Sabtu, 07 Mei 2011

Falsafah Adat Saisuak Yang Sampai Kini Masih Terpakai 5

Artikel Sebelumnya

13. Hubungan Individu dan Kelompok

  • Sifat dasar masyarakat Minang adalah “kepemilikan bersama”. Tiap individu menjadi milik bersama dari kelompoknya dan setiap kelompok itu ( suku ) menjadi milik dari semua individu yang menjadi anggota kelompok itu. Rasa-saling memiliki ini menjadi sumber timbulnya rasa setia kawan ( solidaritas ) yang tinggi, rasa kebersamaan, dan rasa saling tolong menolong. Setiap individu akan mencintai kelompok sukunya dan setiap anggota dari satu suku akan selalu mengayomi atau melindungi setiap individu anggota sukunya. Kehidupan tersebut ibarat ikan dengan air atau pepatah mengatakan : suku yang tidak bisa dianjak dan malu yang tidak bisa dibagi.
  • individu yang berwatak baik akan membentuk masyarakat yang rukun, dan damai serta kelompok yang tertata rapi akan melahirkan individu-individu yang tertib dan berdisiplin baik.
14. Sifat Pribadi Orang Minang
  • Tujuan utama adat adalah untuk membentuk individu atau manusia yang berbudi luhur, berbudaya dan beradab agar melahirkan masyarakat yang aman, damai dan selalu dalam lindungan Tuhan ( baldatun toiyibatun wa Robbun Gafuur )
  • Untuk mencapai masyarakat yang demikian, diperlukan manusia-*manusia dengan watak-watak ideal, yang menurut adat Minang, antara lain :
1. Hiduik Baraka, Baukue jo Bajangko ( hidup berpikir, berukur dan berjangka atau memiliki rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat ) :
  • Waspada dalam hidup ( dalam awal akhir terbayang, dalam baik ingatlah buruk, dalam tawa tangis menghadang, hati ria hutang tumbuh ).
  • Dapat memperkirakan apa yang bakal terjadi ( belum rebah sudah ke ujung, belum pergi sudah kembali, belum dibeli sudah dijual, belum dimakan sudah terasa ).
  • Merencanakan sesuatu dengan difikirkan lebih dulu sematang-matangnya dan secermat-cermatnya ( diraba sehabis rasa, dijarah sehabis lobang )
  • Dalam melaksanakan pekerjaan dilakukan sesuai dengan prioritas yang sudah direncanakan ( mengaji dari alif, berhitung dari satu )
  • Dalam melaksanakan sesuatu harus memiliki alasan yang masuk akal clan bisa dipertanggung jawabkan atau bukan asal berbuat tanpa berfikir ( mencencang berlandasan, melompat bersitumpu )
  • Nenek moyang orang Minang, mengajarkan :
  1. Berjalan dengan yang tua, berlayar bernakhoda dan berkata dengan yang pandai,
  2. Ingin kaya, bekerja keraslah, ingin tuah bertaburlah harta, ingin mulia tepatilah janji, ingin nama berjasalah, ingin pandai belajarlah,
  3. Yang elok menurut kita namun disukai orang juga ( elok dek awak katuju dek urang )
  4. Berlebihan berarti riya, kalau kurang sia-sia, dihitung dutu baru dibagi, dibalik dulu baru dibelah, bayang-bayang sepanjang badan - artinya beban jangan lebih dari kemampuan ),
  5. Yang dibaris yang dipahat, yang diukur yang dipotong, jalan lurus yang ditempuh, jalan yang lazim yang dituruti,
  6. Di garis makanan pahat, di air lepaskan racun, ditempat sakit diberi obat, lurus menentang baris adat.
2. Baso Basi - Malu jo Sopan
  • Yang burik ialah kundi, yang merah ialah sega, yang baik adalah budi, yang indah adalah basa ( basi )
  • Kuatnya rumah karena sendi, rusak sendi rumah binasa, kuatnya bangsa karena budi, rusak budi bangsa binasa
  • Yang tua dihormati, yang kecil disayangi, sama besar bawa berkawan, ibu dan ayah diutamakan
  • Karena ribut rebahlah padi, di cupak Datuk Tumenggung, hidup kalau tak berbudi, duduk tegak serba canggung
  • Gugur pepaya karena binalu, tumbuh serumpun di tepi tebat, kalau habis rasa dan malu, bagaikan kayu longgar pengikat
  • Pucuk pauh sedang terjela, penjuluk bunga linggundi, supaya jauh silang sengketa, perhalus basa basi ( budi pekerti )
  • Pulau pandan jauh di tengah, di balik pulau angsa dua, hancur badan dikandung tanah budi baik terkenang juga
  • Anak orang koto ilalang, mau lewat ke pekan baso, malu dan sopan kalau sudah hilang, habislah rasa dan periksa,
3. Tenggang Rasa
  • Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah, kaki tertarung inai imbuhannya, lidah tertarung emas imbuhannya, berjalan selangkah lihat ke belakang, kata sepatah difikirkan,
  • Yang baik menurut kita, harus juga disukai orang lain, yang enak menurut kita, harus enak juga menurut orang lain, kalau sakit menurut kita, sakit pula bagi orang lain.
4. Setia ( Loyal )
  • Melompat sama patah, menyeruduk sama bungkuk, tertelungkup sama makan tanah, tertelentang sama minum air, terendam sama basah, resapan air kembali ke air, resapan minyak kembali ke minyak
  • Adat bersaudara saudara dipertahankan, adat berkampung kampung dipertahankan, adat bernegeri negeri dipertahankan, adat berbangsa bangsa dipertahankan, perang antar suku sama disimpan, perang terhadap penjahat sama dihadapi,
5. Adil ( Tidak Berat Sebelah & Teguh pada Kebenaran )
  • Menimbang sama berat, mengukur sama panjang, tiba di mata tidak dipicingkan, tiba di perut tidak dikempiskan, tiba di dada tidak dibusungkan,
  • Mendapat sama beruntung, kehilangan sama merugi, mengukur sama panjang, menyambung sama luas, berbagi sama banyak,
  • Besar kayu besar bahannya ( iuran ), kecil kayu kecil bahannya ( andilnya ),
  • Yang ada sama dimakan, yang tidak ada sama dicari, hati gajah sama dipotong/disuap, hati kuman sama dicicip ( dicercah ), yang besar di bagi beronggok, yang kecil dibagi secercah.
6. Hemat dan Cermat, yaitu selalu bertindak efisien clan efektif, baik dalam urusan penempatan manusia maupun penggunaan benda-benda alam, seperti pepatah tentang tanah, kayu, bambu dan sagu.

7. Waspada ( Siaga ), seperti kata pepatah : memintas sebelum hanyut, dibuat lantai sebelum lapuk, siaga sebelum kenan ( bahaya ), sia-sia negeri akan kaiah, sia-sia hutang timbul, siang di lihat-lihat ( waspada, ), malam di dengar-dengar.

8. Berani karena Benar
  • Kalau dipindahkan orang pematang, kalau diubah orang adat Minang, kalau diubah orang kata dahulu, jangan cemas jiwa melayang jangan takut darah menyembur,
  • Asalkan masih dalam kebenaran, bersilang tombak dalam perang, sebelum ajal berpantang mati, beribu sebab yang datang, namun mati hanya sekali, esa hilang dua terbilang, berpantang mundur di jalan,
  • Asal masih nafas-nafasan ikan, asal masih jiwa-jiwanya capung, namun yang benar disebut juga,
  • Sekali orang berbicara lancing, anggap angin lalu saja, dua kali orang berbicara lancang, anggaplah lelucon sesama kawan, tiga kali orang berbicara lancang, jangan takut darah tersembur.
9. Arif, Bijaksana, Tanggap dan Sabar
  • Tahu dengan kilat beliung ke kaki, kilat cermin yang ke muka, tahu dengan mendung di hulu tanda akan hujan, mega di langit tanda akan panas, ingat ranting yang akan menusuk, tahu dahan yang akan menimpa, tahu duri yang akan mengait, pandai memintas sebelum hanyut,
  • Gunung biasa timbunan kabut, lurah biasa timbunan air, lekuk biasa timbunan sampah, laut biasa timbunan ombak, yang hitam tahan tempa ( pukul ), yang putih tahan cuci, dicuci berhabis air, dikikir berhabis besi,
10. Rajin, seperti kata pepatah : kalau duduk meraut ranjau (jebakan), tegak mengintai mangsa ( berburu ), ingin kaya ulet mencari (uang), ingin pandai rajin belajar.

11. Rendah Hati, seperti kata pepatah : kalau menimba ( air ) di hilir-hilir, kalau bicara bersahaja, tiba di kandang kambing mengembek, tiba di kandang kerbau menguak, dimana langit dijunjung, di sana bumi dipijak, disitu ranting dipatah.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda,Kritik Dan Saranya Sangat Ber Arti

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. MAHKOTA CAHAYA - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Blog Bamz