid. Setelah bersyahadat, ia diberi nama islami "Ibrahim".
"Alhamdulillah. Hati saya betul-betul lega. Apalagi keluarga dan semua teman menerima keislaman saya. Tentu saja mereka tidak bisa memahami semua yang lakukan setelah menjadi seorang muslim, seperti salat lima waktu, tidak makan daging babi, mereka pikir saya mempraktekkan sebuah tradisi yang asing, yang akan lenyap termakan zaman. Tapi saya akan membuktikan bahwa perkiraan mereka salah. Insya Allah," tandas Ibrahim Karlsson. (ln/PI)

Kisah Ericka, Ketika Seorang Pendeta Bilang Muslim Membenci Yesus

By Unknown | At 08.12.00 | Label : , , | 0 Comments

Pernyataan seorang pendeta bahwa Muslim membenci Yesus, justru mendorong Ericka--penganut Kristen Evangelis yang menikah dengan seorang lelaki muslim--mencari kebenaran akan pernyataan itu. Pencarian itulah yang membawa Ericka pada agama Islam dan akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang muslimah.
Perempuan Amerika keturunan Meksiko itu sebenarnya dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat. Sekira tahun 2008 lalu, seorang sahabat mengundang Ericka datang ke gereja penganut Evangelis. Sejak itu, ia merasa cocok dengan ajaran Evangelis.
"Mereka (jamaah Evangelis) sangat mirip dengan saya pada waktu itu dan banyak membantu saya. Saya memahami banyak ajaran mereka, antara lain kewajiban membaca Alkitab. Meski saya tidak selalu paham isi Alkitab, setidaknya saya berniat untuk belajar dan ikut kelas Alkitab pada hari Minggu," ujar Ericka.
Pada suatu kesempatan, seorang pendeta mengatakan bahwa Muslim membenci Yesus dan Muslim menyembah tuhan lain yang disebut "Allah". Pernyataan mendorong rasa ingin tahu Ericka akan kebenaran ucapan pendetanya.
"Saya terkejut, saya berjumpa dengan beberapa Muslim yang ternyata mencintai 'Yesus' sama besarnya dengan umat Kristiani. Saya juga akhirnya tahu bahwa kata 'Allah' adalah bahasa Arab yang artinya 'Tuhan' dan bahwa Yesus bukan tuhan seperti yang diyakini umat Kristiani, karena Yesus yang sama juga menyembah Tuhan yang sama seperti kita," tutur Ericka.
Sejak itu, rasa ingin tahu Ericka semakin besar. Ia mencari informasi tentang asal usul Alkitab dan para penyusun Alkitab. Ia menemukan banyak kontradiksi dan penyusun-penyusun Alkitab yang tidak jelas identitas dan kapabilitasnya. Ericka bahkan menemukan penyusun Alkitab yang bahkan tidak tahu Yesus, tap berani menulis tentang Yesus.
Pada awalnya, ada penolakan dalam hatinya untuk mengakui bahwa banyak hal-hal yang tak masuk akal dalam agama Kristen. "Sedih rasanya memikirkan bahwa kitab suci (Alkitab) saya yang suci dan sakral itu, yang buat saya adalah firman-firman Tuhan, ternyata banyak penyimpangan," ujar Ericka.
"Saya berdoa pada Tuhan yang Mahakuasa untuk membimbing saya, membiarkan saya melihat kebenaran, dan membawa saya untuk menyembah-Nya tanpa khawatir akan konsekuensi apapun," sambung Ericka.
Hal besar yang masih membuat Ericka ragu adalah pertanyaan mengapa Alkitab tidak menubuatkan tentang Nabi Muhammad Saw. Ia mencari bukti-bukti itu dan menemukan jawabannya; jika Alkitab memuat nubuat tentang Nabi Muhammad Saw, itu artinya Alkitab mengakui keberadaan Nabi Muhammad Saw dan Islam.
Ericka pun bertekad untuk lebih dalam mempelajari Islam. Ia membaca Al-Quran dan mengakui kemurnian Al-Quran sebagai perkataan yang langsung dari Allah Swt. "Saya menemukan bahwa Islam adalah agama yang benar dan logis, memberikan jawaban untuk kehidupan ini, dan Islam adalah agama yang damai dan membawa diri kita secara menyeluruh pada Allah," ungkap Ericka.
Setelah melalui pemikiran yang panjang, Ericka memutuskan untuk masuk Islam. Suami Ericka yang muslim, membantunya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah bersyahadat, Ericka merasa beban berat di pundaknya seketika lenyap. "Saya merasa bebas, bersih dan keyakinan yang penuh," tukas Ericka yang kemudian langsung mengenakan jilbab.
Ericka beruntung karena tidak mengalami kendala dari keluarganya yang Kristen. "Islam memberikan saya tuntunan hidup yang lengkap, kesempatan untuk lebih dekat pada Allah. Kesempatan untuk menerima rahmat-Nya, kesempatan untuk hidup di hari kemudian. Islam memberikan kedamaian dan memberikan penerang di jalan yang saya ikut," tandasnya.
Buat mereka yang belum mengenal Islam, Ericka berpesan, "Jangan takut untuk mempelajari Islam, paling tidak memahaminya dan jangan mengkritiknya. Anda akan paham jika Anda tahu sepenuhnya tentang Islam, dan jika Anda paham, Anda akan menghormati Islam. Teruslah mencari dan mintalah petunjuk Allah." (ln/oi)

"Islam Menyembuhkanku dan Mengembalikan Jiwaku"

By Unknown | At 08.11.00 | Label : , , | 0 Comments

Christopher Patrick Nelson, warga negara AS keturunan Irlandia, masuk Islam ketika ia berusia 26 tahun. Sebelumnya, lelaki yang menganut agama Kristen ini pernah mempelajari berbagai keyakinan mulai dari Jainisme, ajaran Budha, Hindu, untuk menyembuhkan "penyakit"nya.
Sampai akhirnya ia menemukan Islam dan memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Ia mengakui Nabi Muhammad Saw sebagai model dari sebuah kehidupan spiritual yang komprehensif, dan Islam telah menyelamatkannya dari "penyakit kejiwaan" yang dideritanya serta membuatnya merasa menemukan jiwanya yang hilang.
Sejak kecil Christopher Patrick Nelson, sudah memiliki perilaku dan emosi yang labil. Pada usia 14 tahun, ia pernah dirawat di bangsal untuk pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, karena tingkah lakunya yang tak terkontrol. Hingga usia dewasa, Nelson kerap mengalami depresi, tidak punya gairah melakukan apapun, inginnya tidur terus, dan yang terburuk merasa ingin mati saja. Beberapa kali Nelson melakukan percobaan bunuh diri, dengan mengiris pergelangan tangganya.
Pertama, ia didiagnosis menderita "paranoid-schizophrenia", sebuah istilah dalam bidang psikiatrik ketika para ahli tidak bisa menentukan dengan pasti problem yang diderita pasiennya. Kemudian, ia dinyatakan memiliki perangai "Bipolar", perangai ganda yang ekstrim, yang saling bertolak belakang. Sejak itu, Nelson berjuang menjalani kehidupannya yang kadang mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim.
Orang-orang di lingkungan Nelson seringkali menyalahkan dirinya atas perilakunya yang tidak dewasa, karena tidak mengerti problem kejiwaan yang dialaminya. Kondisi ini menyulitkan Nelson dalam mendapatkan pekerjaan dan membina hubungan dengan sesamanya. Ia pernah bekerja kurang dari seminggu di sebuah restoran pizza. Nelson dipecat karena perilakunya yang kurang sopan pada pelanggan.
"Depresi itu seperti neraka. Rasa ini menyelinap dalam diri saya secara diam-diam seperti hantu. Saya ingat, saya menatap ke sebuah benda, misalnya sebuah meja tempat menyajikan kopi, tiba-tiba saya akan merasa kebingunan dan merasa hidup ini tak berarti," tukas Nelson.
Untuk menyembuhkan diri, Nelson mengikuti pengobatan yang disebutnya pengobatan gaya barat, seperti meditasi dan terapi bagi para penderita gangguan psikiatrik, di sebuah klinik di San Jose. Tapi ia merasa, pengobatan macam itu hanya menolongnya sesaat, tidak menyembuhkannya.
Sampai akhirnya, ia menemukan Islam bagi "penyakit"nya , tepat di depan sebuah tempat perawatan gangguan kejiwaan. "Saya selalu merasa, di lubuk hati saya, bahwa penyakit saya berhubungan dengan sesuatu dalam jiwa saya--obat-obatan dan terapi--oleh sebab itu, tidak akan pernah bisa menyembuhkannya," kata Nelson.
Dengan memeluk Islam, ia mempelajari ajaran Islam yang menurutnya mengajarkannya untuk membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati. "Islam memberi saya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri," ujarnya.
"Saya merasakan, membaca doa tertentu pada Allah sangat membantu, untuk melindungi diri saya dari gangguan setan yang bisa menjerumuskan saya. Sikap disiplin dan berdoa membantu saya untuk mengendalikan emosi dan saya yang labil ..."
"Ketika rasa gelisah dan depresi itu menerpa, saya merasa dikelilingi oleh puluhan polisi, yang melempari saya dan mencaci maki saya. Saya pun berdoa, mendengarkan dan meyakini kata-kata yang saya ucapkan dalam doa saya. Seketika jiwa saya kembali tenang dan merasakan kedamaian," sambung Nelson.
Ia mengakui, untuk ketenangan jiwa, tidak cukup hanya doa tapi juga dipengaruhi oleh apa yang ia makan dan dengan siapa seseorang berkumpul. Menurut Nelson, berkumpul dengan sesama saudara seiman di masjid, banyak membantunya untuk menenangkan jiwa.
"Mengalami gangguan kejiwaan adalah sebuah perjuangan seumur hidup. Tapi setelah masuk Islam, saya merasakan akhirnya bisa mengendalikan diri saya. Islam mengajarkan saya untuk memurnikan hati dan jiwa saya," tandas Nelson. (kw/PNS)

Si Peramal Kiamat Itu Kena Serangan Stroke

By Unknown | At 08.09.00 | Label : | 0 Comments

Harold Camping, tokoh organisasi Family Radio yang memprediksikan kiamat akan terjadi pada tanggal 21 Mei 2011, tapi ternyata tak terbukti, dilaporkan terkena serangan stroke.

Dalam pernyataan di situs Family Radio disebutkan bahwa Camping terkena serangan "stroke ringan" pada Kamis pekan lalu dan menjalani perawatan di rumah sakit.
Sosok Camping tiba-tiba mencuat setelah ia mengungkapkan prediksinya bahwa Yesus Kristus akan kembali ke bumi pada tanggal 21 Mei 2011, dan akan memilih 2% sampai 3% dari total penduduk bumi untuk masuk surga. Manusia yang tidak terpilih, kata Camping, akan tetap tinggal di bumi dan mengalami kehancuran dunia yang dahsyat alias kiamat.
Tak tanggung-tanggung, Camping menyebarkan prediksinya itu dengan memasang papan-papan reklame dan melakukan perjalanan keliling AS untuk menyampaikan pesan "kiamat"nya. Tapi, seperti sudah diduga, prediksi Camping sama sekali tak terbukti. Ia lalu berdalih bahwa dirinya telah salah membuat perkiraan, dan kembali menyebarluaskan prediksi baru bahwa kiamat akan terjadi pada tanggal 21 Oktober mendatang.
Tapi, sebelum hari kiamat itu tiba, Camping sudah mengalami "kiamat kecil" berupa serangan stroke. Lelaki berusia 86 tahun itu, membangun jaringan radio Kristen "Family Radio" yang memiliki 65 stasiun di seluruh AS, sejak tahun 1958.
Tahun 1994, Camping juga pernah memprediksikan kiamat, dan tentu saja tidak pernah terbukti. Meski prediksinya tidak pernah akurat, Camping banyak memiliki pengikut di AS. Para pengikut setianya bahkan rela menyerahkan rumah, tabungan dan melepas pekerjaan mereka saking percayanya pada ramalah Camping. (kw/cnn)

Tanda Akhir Zaman: Syahidnya Usamah Bin Ladin, Zionisme Kristen, Dan Apokaliptisisme Amerika (II)

By Unknown | At 08.05.00 | Label : , , | 0 Comments


Syahidnya Usamah Bin Ladin semakin memanaskan situasi di Timur Tengah. Anggota forum Jihadis hari tanggal dua mei lalu mengatakan bahwa mereka akan melakukan pembalasan jika berita tersebut memang benar. Sebuah poster pada Forum Anshar berbahasa Arab bahkan dengan tegas berkata, "Allah akan membalas dendam pada Anda, Anda anjing Romawi, Allah akan membalas Anda tentara salib ... ini adalah tragedi."
Forum Online untuk Jihadis telah menjadi alat kunci bagi menyebarnya pesan dari Usamah bin Ladin dan orang keduanya Ayman al-Zawahiri, serta cabang-cabang regional Al Qaidah, seperti al Qaidah di Jazirah Arab di Yaman.
Sedangkan di forum Kebangkitan Islam, beberapa peserta forum menyarankan kematian Usamah bin Ladin harus diterima dan pemimpin baru akan ditemukan. Seorang warga negara Amerika yang memimpin pasukan militer untuk kelompok pejuang Islam Al-Shabaab yang terkait Al-Qaeda di Somalia bersumpah untuk membalas kematian Sheikh Usamah Bin Ladin dan mengatakan kekhalifahan global akan segera terbentuk. Bahkan HAMAS pun yang selama ini bersebrangan dengan Al Qaida jika ikut mengecam pembunuhan Usamah. Dan ini sangat menakutkan bagi Israel.
Melihat Fakta Bersatunya Umat Muslim
Kenapa saya katakan bahwa Israel sangat takut dengan persatuan Islam, sebab itu berarti tidak saja memang jumlah mereka kalah secara kuantitas, tapi akan terbangunnya milisi ideologis pada faksi-faksi Islam. Dan ini sangat mengerikan bagi Israel.
Saya pernah mendapat bocoran dari Wisnu Dzikrullah (Sahabat Al Aqsha), ketika ia ditahan oleh tentara zionis di Pelabuhan Ashdod. Saat itu Wisnu mencoba menatap tepat kedua mata tentara itu, dan anda tahu betapa kalapnya tentara Israel ketika dipelototi Wisnu. Dan anda bayangkan, jika di tiap tangan umat muslim ada sebuah senjata yang siap menyerang Israel dan Amerika, dan itu serempak dilakukan oleh 1,6 Milyar rakyat muslim dunia. Apa jadinya?
Menurut sebuah studi yang pernah dirilis bahwa jumlah kaum Muslimin diperkirakan akan mencapai 2,2 miliar jiwa pada tahun 2030, dibandingkan dengan 1,6 miliar pada tahun 2010 yaitu mewakili 26,4 persen dari penduduk dunia, dibandingkan dengan 23,4 persen saat ini, sementara dalam tahun 1990,nisbat mereka belum melebihi 20 persen.

Bahkan Menurut BPS Palestina, jumlah rakyat Palestina saat ini meningkat delapan kali lipat sejak peristiwa pengusiran besar-besaran rakyat Palestina oleh Israel pada tahun 1948. Tepatnya pada tanggal 15 Mei 1948, Yahudi Zionis mengusir sekitar 700.000 rakyat Palestina dari rumah-rumah mereka, menyusul pengumuman pendirian negara Yahudi Israel sehari sebelumnya.
Ini tentu berbanding terbalik dengan orang Yahudi. Di Israel, memiliki anak adalah sebuah hal yang merepotkan. Banyak kelompok Yahudi memilih untuk tidak memiliki keturunan semata-mata persoalan dunia. Kecintaan mereka terhadap dunia membuat mereka berprinsip “banyak anak, banyak pengeluaran.”
Ustadz Abdurrahman Al Baghdadi, salah seorang Tokoh Ulama di Indonesia, dalam presentasinya tentang Revolusi Timur Tengah di Ponpes Husnayain bulan lalu, pernah mengatakan bahwa Revolusi Timur Tengah bisa kita lihat dalam segi positif yakni tentang kesadaran umat muslim bahwa mereka telah diperalat oleh Imperialisme dan raja-raja sekuler selama ini. Hal ini akan menjadikan umat muslim sadar pada posisinya dan bukti kedatangan Imam Mahdi akan semakin dekat.
American Messianic
Namun uniknya kaum Judeo Christ pun juga sama-sama menunggu sang Mesiah. Mereka sangat yakin messiah akan melindungi mereka melawan orang-orang Islam. Menurut Smithals Dictionary of the Hitory of Ideas (2004), seperti dikutip oleh Professor Abdul Hadi, berkembangnya apokaliptisisme di Amerika bermula dengan munculnya kelompok Adventis dan gerakan kesaksian Yehova atau Yahwe.
Di antara pokok ajaran kelompok ini ialah bahwa seorang yang beriman harus meyakini kehadiran Roh Kudus dalam diri manusia dan kedatangan Isa Almasih untuk kedua kalinya di dunia ini, Kecuali itu ia harus meyakini bahwa isi Bibel itu sepenuhnya benar, karena ia merupakan satu-satunya kitab yang diwahyukan.

Berdasarkan kepercayaan itu William Miller, pendeta yang merintis lahirnya kelompok Adventis pada abad ke-19, meramalkan bahwa Isa Almasih akan turun kembali ke dunia antara tahun 1843-4. Teolog lain Charles T. Russel mengemukakan bahwa Isa Almasih muncul secara rahasia pada tahun 1874 dan akan mulai mewujudkan misinya pada tahun 1914. Berdasarkan pengakuan Russel inilah Gerakan Kesaksian Yehova lahir.

Syi’ah Menurut Kacamata Sejumlah Tokoh

By Unknown | At 08.02.00 | Label : , | 0 Comments


Keberadaan paham sesat Syi’ah di Indonesia semakin disadari eksistensinya ketika di Iran terjadi revolusi yang berlangsung sejak awal 1978 dan berakhir di penghujung 1979, saat Khomeini disepakati menjadi pemimpin tertinggi negara pada bulan Desember.
Keberhasilan revolusi Iran meruntuhkan kekuasaan rezim korup Shah Mohammad Reza Pahlevi yang bercorak monarki menjadi republik, membuat sebagian pemuda kita yang sudah jenuh dengan rezim Soeharto menjadi melirik paham Syi’ah. Sebagian dari mereka tidak sekedar melirik tetapi justru kepincut. Bahkan, ada yang menjadi misionaris syi’ah. Salah satu diantaranya adalah Jalaluddin Rakhmat.
Menurut pengamat politik, sesungguhnya bukan paham Syi’ah yang membuat revolusi Iran berhasil menumbangkan rezim monarkis yang korup, tetapi sekutu Iran yakni Amerika sudah mulai jenuh dengan kepemimpinan Shah Mohammad Reza Pahlevi yang terlalu lama (dari 16 September 1941 hingga 11 Februari 1979).
Kala itu, Amerika dan negara-negara Barat pada umumnya mulai menginginkan diterapkannya demokrasi di Iran. Apalagi, kekuatan militer yang selama ini menjaga kekuasaan rezim Shah Iran, menunjukkan sikap berbeda: dari semula mendukung kemudian bersikap ‘netral’ yang berarti melepaskan dukungan. Ditambah lagi dengan inflasi yang tinggi, demonstrasi yang massif dan terus menerus, membuat rezim Shah Iran yang sekuler pun runtuh.
Namun demikian, sebagian generasi muda Islam tetap kepincut dengan Syi’ah yang merupakan induk kesesatan ini. Untuk itulah para tokoh Islam kala itu, berusaha membendung masuknya paham Syi’ah ke kalangan muda. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menerbitkan buku saku sebagaimana dilakukan Prof. Dr. H.M. Rasyidi (1984)
Sebelumnya, 1983, Departemen Agama saat jabatan menterinya dipegang oleh Munawir Sjadzali, mengeluarkan surat edaran bertajuk “Hal Ikhwal Mengenai Golongan Syi’ah”. Setidaknya, menurut edaran tersebut, perbedaan antara Syi’ah dengan Islam (ahlussunnah wal jama’ah) dapat dilihat pada tujuh hal pokok.
Pertama, mengenai kedudukan Ali bin Abi Thalib ra. Menurut pandangan Islam, Ali bin Abi Thalib ra merupakan salah satu dari Khulafa Rasyidin, sebagai Khalifah ke-4. Namun menurut pemahaman Syi’ah, Ali ra adalah Imam yang maksum (terjaga dari salah dan dosa.), serta memiliki sifat-sifat Ketuhanan, dan mempunyai kedudukan di atas manusia. Pemahaman tersebut jelas-jelas bukan merupakan ajaran Islam.
Kedua, mengenai kedudukan Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra dan Usman bin Affan ra. Menurut pandangan Islam mereka adalah Khulafa Rasyidin (sebagai khalifah pertama, kedua dan ketiga). Namun menurut pemahaman Syi’ah, kekhalifahan mereka (terutama Abu Bakar ra dan Umar bin Khattab ra) tidak sah, karena dianggap menyerobot hak Ali bin Abi Thalib ra. Selain mengingkari, kalangan Syi’ah juga mengutuk Abu Bakar ra dan Umar bin Khattab ra. Mengingkari dan mengutuk Abu Bakar ra dan Umar bin Khattab ra menurut ajarah Syi’ah merupakan ajaran prinsip yang harus dilakukan. Sementara itu, menurut ajaran Islam, perbuatan tersebut tidak patut dan dilarang.
Ketiga, mengenai kedudukan Kekhalifahan (Khilafah). Menurut pandangan Islam, Khalifah adalah pemimpin umat yang harus memenuhi syarat-syarat kepemimpinannya; siapapun dapat menduduki jabatan ini asal memenuhi syarat dan ditempuh dengan cara yang sah; selain itu, menurut pandangan Islam perihal Khalifah adalah masalah keduniaan dan kemashlahatan (bukan bagian dari Rukun Iman). Namun menurut pemahaman Syi’ah, Khalifah atau Imam itu harus dari keturunan Ali bin Abi Thalib ra dan bersifat maksum; Imam mempunyai sifat-sifat Ketuhanan; kedudukan Imam lebih tinggi dari manusia biasa, sebagai perantara antara Tuhan dan manusia; perihal Imam termasuk masalah keagamaan dan menyangkut keimanan (Rukun Iman versi Syi’ah); kedudukan Imam sebagai penjaga dan pelaksana syari’at; selain itu menurut pemahaman Syi’ah, apapun yang dikatakan atau diperbuat Imam dianggap benar, dan yang dilarang oleh Imam dianggap salah.
Keempat, mengenai Ijma’ Ulama. Menurut pandagan Islam, Ijma’ Ulama sebagai sumber hukum ketiga setelah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Namun menurut pemahaman Syi’ah, Ijma’ Ulama tidak diakui sebagai salah satu sumber hukum, karena hal itu bermakna memasukkan unsur pemikiran manusia ke dalam agama, dan itu tidak boleh. Menurut pemahaman Syi’ah, Ijma hanya dapat diterima apabila direstui oleh Imam, karena Imam adalah penjaga dan pelaksana Syari’at.
Kelima, mengenai Hadits. Menurut pandangan Islam, Hadits didukkan sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an; sebuah Hadits dapat diterima bila diriwayatkan oleh orang yang terjamin integritasnya, apapun golongannya. Sedangkan menurut pemahaman Syi’ah, sebuah Hadits dapat diterima bila hadits itu diriwayatkan oleh ulama Syi’ah. Ini berarti kalangan Syi’ah memperlakukan Hadits secara diskriminatif.
Keenam, mengenai Ijtihad. Menurut pandangan Islam, Ijtihad diakui keberadaannya karena dianjurkan oleh Al-Qur’an dan Hadits.; selain itu, menurut pandangan Islam, Ijtihad adalah sarana pengembangan hukum dalam bidang-bidang keduniaan. Namun menurut pemahaman Syi’ah, Ijtihad tidak diperkenankan karena segala sesuatu harus bersumber dan tergantung Imam. Ini berarti, dalam pandangan Syi’ah, kekuasaan Imam menurut bersifat religius otoriter.
Ketujuh, mengenai Nikah Mut’ah. Menurut pandangan Islam, Nikah Mut’ah merupakan sesuatu yang dilarang (tidak boleh), dan dipandang sebagai menyerupai perzinahan, merendahkan derajat wanita, dan berdampak menelantarkan anak/keturunan. Namun menurut pandangan Syi’ah, Nikah Mut’ah itu selain halal juga dipraktekkan sebagai salah satu identitas dari golongan Syi’ah Imamiah.
Demikianlah tujuh pokok perbedaan antara Islam dan Syi’ah. Berkenaan dengan terpilihnya Abu Bakar ra sebagai Khalifah pertama, dapat dilihat melalui penuturan gamblang Prof. Dr. H.M. Rasyidi melalui bukunya berjudul “Apa Itu Syi’ah?” yang terbit tahun 1984.
Ketika Rasulullah saw. wafat pada 8 Juni 632 M, saat itu Negara Madinah baru berusia 10 tahun. Ada dua jabatan yang melekat pada Muhammad SAW, yaitu sebagai Rasulullah dan sebagai kepala negara. Sebagai Nabi dan Rasul, tentu tidak ada lagi Nabi dan Rasul sesudah wafatnya Muhammad. Namun sebagai kepala negara, harus ada pengganti.
Menurut penuturan Prof. Dr. H.M. Rasyidi: “Dalam suasana yang kalut, Umar ibn Khattab mengulurkan tangannya kepada Abu Bakar agar ia berdiri. Dan setelah Abu Bakar berdiri Umar mengatakan bahwa ia dengan rela hati akan patuh kepada Abu Bakar sebagai pengganti nabi atau khalifah. Dengan ucapan Umar itu semua yang hadir serentak menyampaikan persetujuan mereka. Setelah itu Abu Bakar sebagai Khalifah, bersama-sama Umar dan sahabat-sahabat Nabi lainnya, pergi ke rumah Nabi Muhammad saw untuk mengurus pemakaman jenazah beliau saw.”
Peristiwa tersebut bagi kalangan Syi’ah, merupakan penyerobotan Umar dan Abu Bakar terhadap hak Ali yang sesungguhnya menurut angapan mereka paling berhak atas jabatan khalifah. Menurut Prof. Dr. H.M. Rasyidi, kecenderungan sekelompok orang terhadap Ali antara lain didasarkan pada sifat berani Ali yang ditunjukkannya di medan peperangan, keakraban Ali dengan Muhammad SAW, status Ali yang bersaudara sepupu dengan Rasululah. Terlebih lagi, Ali kemudian menjadi menantu Muhammad Rasulullah. Ali menikah dengan Fathimah dan dikaruniai Allah dua orang cucu lelaki: Hasan dan Husein.
Husein kemudian menikah dengan putri Persia (Iran) yang terakhir. Bangsa Persia, sebelum masuk Islam mempunyai kecenderungan menghormati, menjunjung tinggi bahkan mendewa-dewakan raja-raja mereka. Bahkan setelah masuk Islam pun kecenderungan itu masih berlanjut, mereka memandang Nabi seperti mereka memandang Kisra (Raja persia), dan memandang keluarga Nabi sebagaimana mereka memandang Dinasti Persia, dan mereka menganggap bahwa jika Nabi wafat, maka penggantinya haruslah dari pihak keluarga nabi.
Latar belakang budaya Persia (Iran) seperti itulah yang menyebakan paham sesat Syi’ah berkembang di Iran, bahkan berhasil menumpas Islam (Sunni) sejak agama Syi’ah Imamiyah (khususnya Itsna ‘Asyriyah) menjadi agama resmi negara. Menurut Rasyidi: “…ketika Isma’il Shafawi jadi penguasa di Iran, ia menjadikan aliran Itsna ‘Asyriyah sebagai agama resmi negara, dan menghapuskan aliran Ahlus Sunnah. Ia meninggal pada tanggal 24 Mei 1524. Dinasti Shafawi dihapuskan oleh Nadirsyah pada tanggal 26 Februari 1737, tetapi agama Syi’ah Itsna ‘Asyriyah tetap menjadi agama negara.”
Menurut Drs. KH Moch. Dawam Anwar dalam sebuah makalahnya berjudul “Inilah Haqiqat Syi’ah”, meski paham Syi’ah itu tediri dari berbagai sekte, namun bila saat ini kita menyebut Syi’ah, maka yang dimaksud adalah Syi’ah Imamiyah, khususnya Itsna ‘Asyariyah, yaitu golongan Syi’ah yang percaya kepada Dua belas Imam. Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah telah mencakup sebagian besar pendapat-pendapat dan aqidah yang dianut oleh sekte-sekte Syi’ah lain yang berbeda-beda.
Menurut KH Irfan Zidny, MA yang pernah tinggal di negara-negara berpenduduk mayoritas Syi’ah, dan pernah belajar kepada ulama-ulama Syi’ah, selama delapan belas tahun, “Syi’ah Imamiyah Itsnaa ‘Asyariyah lebih tepat disebut Aliran Politik daripada Aliran ‘Aqidah (Tauhid dan Syariah). Ini dapat dilihat dari definisi para Ulama Syi’ah sendiri tentang faham ini. Sebutan Syi’ah Imamiyah Itsnaa ‘Asyariyah memperkuat makna Syi’ah sebagai faham politik seperti masalah siapa yang berhak menjadi kepala negara sesudah Nabi saw wafat, bagaimana bentuk negara Islam, apa UUD Islam, dan sebagainya. Pengaruh Imamah (‘Ali dan anak keturunannya) lebih menonjol dalam kegiatan dan moralitas Syi’ah, sehingga mewarnai semua ajarannya seperti Aqidah, Syariah dan Tasawuf. Imamah menjadi sumber penafsiran Al-Qur’an, pembuatan dan penjelasan hadits dan sumber kekuasaan setelah Allah SWT dan Rasulullah saw.”
Menurut Drs. HM Nabhan Husein, seraya mengutip kitab Sa’ad bin Abdullah Al-Asy’ari Al-Qummi, dikatakan bahwa “… Syi’ah Imamiyah Itsnaa ‘Asyariyah itu timbul belakangan dan tidak pernah ada dan diketahui di masa Rasulullah saw dan Khulafaur Rasyidin. Ia merupakan kombinasi berbagai faham Syi’ah yang ada sebelumnya…”
Hal ini dapat diartikan Syi’ah yang kita kenal sekarang belum tentu atau bahkan tidak ada kaitannya sama sekali dengan dinamika politik pasaca wafatnya Rasulullah saw, yang sempat melahirkan pengikut (syi’ah) Ali dan pengikut (syi’ah) Mu’awiyah. Kedua syi’ah pada masa itu adalah Islam ahlussunah wal jama’ah, tidak mempunyai konsep dan paham sesat sebagaimana dipraktekkan oleh syi’ah yang berkembang di Iran.
Boleh jadi, syi’ah dihidupkan oleh kepentingan Barat, sebagaimana bisa dilihat antara lain pada masa Isma’il Shafawi, menurut DR. M. Hidayat Nur Wahid, telah terjalin hubungan kerja sama politik keamanan dan ekonomi dengan Barat (Eropa) untuk menghadapi musuh bersama yaitu Daulah Turki Utsmani yang berpaham Sunni. Selain itu, menurut Hidayat, pada masa Isma’il Shafawi juga sudah ada pakta militer dengan Portugal yang intinya berisi kesepakatan bahwa Isma’il Shafawi tidak akan menuntut Portugal untuk mengembalikan pulau Hurmuz dan pelabuhan Kamberun, sementara itu Portugal sepakat untuk membantu Isma’il Shafawi melawan Turki Utsmani.
Di Indonesia, menurut KH Thohir Abdullah Al-Kaff, perkembangan Syi’ah dibungkus dengan istilah madzhab Ahlul Bait, perkembangannya pasca revolusi Iran 1979, terolong pesat. Gerakan mereka dikemas dalam institusi berbentuk pesantren dan yayasan. Upaya yang dilakukan selain menerbitkan berbagai buku tentang Syi’ah memanfaatkan media massa, menyelenggarakan ceramah-ceramah agama, juga melalui jalur pendidikan dan pengkaderan di pesantren-pesantren, maupun di majelis-majelis ta’lim.
Sosok yang terlihat gigih mensosialisasikan Syi’ah selain Jalaluddin Rakhmat (ketua IJABI, Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) juga Said Agil Siradj yang kini Ketua Umum PBNU, dengan bukti begitu gigihnya dalam acara kesyiahan misalnya peringatan Asyuro dengan aneka namanya. Entah haul Husein cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau semacamnya. Secara kultural, paham sesat Syi’ah memang dipraktekkan kalangan NU, seperti ziarah kubur dengan praktek-praktek yang tidak syar’i. Secara kultural, sebagian tradisi dan ritual ala syi’ah memang sudah dipraktekkan, namun lebih sering karena ketidaktahuan semata, bukan karena mereka benar-benar mengerti akan hal itu.
Untuk itulah tugas para juru dakwah memberikan pencerahan kepada ummat Islam yang awam, terutama mereka yang tidak bisa membedakan antara Islam dan bid’ah padahal di dalam bid’ah itu tidak jarang mengandung paham sesat syi’ah. Ini merupakan pekerjaan yang tidak main-main dan tingkat kesulitannya cukup tinggi, karena para praktisi bid’ah itu sebagian bergerombol di dalam sebuah ormas yang konon jumlah jama’ahnya terbanyak dibanding ormas-ormas lain. Apalagi salah satu mantan pucuk pimpinannya pernah menjadi pemimpin nasional yang ternyata banyak menghidupkan kesesatan bahkan kemusyrikan, misalnya ruwatan dan sebagainya. Musibah bagi Ummat Islam. Namun bagi dedengkot aliran sesat syi’ah di Indonesia, tahun 2000-an itu seakan jadi periode emas, hingga kewetu (terlontar ucapan) dari mulutnya: Mumpung presidennya Gus … (haji/tede/nahimunkar.com)
Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. MAHKOTA CAHAYA - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Blog Bamz