Terjemahan Kitab Sirrul
Asrorr (Syeikh Abdul
Qodir Al Jaelani)
KITAB SIRRUL ASSRAR
( Syeikh Abdul Qadir Jailani 1/27 )
1: ,UCAPAN UNTUK PARA PEMBACA,
(Petikan surat Syeikh Abdul Qadir al-Jilani)
Sahabat-sahabatku yang dikasihi. Hati kamu adalah seumpama cermin yang
berkilat. Kamu harus membersihkannya dari
debu dan kotoran yang menutupinya. Cermin hati kamu itu telah ditakdirkan
untuk memancarkan cahaya
rahasia-rahasia Ilahi. Bahwasanya cahaya dari “ Allah adalah cahaya bagi semua langit dan bumi… ” awal menyinari ruang hati kamu, lampu hati kamu akan menyala. Lampu hati itu “berada di dalam kaca, kaca itu sifatnya seumpama bintang berkilau-kilau terang benderang…” Kemudian kepada hati itu laksana anak panah penemuan-penemuan suci akan hinggap.
Anak panah kilat akan mengeluarkan dari awan petir “bukan dari timur atau barat, dinyalakan dari pohon zaitun yang
diberkati…” dan memancarkan cahaya ke atas pokok penemuan, sangat tulen, sangat
lutsinar sehingga ia “memancarkan cahaya
walaupun tidak disentuh oleh api”. Kemudian lampu makrifat (hikmah kebijaksanaan) akan menyala sendiri. Mana mungkin ia tidak menyala
sedangkan cahaya rahasia Allah
menyinarinya? Sekiranya cahaya rahasia Ilahi bersinar ke atasnya, langit malam kepada rahasia-rahasia
akan menjadi terang oleh ribuan bintang-bintang “…dan berpandukan bintang-bintang
(kamu) temui jalan (kamu)…” .
Bukanlah bintang yang memandu kita tetapi cahaya Ilahi. Lantaran Allah “…
menghiaskan langit rendah dengan keindahan bintang-bintang”. Sekiranya lampu rahasia-rahasia Ilahi dinyalakan di dalam diri batin kamu yang lain akan datang secara sekaligus atau beransur-ansur.
Sebagiannya kamu telah ketahui sebagian yang lain akan kami beritahu di sini.
Baca, dengar, coba fahamkan.
Langit ketidaksadaran (kelalaian) yang gelap akan dinyalakan oleh kehadiran Ilahi dan kedamaian serta keindahan bulan purnama yang akan naik dari ufuk langit memancarkan “cahaya di atas cahaya” berterusan meninggi di langit, melepasi peringkat yang ditentukan sebagaimana yang Allah telah tentukan bagi kerajaan-Nya, sehingga ia bersinar penuh kemuliaan di tengah-tengah langit,
menghambat kegelapan kelalaian. “(Aku bersumpah) demi malam apabila ia senyap
sepi…dengan cuaca pagi yang
cemerlang…” malam ketidaksadaran kamu akan melihat terangnya hari siang.
Kemudian kamu akan menghirup air wangi kenangan dan “bertaubat di awal pagi”
terhadap ketidaksadaran (kelalaian) dan menyesali umur kamu yang dihabiskan di
dalam keterlenaan. Kamu akan mendengar nyanyian burung bulbul di pagi hari dan kamu akan mendengarnya berkata:
Mereka tidur sedikit saja di malam hari dan pada awal pagi mereka memohon ampunan
Allah, Allah bimbangkan kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia
kehendaki.
Kemudian kamu akan melihat di ufuk langit peraturan Ilahi akan matahari ilmu batin awal terbit. Ia adalah matahari kamu sendiri, Lantaran kamu adalah “yang Allah beri petunjuk” dan kamu “berada
pada jalan yang benar” dan
bukan “mereka yang Dia tinggalkan di dalam kesesatan”. Dan kamu akan memahami
rahasia:
Tidak diizinkan matahari mengejar bulan dan tidak pula malam mendahului siang. Tiap sesuatu berjalan pada landasan
(masing-masing).
Akhirnya ikatan akan terurai
selaras dengan “perumpamaan
yang Allah adakan untuk insan
dan Allah mengetahui tiap
sesuatu”, dan tabir-tabir akan
terangkat dan kulit akan pecah,
menjabarkan yang seni di bawah pada yang kasar.
Kebenaran akan membuka
tutupan wajahnya.
Semua ini akan bermula bila
cermin hati kamu dipersucikan.
Cahaya rahasia-rahasia Ilahi akan memancar Padanya jika kamu berhajat dan bermohon kepada-Nya, daripada-Nya, dengan-Nya.
2: PENGENALAN
Segala puji dan puja untuk Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Dia yang mengumpul segala pengetahuan di dalam Zat-Nya dan Dia jualah Pencipta segala pengetahuan dengan keabadian.
Segala kewujudan bersumberkan Wujud-Nya.
Segala puji bagi Allah, Dia menurunkan Al-Qur'an yang mulia, yang mengandungi di dalamnya sebab-sebab ia diturunkan yaitu untuk memperingatkan manusia tentang Allah.
Di turunkan nya kepada pembimbing yang memandu manusia pada jalan yang benar dengan yang paling Perkasa di antara agama-agama.
Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad s.a.w yang tidak diajar oleh makhluk tetapi diajar oleh-Nya sendiri.
Baginda s.a.w adalah nabi-Nya
yang terakhir, penyambung terakhir pada rantaian kenabian yang diutus kepada
dunia yang sedang hanyut di dalam huru hara, yang paling mulia di kalangan nabi-nabi Nya, dimuliakan dengan kitab suci yang paling suci dan paling mulia. Keturunan baginda s.a.w adalah
pembimbing bagi orang-orang yang mencari. Sahabat-sahabat baginda s.a.w adalah pilihan dari kalangan orang yang baik-
baik dan murah hati.
Semoga kesejahteraan dan keberkatan yang melimpah-limpah
dikurniakan kepada ruh-ruh mereka.
Tentu saja yang paling berharga di antara yang berharga, paling tinggi, permata yang tidak ternilai, barang perniagaan yang paling menguntungkan manusia,
adalah ilmu pengetahuan. Hanya dengan hikmah kebijaksanaan kita bisa mencapai keesaan Allah, Tuhan sekalian alam.
Hanya dengan hikmah kebijaksanaan kita bisa mengikuti rasul-rasul Nya dan nabi-nabi Nya.
Orang yang berpengetahuan, yang bijaksana, adalah hamba-hamba Allah yang sejati yang dia pilih untuk menerima perutusan Ilahi. dia lebihkan mereka daripada yang lain semata-mata dengan kebaikan rahmat-Nya yang ia curahkan kepada mereka.
Mereka adalah pewaris nabi-nabi, pembantu-pembantu mereka, yang dipilih oleh rasul-rasul Nya untuk menjadi khalifah kepada sekalian manusia.
Mereka berhubungan dengan nabi-nabi dengan perasaan yang amat bernilai dan kebijaksanaan yang
sangat tinggi.
Allah Yang Maha Tinggi
memuji orang-orang yang
memiliki hikmah kebijaksanaan:
“Kemudian Kami wariskan Kitab itu kepada mereka yang Kami pilih daripada hamba-hamba Kami, tetapi sebagian daripada mereka menganiayai diri mereka sendiri, dan sebagian daripada mereka cermat.
Dan sebagian daripada mereka di hadapkan ke dalam kebajikan-kebajikan dengan izin Allah, yang demikian adalah karunia yang besar”. ( Surah Fatir, ayat 32).
Nabi Muhammad s.a.w
bersabda, “Pemegang hikmah kebijaksanaan adalah pewaris nabi-nabi.
Penduduk langit mengasihi mereka dan di atas muka bumi ini ikan-ikan di laut bertasbih untuk mereka hingga kepada hari kiamat”.
Dalam ayat lain Allah Yang
Maha Tinggi berfirman:
“Tidak takut kepada Allah
daripada hamba-hamba-Nya
melainkan orang-orang yang
berilmu Pengetahuan” (Surah
Fatir, ayat 28).
Nabi Muhammad s.a.w bersabda, “Pada hari pembalasan, Allah akan
mengumpulkan sekalian
manusia, kemudian
mengasingkan yang berilmu di
antara mereka dan berkata
kepada mereka: ‘Wahai orang-
orang yang berilmu. Aku
kurniakan kepada kamu ilmu-
Ku karena Aku mengenali kamu. Tidak aku kurniakan hikmah kebijaksanaan kepada kamu untuk Aku hukumkan kamu pada hari ini. Masuklah ke dalam syurga-syurga-Ku.
Aku telah mengampuni kamu' ”.
Segala puji milik Allah, Tuhan
sekalian alam lantaran Dia
kurniakan makam yang tinggi
kepada hamba-hamba-Nya yang
taat dan memelihara mereka
daripada dosa dan menyelamatkan mereka
daripada disiksa.
Dia berkati ahlul hikmah dengan
menghampiri mereka.
Sebahagian daripada murid-
murid kami meminta supaya
kami sediakan sebuah buku
yang memadai bagi mereka.
Sesuai dengan permintaan dan
keperluan mereka kami siapkan
buku yang ringkas ini Semoga
ia dapat mengobati dan
memuaskan mereka serta yang
lain juga. Kami namakan buku
ini “ Sirr al-asrar fi ma
yahtaju Ilahi al-abrar ” atau
“rahasia dalam rahasia-rahasia
yang Kebenarannya sangat
diperlukan”. Dalam pekerjaan
ini kenyataan di dalam
kepercayaan dan perjalanan
kami dibukakan. Setiap orang
memerlukannya.
Dalam menyampaikan hasil
kerja ini kami membagikannya
kepada 24 bab karena terdapat
24 huruf di dalam pengakuan
suci “La ilaha illah Llah,
Muhammadun rasulu Llah”
dan juga terdapat 24 jam dalam
satu hari.
3: PERMULAAN PENCIPTAAN
Semoga Allah s.w.t
memberikan kamu kejayaan di
dalam amalan-amalan kamu
yang disukai-Nya dan Semoga
kamu memperolehi keridaan-
Nya. Fikirkan, tekankan kepada
pemikiran kamu dan fahamkan
apa yang aku katakan.
Allah Yang Maha Tinggi pada
permulaannya menciptakan
cahaya Muhammad daripada
cahaya suci Keindahan-Nya.
Dalam hadis Qudsi Dia
berfirman: “Aku ciptakan ruh
Muhammad daripada cahaya
Wajah-Ku”.
Ini dinyatakan juga oleh Nabi
Muhammad s.a.w dengan
sabdanya:
“Mula-mula Allah ciptakan
ruhku. Pada permulaannya
diciptakan-Nya sebagai ruh
suci”.
“Mula-mula Allah ciptakan
qalam”.
“Mula-mula Allah ciptakan
akal”.
Apa yang dimaksudkan sebagai
ciptaan permulaan itu ialah
ciptaan hakikat kepada Nabi
Muhammad s.a.w, Kebenaran
tentang Muhammad yang
tersembunyi. Dia juga diberi
nama yang indah-indah. Dia
dinamakan nur, cahaya suci,
karena dia dipersucikan dari
kegelapan yang tersembunyi di
bawah sifat jalal Allah. Allah
Yang Maha Tinggi berfirman:
“Sesungguhnya telah datang
kepada kamu dari Allah,
cahaya dan kitab yang
menerangkan”. (Al-Maaidah,
ayat 15)
Dia dinamakan akal yang
meliputi (akal universal)
kerana dia telah melihat dan
mengenali segala-galanya. Dia
dinamakan qalam karena dia
menyebarkan hikmah dan ilmu
dan dia mencurahkan ilmu ke
dalam huruf-huruf.
Roh Muhammad adalah zat
atau hakikat kepada segala
kejadian, permulaan dan
kenyataan alam maya. Baginda
s.a.w menyatakan hal ini
dengan sabdanya, “Aku
daripada Allah dan sekalian
yang lain daripadaku” . Allah
Yang Maha Tinggi menciptakan
sekalian roh-roh daripada roh
baginda s.a.w di dalam alam
kejadian yang pertama, dalam
bentuk yang paling baik.
‘Muhammad' adalah nama
kepada sekalian kemanusiaan
di dalam alam arwah. Dia
adalah sumber, asal usul dan
kediaman bagi sesuatu dan
segala-galanya.
Empat ribu tahun selepas
diciptakan cahaya Muhammad,
Allah ciptakan arasy daripada
cahaya mata Muhammad. Dia
ciptakan makhluk yang lain
daripada arasy. Kemudian Dia
hantarkan roh-roh turun
kepada peringkat penciptaan
yang paling rendah, kepada
alam kebendaan, alam jirim
dan badan.
“Kemudian Kami turunkan ia
kepada peringkat yang paling
rendah” . (Surah Tin, ayat 15)
Dia hantarkan cahaya itu
daripada tempat ia diciptakan,
dari alam lahut, yaitu alam
kenyataan bagi Zat Allah, bagi
keesaan, bagi wujud mutlak,
kepada alam nama-nama Ilahi,
kenyataan sifat-sifat Ilahi,
alam bagi akal asbab
kepunyaan roh yang meliputi
(roh universal). Di sana Dia
pakaikan roh-roh itu dengan
pakaian cahaya. Roh-roh ini
dinamakan ‘roh pemerintah'.
Dengan berpakaian cahaya
mereka turun kepada alam
malaikat. Di sana mereka
dinamakan ‘roh rohani'.
Kemudian Dia arahkan mereka
turun kepada alam kebendaan,
alam jirim, air dan api, tanah
dan angin dan mereka menjadi
‘roh manusia'. Kemudian
daripada dunia ini Dia ciptakan
tubuh yang berdaging,
berdarah.
“Kemudian Kami jadikan kamu
dan kepadanya kamu akan
dikembalikan dan daripadanya
kamu akan dibangkitkan sekali
lagi”. (Surah Ta Ha, ayat 55)
Selepas peringkat-peringkat ini
Allah memerintahkan roh-roh
supaya memasuki badan-badan
dan dengan kehendak-Nya
mereka pun masuk.
“Maka apabila Aku
sempurnakan kejadiannya dan
Aku tiup padanya roh-Ku…”.
(Surah Shad, ayat 72)
Sampai masanya roh-roh itu
terikat dengan badan, dengan
darah dan daging dan lupa
kepada asal usul kejadian dan
perjanjian mereka. Mereka lupa
tatkala Allah ciptakan mereka
pada alam arwah Dia telah
bertanya kepada mereka:
“Adakah aku Tuhan kamu?
Mereka telah menjawab:Iya,
bahkan!.”
Mereka lupa kepada ikrar
mereka. Mereka lupa kepada
asal usul mereka, lupa juga
kepada jalan untuk kembali
kepada tempat asal mereka.
Tetapi Allah Maha Penyayang,
Maha Pengampun, sumber
kepada segala keselamatan dan
pertolongan bagi sekalian
hamba-hamba-Nya. Dia
mengasihani mereka lalu Dia
hantarkan kitab-kitab suci dan
rasul-rasul kepada mereka
untuk mengingatkan mereka
tentang asal usul mereka.
“Dan Sesungguhnya Kami telah
utuskan Musa (membawa)
ayat-ayat Kami (sambil Kami
mengatakan): hendaklah kamu
keluarkan kaum kamu dari
kegelapan kepada cahaya, dan
ingatkan mereka kepada hari-
hari Allah”. (Surah Ibrahim,
ayat 5)
Yaitu ‘ingatkan roh-roh tentang
hari-hari di mana mereka tidak
terpisah dengan Allah'.
Ramai rasul-rasul telah datang
ke dunia ini, melaksanakan
tugas mereka dan kemudian
meninggalkan dunia ini.
Tujuan semua itu adalah
membawa kepada manusia
perutusan, peringatan serta
menyedarkan manusia dari
kelalaian mereka. Tetapi
mereka yang mengingati-Nya,
yang kembali kepada-Nya,
manusia yang ingin kembali
kepada asal usul mereka,
menjadi semakin berkurangan
dan terus berkurangan ditelan
zaman.
Nabi-nabi terus diutuskan dan
perutusan suci berterusan
sehingga muncul roh
Muhammad yang mulia, yang
terakhir di kalangan nabi-nabi,
yang menyelamatkan manusia
daripada kehancuran dan
kelalaian. Allah Yang Maha
Tinggi mengutuskannya untuk
membuka mata manusia iaitu
membuka mata hati yang
ketiduran. Tujuannya ialah
mengejutkan manusia dari
kelalaian dan ketidaksedaran
dan untuk menyatukan mereka
dengan keindahan yang abadi,
dengan penyebab, dengan Zat
Allah. Allah berfirman:
“Katakan: Inilah jalanku yang
aku dan orang-orang yang
mengikuti daku kepada Allah
dengan pandangan yang jelas
(basirah)”. (Surah Yusuf, ayat
108).
Ia menyatakan jalan Nabi
Muhammad s.a.w. Baginda
s.a.w dalam menunjukkan
tujuan kita telah bersabda,
“Sahabat-sahabatku adalah
umpama bintang di langit.
Sesiapa daripada mereka yang
kamu ikuti kamu akan temui
jalan yang benar”.
Pandangan yang jelas (basirah)
datangnya daripada mata
kepada roh. Mata ini terbuka di
dalam jantung hati orang-
orang yang hampir dengan
Allah, yang menjadi sahabat
Allah. Semua ilmu di dalam
dunia ini tidak akan
mendatangkan pandangan
dalam (basirah). Seseorang itu
memerlukan pengetahuan yang
datangnya daripada alam ghaib
yang tersembunyi pengetahuan
yang mengalir daripada
kesedaran Ilahi.
“Dan Kami telah ajarkan
kepadanya satu ilmu dari sisi
Kami (ilmu laduni)”. (Surah
Kahfi, ayat 65).
Apa yang perlu seseorang
lakukan ialah mencari orang
yang mempunyai pandangan
dalam (basirah) yang mata
hatinya celik, dan cetusan serta
perangsang daripada orang
yang seperti ini adalah perlu.
Guru yang demikian, yang
dapat memupuk pengetahuan
orang lain, mestilah seorang
yang hampir dengan Allah dan
berupaya menyaksikan alam
mutlak.
Wahai anak-anak Adam,
saudara-saudara dan saudari-
saudari! Bangunlah dan
bertaubatlah kerana melalui
taubat kamu akan memohon
kepada Tuhan agar
dikurniakan-Nya kepada kamu
hikmah-Nya. Berusaha dan
berjuanglah. Allah
memerintahkan:
“Dan berlumba-lumbalah
kepada keampunan Tuhan
kamu dan syurga yang
lebarnya (seluas) langit dan
bumi, yang disediakan untuk
orang-orang yang berbakti.
Yang menderma di waktu
senang dan susah, dan
menahan marah, dan
memaafkan manusia, dan Allah
kasih kepada mereka yang
berbuat kebajikan”. (Surah
Imraan, ayat 133 & 134).
Masuklah kepada jalan itu dan
bergabunglah dengan kafilah
kerohanian untuk kembali
kepada Tuhan kamu. Pada satu
masa nanti jalan tersebut tidak
dapat dilalui lagi dan
pengembara pada jalan tersebut
tidak ada lagi. Kita tidak datang
ke bumi ini untuk merosakkan
dunia ini. Kita dihantar ke
mari bukan untuk makan,
minum dan berak. Roh
penghulu kita menyaksikan
kita. Baginda s.a.w berdukacita
melihat keadaan kamu.
Baginda s.a.w telah
mengetahui apa yang akan
berlaku kemudian hari apabila
baginda s.a.w bersabda,
“Dukacitaku adalah untuk umat
yang aku kasihi yang akan
datang kemudian”.
Apa sahaja yang datang kepada
kamu datang dalam keadaan
salah satu bentuk, secara nyata
atau tersembunyi; nyata dalam
bentuk peraturan syarikat dan
tersembunyi dalam bentuk
hikmah kebijaksanaan atau
makrifat. Allah Yang Maha
Tinggi memerintahkan kita
supaya mensejahterakan zahir
kita dengan mematuhi
peraturan syarikat dan
meletakkan batin kita dalam
keadaan yang baik dan teratur
dengan memperolehi hikmah
kebijaksanaan atau makrifat.
Bila zahir dan batin kita
menjadi satu dan hikmah
kebijaksanaan atau makrifat
dengan peraturan agama
(syarikat) bersatu, seseorang
itu sampai kepada makam yang
sebenarnya (hakikat).
“Dia alirkan dua laut, padahal
kedua-duanya bertemu. Antara
dua itu ada dinding yang
kedua-duanya tidak mampu
melewatinya”. (Surah Imraan,
ayat 19 & 20).
Kedua-duanya mesti menjadi
satu. Kebenaran atau hakikat
tidak akan diperolehi dengan
hanya menggunakan
pengetahuan melalui
pancaindera dan deria-deria
tentang alam kebendaan.
Dengan cara tersebut tidak
mungkin mencapai matlamat,
sumber, iaitu Zat. Ibadat dan
penyembahan memerlukan
kedua-duanya iaitu peraturan
syarikat dan makrifat. Allah
berfirman tentang ibadat:
“Dan tidak Aku jadikan jin dan
manusia melainkan untuk
mengabdikan diri kepada-Ku”.
(Surah Dzaariyat, ayat 56).
Dalam lain perkataan, ‘mereka
diciptakan supaya mengenali
Daku' . Jika seseorang tidak
mengenali-Nya bagaimana dia
boleh memuji-Nya dengan
sebenar-benarnya, meminta
pertolongan-Nya dan
berkhidmat kepada-Nya?
Makrifat yang diperlukan bagi
mengenali-Nya boleh dicapai
dengan menyingkap tabir hitam
yang menutupi cermin hati
seseorang, menyucikannya
sehingga bersih dan
menggilapkannya sehingga
bercahaya. Kemudian
perbendaharaan keindahan
yang tersembunyi akan
memancar pada rahasia cermin
hati.
Allah Yang Maha Tinggi telah
berfirman melalui rasul-Nya:
“Aku adalah perbendaharaan
yang tersembunyi. Aku suka
dikenali, lalu Aku ciptakan
makhluk supaya Aku dikenali”.
Tujuan suci diciptakan manusia
ialah supaya mereka mengenali
Allah, memperolehi makrifat.
Ada dua peringkat makrifat
yang suci. Seseorang itu perlu
mengenali sifat-sifat Allah dan
dalil-dalil yang menjadi
kenyataan atau penzahiran
bagi sifat-sifat tersebut. Satu
lagi ialah mengenali Zat Allah.
Di dalam mengenali sifat-sifat
Allah manusia secara zahirnya
dapat menikmati kedua-duanya
iaitu dunia dan akhirat.
Makrifat yang memimpin
kepada Zat Allah tidak
diperolehi dengan diri zahir
manusia. Ia terjadi di dalam
jiwa atau roh suci manusia
yang berada di dalam dirinya
yang zahir ini.
“Dan Kami telah perkuatkan
dia (Isa) dengan roh kudus”.
(Surah Baqarah, ayat 87).
Orang yang mengenali Zat
Allah menemui kuasa ini
melalui roh kudus (suci) yang
dikurniakan kepada mereka.
Kedua-dua makrifat tersebut
diperolehi dengan hikmah
kebijaksanaan yang mempunyai
dua aspek; hikmah
kebijaksanaan kerohanian yang
di dalam dan pengetahuan
zahir tentang benda-benda
nyata. Kedua-duanya
diperlukan untuk
mendapatkaan kebaikan. Nabi
s.a.w bersabda, “Pengetahuan
ada dua bahagian. Satu pada
lidah yang menjadi dalil
tentang kewujudan Allah, satu
lagi di dalam hati manusia.
Inilah yang diperlukan bagi
melaksanakan harapan kita”.
Pada peringkat permulaannya
seseorang itu memerlukan
pengetahuan syarikat. Ini
memerlukan pendidikan yang
mengenalkan dalil-dalil luar
tentang Zat Allah yang menyata
di dalam alam sifat-sifat dan
nama-nama ini. Apabila bidang
ini telah sempurna sampailah
giliran pendidikan kerohanian
tentang rahasia-rahasia, di
mana seseorang itu masuk ke
dalam bidang makrifat yang
murni untuk mengetahui yang
sebenarnya (hakikat). Pada
peringkat yang pertama
seseorang itu mestilah
meninggalkan segala-galanya
yang tidak dipersetujui oleh
syariat malah, kesilapan di
dalam melakukan perbuatan
yang baik mestilah dihapuskan.
Perbuatan yang baik mestilah
dilakukan dengan cara yang
betul, sebagaimana keperluan
pada jalan sufi. Keadaan ini
boleh dicapai dengan
melatihkan diri dengan
melakukan perkara-perkara
yang tidak dipersetujui oleh ego
diri sendiri dan melakukan
amalan yang bertentangan
dengan kehendak hawa nafsu.
Berhati-hatilah di dalam
beramal agar amalan itu
dilakukan bukan untuk
dipertontonkan atau
diperdengarkan kepada orang
lain.
Semuanya mestilah dilakukan
semata-mata kerana Allah,
demi mencari keredaan-Nya.
Allah berfirman:
“Barangsiapa berharap
menemui Tuhannya, hendaklah
dia mengerjakan amal salih
dan janganlah dia
mempersekutukan sesuatu
dengan Allah dalam ibadatnya
kepada Tuhannya”. (Surah
Kahfi, ayat 110).
Apa yang dihuraikan sebagai
daerah makrifat itu adalah
tahap penghabisan bagi daerah
kejadian yang pertama. Ia
adalah permulaan dan
merupakan rumah yang setiap
orang kembali ke sana . Di
samalah roh suci dijadikan.
Apa yang dimaksudkan dengan
roh suci adalah roh insan. Ia
dijadikan dalam bentuk yang
paling baik.
Kebenaran atau hakikat
tersebut telah ditanam di
tengah-tengah hati sebagai
amanah Allah, diamanahkan
kepada manusia agar disimpan
dengan selamat. Ia bangkit dan
menyata melalui taubat yang
sungguh-sungguh dan usaha
sebenar mempelajari agama.
Keindahannya akan memancar
ke permukaan apabila
seseorang itu mengingati Allah
terus menerus, mengulangi
kalimah “La ilaha illah Llah” .
Pada mulanya kalimah ini
diucapkan dengan lidah. Bila
hati sudah hidup ia diucapkan
di dalam, dengan hati.
Sufi menggambarkan keadaan
kerohanian yang demikian
dengan menganggapnya sebagai
bayi, iaitu bayi yang lahir di
dalam hati, dibela dan
dibesarkan di sana . Hati
memainkan peranan seperti
ibu, melahirkannya, menyusun,
memberi makan dan
memeliharanya. Jika anak-anak
diajarkan kepakaran keduniaan
untuk kebaikannya, bayi hati
pula diajarkan makrifat
rohani. Sebagaimana kanak-
kanak bersih daripada dosa,
bayi hati adalah tulen, bebas
daripada kelalaian, ego dan
ragu-ragu. Kesucian bayi
biasanya menyata dalam
bentuk zahir yang cantik.
Dalam mimpi, kesucian dan
ketulenan bayi hati muncul
dalam rupa malaikat. Manusia
berharap mendapat ganjaran
syurga sebagai balasan kepada
perbuatan baik tetapi hadiah-
hadiah yang didatangi dari
syurga didatangkan ke mari
melalui tangan-tangan bayi
hati.
“Dalam kebun-kebun
kenikmatan…melayani mereka
anak-anak muda yang tidak
berubah keadaan mereka”.
(Surah Waqi'ah, ayat 12 – 17 ).
“Melayani mereka adalah anak-
anak muda laksana mutiara
yang tersimpan”. (Surah Tur,
ayat 24).
Mereka adalah anak-anak
kepada hati, menurut yang
diilhamkan kepada sufi,
dipanggil anak-anak kerana
keelokan dan ketulenan
mereka. Keindahan dan
ketulenan mereka menyata
dalam kewujudan zahir, dalam
darah daging, dalam bentuk
manusia. Oleh kerana keelokan
dan kelembutan sifatnya ia
dinamakan anak-anak hati,
tetapi dia adalah manusia sejati
yang mampu mengubah bentuk
kejadian atau ciptaan kerana
dia berhubung erat dengan
Pencipta sendiri. Dia adalah
wakil sebenar kemanusiaan. Di
dalam kesedarannya tidak ada
sesuatu malah dia tidak
melihat dirinya sebagai
sesuatu. Tiada hijab, tiada
halangan di antara
kewujudannya dengan Zat
Allah.
Nabi Muhammad s.a.w
menggambarkan suasana
demikian sebagaimana sabda
baginda s.a.w, “ Ada masa aku
dengan Allah di mana tiada
malaikat yang hampir dan
tidak juga nabi yang diutus”.
Maksud ‘nabi' di sini ialah
kewujudan lahiriah yang
sementara bagi Rasulullah
s.a.w sendiri. Malaikat yang
paling hampir dengan Allah
ialah cahaya suci Muhammad
s.a.w, kejadian pertama. Dalam
suasana kerohanian itu
baginda s.a.w sangat hampir
dengan Allah sehingga wujud
zahirnya dan rohnya tidak
berkesempatan
menghijabkannya dengan
Allah. Baginda s.a.w
menggambarkan lagi suasana
demikian, “ Ada syurga Allah
yang tidak ada mahligai dan
taman-taman atau sungai
madu dan susu, syurga yang di
dalamnya seseorang hanya
menyaksikan Wajah Allah Yang
Maha Suci” . Allah s.w.t
berfirman: “Beberapa muka
pada hari itu berseri-seri.
Kepada Tuhannya dia
memandang”. (Surah Qiamat,
ayat 22 & 23).
Pada suasana atau makam
tersebut jika seseorang
makhluk termasuklah malaikat
mendekatinya kewujudan
badannya akan terbakar
menjadi abu. Allah s.w.t
berfirman melalui rasul-Nya:
“Jika Aku bukakan penutup
sifat keperkasaan-Ku dengan
bukaan yang sangat sedikit
sahaja, semua akan terbakar
sejauh yang dilihat oleh
pandangan-Ku”.
Jibrail yang menemani Nabi
Muhamamd s.a.w pada malam
mikraj, apabila sampai di
Sidratul Muntaha, telah
mengatakan jika dia melangkah
satu langkah sahaja lagi dia
akan terbakar menjadi abu.
4: MANUSIA KEMBALI KE
KAMPUNG HALAMAN, KEPADA
ASAL USUL / PERMULAAN
MEREKA
Manusia dipandang daripada
dua sudut; wujud lahiriah dan
wujud rohani. Dalam segi
kewujudan lahiriah keadaan
kebanyakan manusia adalah
berlebih kurang saja di antara
satu sama lain. Oleh yang
demikian peraturan
kemanusiaan yang umum boleh
digunakan untuk sekalian
manusia bagi urusan lahiriah
mereka. Dalam sudut
kewujudan rohani yang
tersembunyi di sebalik wujud
lahiriah, setiap manusia adalah
berbeda. Jadi, peraturan yang
khusus mengenai diri masing-
masing diperlukan.
Manusia boleh kembali kepada
asalnya dengan mengikuti
peraturan umum, dengan
mengambil langkah-langkah
tertentu. Dia mestilah
mengambil peraturan agama
yang jelas dan mematuhinya.
Dengan demikian dia boleh
maju ke hadapan. Dia boleh
meningkat dari satu peringkat
kepada peringkat yang lebih
tinggi sehingga dia sampai dan
memasuki jalan atau peringkat
kerohanian, masuk ke daerah
makrifat. Peringkat ini sangat
tinggi dan dipuji oleh
Rasulullah s.a.w, “ Ada
suasana yang semua dan
segala-galanya berkumpul di
sana dan ia adalah makrifat
yang murni”.
Untuk sampai ke peringkat
tersebut Perlulah dibuang
kepura-puraan dan kepalsuan
yang melakukan kebaikan
kerana menunjuk-nunjuk.
Kemudian dia perlu
menetapkan tiga matlamat.
Tiga matlamat tersebut
sebenarnya adalah tiga jenis
syurga. Yang pertama
dinamakan Ma'wa – syurga
tempat kediaman yang aman. Ia
adalah syurga duniawi. Kedua,
Na'im – taman keredaan Allah
dan kurniaan-Nya kepada
makhluk-Nya. Ia adalah syurga
di dalam alam malaikat.
Ketiga dinamakan Firdaus –
syurga alam tinggi. Ia adalah
syurga pada alam kesatuan
akal asbab, rumah kediaman
bagi roh-roh, medan bagi
nama-nama dan sifat-sifat.
Kesemua ini adalah balasan
yang baik, keelokan Allah yang
manusia berjasad akan nikmati
dalam usahanya sepanjang tiga
peringkat ilmu pengetahuan
yang berturut-turut; usaha
mematuhi peraturan syariat;
usaha menghapuskan yang
berbilang-bilang pada dirinya,
melawan penyebab yang
menimbulkan suasana
berbilang-bilang itu, iaitu ego
diri sendiri, bagi mencapai
peringkat penyatuan dan
kehampiran dengan Pencipta;
akhirnya usaha untuk
mencapai makrifat, di mana
dia mengenali Tuhannya.
Peringkat pertama dinamakan
syariat, kedua tarekat dan
ketiga makrifat.
Nabi Muhammad s.a.w
menyimpulkan keadaan-
keadaan tersebut dengan sabda
baginda s.a.w, “ Ada suasana di
mana semua dan segala-
galanya dikumpulkan dan ia
adalah hikmah kebijaksanaan
(makrifat)”. Baginda s.a.w juga
bersabda, “Dengannya
seseorang mengetahui
kebenaran (hakikat), yang
berkumpul di dalamnya sebab-
sebab dan semua kebaikan.
Kemudian seseorang itu mesti
bertindak atas kebenaran
(hakikat) tersebut. Dia juga
perlu mengenali kepalsuan dan
bertindak ke atasnya dengan
meninggalkan segala yang
demikian”. Baginda s.a.w
mendoakan, “Ya Allah,
tunjukkan kepada kami yang
benar dan jadikan pilihan kami
mengikuti yang benar itu. Dan
juga tunjukkan kepada kami
yang tidak benar dan
permudahkan kami
meninggalkannya”. Orang yang
kenal dirinya dan menentang
keinginannya yang salah
dengan segala kekuatannya
akan sampai kepada mengenali
Tuhannya dan akan menjadi
taat kepada kehendak-Nya.
Semua ini adalah peraturan
umum yang mengenai diri
zahir manusia. Kemudian ada
pula aspek diri rohani atau diri
batin manusia yang merupakan
insan yang tulen, suci bersih
dan murni. Maksud dan tujuan
diri ini hanya satu iaitu
kehampiran secara
keseluruhan kepada Allah
s.w.t. Satu cara sahaja untuk
mencapai suasana yang
demikian, iaitu pengetahuan
tentang yang sebenarnya
(hakikat). Di dalam daerah
wujud penyatuan mutlak,
pengetahuan ini dinamakan
kesatuan atau keesaan.
Matlamat pada jalan tersebut
harus diperolehi di dalam
kehidupan ini. Di dalam
suasana itu tiada beza di
antara tidur dengan jaga
kerana di dalam tidur roh
berkesempatan membebaskan
dirinya untuk kembali kepada
asalnya, alam arwah, dan dari
sana kembali semula ke sini
dengan membawa berita-berita
dari alam ghaib. Fenomena ini
dinamakan mimpi. Dalam
keadaan mimpi ia berlaku
secara sebahagian-bahagian. Ia
juga boleh berlaku secara
menyeluruh seperti israk dan
mikraj Rasulullah s.a.w. Allah
berfirman: “Allah memegang
jiwa-jiwa ketika matinya dan
yang tidak mati, dalam
tidurnya, lalu Dia tahan yang
dihukumkan mati atasnya dan
Dia lepaskan yang lain”. (Surah
Zumaar, ayat 42).
Nabi s.a.w bersabda, “Tidur
orang alim lebih baik daripada
ibadat orang jahil” . Orang
alim adalah orang yang telah
memperolehi pengetahuan
tentang hakikat atau yang
sebenar, yang tidak berhuruf,
tidak bersuara. Pengetahuan
demikian diperolehi dengan
terus menerus berzikir nama
keesaan Yang Maha Suci
dengan lidah rahsia. Orang
alim adalah orang yang zat
dirinya ditukarkan kepada
cahaya suci oleh cahaya
keesaan. Allah berfirman
melalui rasul-Nya: “Insan
adalah rahsia-Ku dan Aku
rahsianya. Pengetahuan batin
tentang hakikat roh adalah
rahsia kepada rahsia-rahsia-
Ku. Aku campakkan ke dalam
hati hamba-hamba-Ku yang
baik-baik dan tiada siapa tahu
Keadaannya melainkan Aku.”
“Aku adalah sebagaimana
hamba-Ku mengenali Daku.
Bila dia mencari-Ku dan ingat
kepada-Ku, Aku besertanya.
Jika dia mencari-Ku di dalam,
Aku mendapatkannya dengan
Zat-Ku. Jika dia ingat dan
menyebut-Ku di dalam jemaah
yang baik, Aku ingat dan
menyebutnya di dalam jemaah
yang lebih baik”.
Segala yang dikatakan di sini
jika berhasrat mencapainya
perlulah melakukan tafakur –
cara mendapatkaan
pengetahuan yang demikian
jarang digunakan oleh orang
ramai. Nabi s.a.w bersabda,
“Satu saat bertafakur lebih
bernilai daripada satu tahun
beribadat”. “Satu saat
bertafakur lebih bernilai
daripada tujuh puluh tahun
beribadat”. “Satu saat
bertafakur lebih bernilai
daripada seribu tahun
beribadat”.
Nilai sesuatu amalan itu
tersembunyi di dalam hakikat
kepada yang sebenarnya.
Perbuatan bertafakur di sini
nampaknya mempunyai nilai
yang berbeda.
Sesiapa merenungi sesuatu
perkara dan mencari
penyebabnya dia akan
mendapati setiap bahagian
mempunyai bahagian-bahagian
sendiri dan dia juga mendapati
setiap satu itu menjadi
penyebab kepada berbagai-
bagai perkara lain. Renungan
begini bernilai satu tahun
ibadat.
Sesiapa merenungi kepada
pengabdiannya dan mencari
penyebab dan alasan dan dia
dapat mengetahui yang
demikian, renungannya
bernilai lebih daripada tujuh
puluh tahun ibadat.
Sesiapa merenungkan hikmah
kebijaksanaan Ilahi dan bidang
makrifat dengan segala
kesungguhannya untuk
mengenal Allah Yang Maha
Tinggi, renungannya bernilai
lebih daripada seribu tahun
ibadat kerana ini adalah ilmu
pengetahuan yang sebenarnya.
Pengetahuan yang sebenarnya
adalah suasana keesaan. Orang
arif yang menyintai menyatu
dengan yang dicintainya.
Daripada alam kebendaan
terbang dengan sayap
kerohanian meninggi hingga
kepada puncak pencapaian.
Bagi ahli ibadat berjalan di
dalam syurga, sementara orang
arif terbang kepada kedudukan
berhampiran dengan Tuhannya.
Para pencinta mempunyai
mata pada hati mereka mereka
memandang sementara yang
lain terpejam sayap yang
mereka miliki tanpa daging
tanpa darah mereka terbang ke
arah malaikat Tuhan jualah
yang dicari!
Penerbangan ini terjadi di
dalam alam kerohanian orang
arif. Para arifbillah mendapat
penghormatan dipanggil insan
sejati, menjadi kekasih Allah,
sahabat-Nya yang akrab,
pengantin-Nya. Bayazid al-
Bustami berkata, “Para
Pemegang makrifat adalah
pengantin Allah Yang Maha
Tinggi”.
Hanya pemilik-pemilik
‘pengantin yang pengasih'
mengenali mereka dengan dekat
dan secara mesra..
Orang-orang arif yang menjadi
sahabat akrab Allah, walaupun
sangat cantik, tetapi ditutupi
oleh keadaan luaran yang
sangat sederhana, seperti
manusia biasa. Allah berfirman
melalui rasul-Nya: “ Para
sahabat-Ku tersembunyi di
bawah kubah-Ku. Tiada yang
mengenali mereka kecuali
Aku”.
Kubah yang di bawahnya Allah
sembunyikan sahabat-sahabat
akrab-Nya adalah keadaan
mereka yang tidak terkenal,
rupa yang biasa sahaja,
sederhana dalam segala hal.
Bila melihat kepada pengantin
yang ditutupi oleh tabir
perkahwinan, apakah yang
dapat dilihat kecuali tabir itu?
Yahya bin Muadh al-Razi
berkata, “ Para kekasih Allah
adalah air wangi Allah di
dalam dunia. Tetapi hanya
orang-orang yang beriman
yang benar dan jujur sahaja
dapat menciumnya”. Mereka
mencium keharuman baunya
lalu mereka mengikuti bau itu.
Keharuman itu mengwujudkan
kerinduan terhadap Allah
dalam hati mereka. Masing-
masing dengan cara tersendiri
mempercepatkan langkahnya,
menambahkan usaha dan
ketaatannya. Darjah
kerinduannya, keinginannya
dan kelajuan perjalanannya
bergantung kepada berapa
ringan beban yang dibawanya,
sejauh mana dia telah
melepaskan diri kebendaan dan
keduniaannya. Semakin banyak
seseorang itu menanggalkan
pakaian dunia yang kasar ini
semakin dia merasakan
kehangatan. Penciptanya dan
semakin hampirlah kepada
permukaan akan muncul diri
rohaninya. Kehampiran dengan
yang sebenar (hakikat)
bergantung kepada sejauh
mana seseorang itu melepaskan
kebendaan dan keduniaan yang
menipu daya.
Penanggalan aspek yang
berbilang-bilang pada diri
membawa seseorang hampir
dengan satu-satunya
kebenaran. Orang yang akrab
dengan Allah adalah orang
yang telah membawa dirinya
kepada keadaan kekosongan.
Hanya selepas itu baharulah
dia dapat melihat kewujudan
yang sebenarnya (hakikat).
Tidak ada lagi kehendak pada
dirinya untuk dia membuat
sebarang pilihan. Tiada lagi
‘aku' yang tinggal, kecuali
kewujudan satu-satunya iaitu
yang sebenarnya (hakikat).
Walaupun berbagai-bagai
kekeramatan yang muncul
melalui dirinya sebagai
membuktikan kedudukannya,
dia tidak ada kena mengena
dengan semua itu. Di dalam
suasananya tidak ada
pembukaan terhadap rahsia-
rahsia kerana membuka rahsia
Ilahi adalah kekufuran.
Di dalam buku yang bertajuk
“Mirsad” ada dituliskan,
‘Semua orang yang
kekeramatan zahir melalui
mereka adalah ditutup
daripadanya dan tidak
memperdulikan keadaan
tersebut. Bagi mereka masa
kekeramatan muncul melalui
mereka dianggap sebagai masa
perempuan keluar darah haid.
Wali-wali yang hampir dengan
Allah perlu mengembara
sekurang-kurangnya seribu
peringkat, yang pertamanya
ialah pintu kekeramatan.
Hanya mereka yang dapat
melepasi pintu ini tanpa
dicederakan akan meningkat
kepada peringkat-peringkat lain
yang lebih tinggi. Jika mereka
leka mereka tidak akan sampai
ke mana-mana.
5: PENURUNAN MANUSIA KE
PERINGKAT RENDAH YANG
PALING BAWAH
Allah Yang Maha Tinggi
menciptakan roh suci sebagai
ciptaan yang paling sempurna ,
yang pertama diciptakan, di
dalam alam kewujudan mutlak
bagi Zat-Nya. Kemudian Dia
berkehendak
menghantarkannya kepada
alam rendah. Tujuan Dia
berbuat demikian ialah bagi
mengajar roh suci mencari
jalan kembali kepada yang
sebenar di tahap Maha Kuasa,
mencari kedudukannya yang
dahulu yang hampir dan akrab
dengan Allah. Dihantarkan-Nya
roh suci kepada perhentian
utusan-utusan-Nya, wali-wali-
Nya, kekasih-kekasih dan
sahabat-sahabat-Nya.
Dalam perjalanannya, Allah
menghantarkannya mula-mula
kepada kedudukan akal asbab
bagi keesaan, bagi roh
universal, alam nama-nama
dan sifat-sifat Ilahi, alam
hakikat kepada Muhammad
s.a.w. Roh suci memiliki dan
membawa bersama-samanya
benih kesatuan. Apabila
melalui alam ini ia dipakaikan
cahaya suci dan dinamakan
‘roh sultan'. Apaabila melalui
alam malaikat yang menjadi
perantaraan kepada mimpi-
mimpi, ia mendapat nama ‘roh
perpindahan'. Bila akhirnya ia
turun kepada dunia kebendaan
ini ia dibaluti dengan daging
yang Allah ciptakan untuk
kesesuaian makhluk-Nya. Ia
dibaluti oleh jirim yang kasar
bagi menyelamatkan dunia ini
kerana dunia kebendaan jika
berhubung secara langsung
dengan roh suci maka dunia
kebendaan akan terbakar
menjadi abu. Dalam
hubungannya dengan dunia ini
ia dikenali sebagai kehidupan,
roh manusia.
Tujuan roh suci dihantar ke
tempat ciptaan yang paling
rendah ini ialah supaya ia
mencari jalan kembali kepada
kedudukannya yang asal,
makam kehampiran, ketika ia
masih di dalam bentuk
berdaging dan bertulang ini. Ia
sepatutnya datang ke alam
benda yang kasar ini, dan
dengan melalui hatinya yang
berada di dalam mayat ini,
menanamkan benih kesatuan
dan menunbuhkan pokok
keesaan di dalam dunia ini.
Akar pokok masih berada pada
tempat asalnya. Dahannya
memenuhi ruang kebahagiaan,
dan di sana demi keredaan
Allah, mengeluarkan buah
kesatuan. Kemudian di dalam
bumi hati roh itu menanamkan
benih agama dan bercita-cita
menumbuhkan pokok agama
agar diperolehi buahnya, tiap
satunya akan menaikkannya
kepada peringkat yang lebih
hampir dengan Allah.
Allah membuatkan jasad-jasad
atau tubuh-tubuh untuk
dimasuki oleh roh-roh dan bagi
roh-roh ini masing-masing
mempunyai nama yang
berbeza-beza. Dia bena ruang
penyesuaian di dalam tubuh.
Diletakkan-Nya roh manusia,
roh kehidupan di antara daging
dan darah. Diletakkan-Nya roh
suci di tengah-tengah hati, di
mana dibena ruang bagi jirim
yang sangat seni untuk
menyimpan rahasia di antara
Allah dengan hamba-Nya. Roh-
roh ini berada pada tempat
yang berbeda-beda dalam
tubuh, dengan tugas yang
berbeda, urusan yang berbeda,
masing-masing umpama
membeli dan menjual barang
yang berlainan, mendapat
faedah yang berbeda.
Perniagaan mereka sentiasa
membawakan kepada mereka
banyak manfaat dalam bentuk
nikmati dan rahmat Allah.
“Daripada apa yang Kami
berikan kepada mereka, secara
sembunyi atau terang-terang,
(mereka) mengharapkan
perniagaan yang tidak akan
rugi”. (Surah Fatir, ayat 29).
Layaklah bagi setiap manusia
mengetahui urusannya di
dalam alam kewujudan dirinya
sendiri dan memahami
tujuannya. Dia mestilah faham
bahawa dia tidak boleh
meminda apa yang telah
dihukumkan sebagai benar
untuknya dan digantungkan
dilehernya. Bagi orang yang
mahu meminda apa yang telah
dihukumkan untuknya, yang
terikat dengan cita-cita dan
dunia ini Allah berkata:
“Tidaklah (mahu) dia ketahui
(bagaimana keadaan) apabila
dibongkarkan apa-apa yang di
dalam kubur? Dan dizahirkan
apa-apa yang di dalam
dada?” (Surah ‘Aadiyat, ayat
9). “Dan tiap-tiap manusia
Kami gantungkan (catatan)
amalannya pada
tengkuknya…” (Surah Bani
Israil, ayat 13).
6: TEMPAT ROH-ROH DI
DALAM BADAN
Tempat roh manusia, roh
kehidupan, di dalam badan
ialah dada. Tempat ini
berhubung dengan pancaindera
dan deria-deria. Urusan atau
bidangnya ialah agama.
Pekerjaannya ialah mentaati
perintah Allah . Dengan
peraturan-peraturan yang
ditentukan-Nya, Allah
memelihara dunia nyata ini
dengan teratur dan harmoni.
Roh itu bertindak menurut
kewajipan yang ditentukan oleh
Allah, tidak menganggap
perbuatannya sebagai
perbuatannya sendiri kerana
dia tidak berpisah dengan
Allah. Perbuatannya daripada
Allah; tidak ada perpisahan di
antara ‘aku' dengan Allah di
dalam tindakan dan
ketaatannya. “Barangsiapa
percaya akan pertemuan
Tuhannya hendaklah
mengerjakan amal salih dan
janganlah ia sekutukan sesuatu
dalam ibadat kepada
Tuhannya”. (Surah Kahfi, ayat
110).
Allah adalah esa dan Dia
mencintai yang bersatu dan
satu. Dia mahu semua
penyembahan dan semua amal
kebaikan, yang Dia anggap
sebagai pengabdian kepada-Nya,
menjadi milik-Nya semata-
mata, tidak dikongsikan dengan
apa sahaja. Jadi, seseorang
tidak memerlukan kelulusan
atau halangan daripada sesiapa
pun di dalam pengabdiannya
kepada Tuhannya, juga
amalannya bukan untuk
kepentingan duniawi.
Semuanya semata-mata kerana
Allah. Suasana yang dihasilkan
oleh petunjuk Ilahi seperti
menyaksikan bukit-bukti
kewujudan Allah di dalam
alam nyata ini; kenyataan
sifat-sifat-Nya, kesatuan di
dalam yang banyak, hakikat di
sebalik yang nyata, kehampiran
dengan Pencipta, semuanya
adalah ganjaran bagi amalan
kebaikan yang benar dan
ketaatan tanpa mementingkan
diri sendiri. Namun, semuanya
itu di dalam taklukan alam
benda, daripada bumi yang di
bawah tapak kaki kita
sehinggalah kepada langit-
langit. Termasuk juga di dalam
taklukan alam dunia ialah
kekeramatan yang muncul
melalui seseorang, misalnya
berjalan di atas air, terbang di
udara, berjalan dengan pantas,
mendengar suara dan melihat
gambaran dari tempat yang
jauh atau boleh membaca
fikiran yang tersembunyi.
Sebagai ganjaran terhadap
amalan yang baik manusia juga
diberikan nikmati di akhirat
seperti syurga, khadam-
khadam, bidadari, susu, madu,
arak dan lain-lain. Semuanya
itu merupakan nikmati syurga
tingkat pertama, syurga dunia.
Tempat ‘roh perpindahan atau
roh peralihan' ialah di dalam
hati. Urusannya ialah
pengetahuan tentang jalan
kerohanian. Kerjanya berkait
dengan empat nama-nama
pertama bagi nama-nama Allah
yang indah. Sebagaimana dua
belas nama-nama yang lain
empat nama tersebut tidak
termasuk di dalam sempadan
suara dan huruf. Jadi, ia tidak
boleh disebut. Allah Yang Maha
Tinggi berfirman:
“Dan bagi Allah jualah nama-
nama yang baik, jadi serulah
Dia dengan nama-nama
tersebut”. (Surah A'raaf, ayat
180).
Firman Allah di atas
menunjukkan tugas utama
manusia adalah mengetahui
nama-nama Tuhan. Ini adalah
pengetahuan batin seseorang.
Jika mampu memperolehi
pengetahuan yang demikian dia
akan sampai kepada makam
makrifat. Di samalah
pengetahuan tentang nama
keesaan sempurna.
Nabi s.a.w bersabda, “ Allah
Yang Maha Tinggi mempunyai
sembilan puluh sembilan
nama, siapa mempelajarinya
akan masuk syurga” . Baginda
s.a.w juga bersabda,
“Pengetahuan adalah satu.
Kemudian orang arif
jadikannya seribu” . Ini
bermakna nama kepunyaan Zat
hanyalah satu. Ia memancar
sebagai seribu sifat kepada
orang yang menerimanya.
Dua belas nama-nama Ilahi
berada di dalam lengkungan
sumber pengakuan tauhid “La
ilaha illa Llah” . Tiap satunya
adalah satu daripada dua belas
huruf dalam kalimah tersebut.
Allah Yang Maha Tinggi
mengurniakan nama masing-
masing bagi setiap huruf di
dalam perkembangan hati.
Setiap satu daripada empat
alam yang dilalui oleh roh
terdapat tiga nama yang
berlainan. Allah Yang Maha
Tinggi dengan cara ini
memegang erat hati para
pencinta-Nya, dalam kasih
sayang-Nya. Firman-Nya:
“Allah tetapkan orang-orang
yang beriman dengan
perkataan yang tetap di
Penghidupan dunia dan
akhirat”. (Surah Ibrahim, ayat
27).
Kemudian dikurniakan kepada
mereka kehampiran-Nya. Dia
sediakan pokok keesaan di
dalam hati mereka, pokok yang
akarnya turun kepada tujuh
lapis bumi dan Dahannya
meninggi kepada tujuh lapis
langit, bahkan meninggi lagi
hingga ke arasy dan mungkin
lebih tinggi lagi. Allah
berfirman: “Tidakkah engkau
perhatikan bagaimana Allah
adakan misal, satu kalimah
yang baik seperti pohon yang
baik, pangkalnya tetap dan
cabangnya ke langit . (Surah
Ibrahim, ayat 24).
Tempat ‘roh perpindahan atau
roh peralihan' adalah di dalam
nyawa kepada hati. Alam
malaikat berterusan di dalam
penyaksiannya. Ia boleh
melihat syurga alam tersebut,
penghuninya, cahayanya dan
semua malaikat di dalamnya.
Kalam ‘roh peralihan' adalah
bahasa alam batin, tanpa huruf
tanpa suara. Perhatiannya
berterusan menyentuh soal-
soal rahsia-rahsia maksud
yang tersembunyi. Tempatnya
di akhirat apabila kembali
ialah syurga Na'im, taman
kegembiraan kurniaan Allah.
Tempat ‘roh sultan' di mana ia
memerintah, adalah di tengah-
tengah hati, jantung kepada
hati. Urusan roh ini ialah
makrifat. Kerjanya ialah
mengetahui semua pengetahuan
ketuhanan yang menjadi
perantaraan bagi semua ibadat
yang sebenar-benarnya
diucapkan dalam bahasa hati.
Nabi s.a.w bersabda, “Ilmu ada
dua bahagian. Satu pada lidah,
yang membuktikan kewujudan
Allah. Satu lagi di dalam hati.
Inilah yang perlu bagi
menyedarkan tujuan
seseorang”. Ilmu yang sebenar-
benarnya bermanfaat berada di
dalam sempadan kegiatan hati.
Nabi s.a.w bersabda, “Quran
yang mulia mempunyai makna
zahir dan makna batin” . Allah
Yang Maha Tinggi membukakan
Quran kepada sepuluh lapis
makna yang tersembunyi.
Setiap makna yang berikutnya
lebih bermanfaat daripada yang
sebelumnya kerana ia semakin
hampir dengan sumber yang
sebenarnya. Dua belas nama
kepunyaan Zat Allah adalah
umpama dua belas mata air
yang memancar dari batu
apabila Nabi Musa a.s
menghentamkan batu itu
dengan tongkatnya.
“Dan (ingatlah) tatkala Musa
mintakan air bagi kaumnya,
maka Kami berkata, ‘Pukullah
batu itu dengan tingkat kamu'.
Lantas terpancar daripadanya
dua belas mata air yang
sesungguhnya setiap golongan
itu mengetahui tempat
minumnya”. (Surah Baqarah,
ayat 60) .
Pengetahuan zahir adalah
umpama air hujan yang datang
dan pergi sementara
pengetahuan batin umpama
mata air yang tidak pernah
kering. “Dan satu tanda untuk
mereka, ialah bumi yang mati
(lalu) Kami hidupkannya dan
Kami keluarkan daripadanya
biji-bijian, lalu mereka
memakannya”. (Surah Yaa Sin,
ayat 33).
Allah jadikan satu bijian, sebiji
benih di langit. Benih itu
menjadi kekuatan kepada
kehaiwanan di dalam diri
manusia. Dijadikan-Nya juga
sebiji benih di dalam alam roh-
roh (alam al-anfus); menjadi
sumber kekuatan, makanan
roh. Bijian itu dijiruskan
dengan air dari sumber
hikmah. Nabi s.a.w bersabda,
“Jika seseorang menghabiskan
empat puluh hari dalam
keikhlasan dan kesucian
sumber hikmah akan
memancar dari hatinya kepada
lidahnya”.
Nikmat bagi ‘roh sultan ialah
kelazatan dan kecintaan yang
dinikmatinya dengan
menyaksikan kenyataan
keelokan, kesempurnaan dan
kemurahan Allah Yang Maha
Tinggi. Firman Allah: “Dia
telah diajar oleh yang
bersangatan kekuatannya, yang
berupa bagus, lalu ia menjelma
dengan sempurnanya padahal
ia di pehak atas yang paling
tinggi. Kemudian ia mendekati
rapat (kepadanya), maka
adalah (rapatnya) itu kadar
dua busur panah atau lebih
dekat (lagi). Lalu Ia wahyukan
kepada hamba-Nya apa yang Ia
mahu wahyukan. Hatinya tidak
mendusta apa yang dia lihat”.
(Surah Najmi, ayat 5 – 11).
Nabi s.a.w menggambarkan
suasana demikian dengan cara
lain, “Yang beriman (yang
sejahtera) adalah cermin
kepada yang beriman (yang
sejahtera)” . Dalam ayat ini
yang sejahtera yang pertama
ialah hati orang yang beriman
yang sempurna, sementara
yang sejahtera kedua itu ialah
yang memancar kepada hati
orang yang beriman itu, tidak
lain daripada Allah Yang Maha
Tinggi sendiri. Allah
menamakan Diri-Nya di dalam
Quran sebagai Yang
Mensejahterakan. “Dia jualah
Allah yang tiada Tuhan
melainkan Dia…Yang
Mensejahterakan (Pemelihara
iman), Pemelihara segala-
galanya” . (Surah Hasyr, ayat
23).
Kediaman ‘roh sultan' di
akhirat ialah syurga Firdaus,
syurga yang tinggi.
Setesen di mana roh-roh
berhenti adalah tempat rahsia
yang Allah buatkan untuk Diri-
Nya di tengah-tengah hati, di
mana Dia simpankan rahsia-
Nya (Sirr) untuk disimpan
dengan selamat. Keadaan roh
ini diceritakan oleh Allah
melalui pesuruh-Nya:
“Insan adalah rahsia-Ku dan
Aku rahsianya”.
Urusannya ialah kebenaran
(hakikat) yang diperolehi
dengan mencapai keesaan;
mencapai keesaan itulah
tuagsnya. Ia membawa yang
banyak kepada kesatuan dengan
cara terus menerus menyebut
nama-nama keesaan di dalam
bahasa rahsia yang suci. Ia
bukan bahasa yang berbunyi di
luar.
“Dan jika engkau nyaringkan
perkataan, maka Sesungguhnya
Dia mengetahui rahsia dan
yang lebih tersembunyi”.
(Surah Ta Ha, ayat 7)
Hanya Allah mendengar bahasa
roh suci dan hanya Allah
mengetahui keadaannya.
Nikmat bagi roh ini ialah
penyaksian terhadap ciptaan
Allah yang pertama. Apa yang
dilihatnya ialah keindahan
Allah. Padanya terdapat
penyaksian rahsia. Pandangan
dan pendengaran menjadi satu.
Tidak ada perbandingan dan
tidak ada persamaan tentang
apa yang disaksikanya. Dia
menyaksikan sifat Allah,
keperkasaan dan kekerasan-Nya
sebagai esa dengan keindahan,
kelembutan dan kemurahan-
Nya.
Bila manusia temui
matlamatnya, tempat
kediamannya, bila dia temui
akal asbab, pertimbangan
keduniaannya yang
memandunya selama ini akan
tunduk kepada Perintahnya;
hatinya akan rasa gentar
bercampur hormat, lidahnya
terkunci. Dia tidak berupaya
menceritakan keadaan tersebut
kerana Allah tidak menyerupai
sesuatu.
Bila apa yang diperkatakan di
sini sampai ke telinga orang
yang berilmu, mula-mula
cubalah memahami tahap
pengetahuan sendiri.
Tumpukan perhatian kepada
kebenaran (hakikat) mengenai
perkara-perkara yang sudah
diketahui sebelum mendongak
ke ufuk yang lebih tinggi,
sebelum mencari peringkat
baharu, semoga mereka
memperolehi pengetahuan
tentang kehalusan
perlaksanaan Ilahi. Semoga
mereka tidak menafikan apa
yang sudah diperkatakan, tetapi
sebaliknya mereka mencari
makrifat, kebijaksanaan untuk
mencapai keesaan. Itulah yang
sangat diperlukan.